• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas layanan pendidikan

BAB III ALOKASI DAN PEMANFAATAN DANA OTONOMI KHUSUS

3.2 Sektor Pendidikan

3.2.3 Capaian dan Tantangan pembangunan sektor pendidikan

3.2.3.2 Kualitas layanan pendidikan

Indikator kualitas pendidikan yang ditampilkan dalam laporan ini adalah indikator yang kinerjanya dapat diintervensi melalui pemanfaatan dana Otsus. Indikator-indikator tersebut meliputi ketersediaan fasilitas sekolah, ketersediaan buku teks, serta kualifikasi dan kompetensi guru termasuk kepala sekolah. Perkembangan indikator kualitas tersebut sebagaian besar ditampilkan menurut kecamatan dan jenjang pendidikan untuk menentukan tingkat kesenjangan yang terjadi.

Ketersediaan ruang perpustakaan di SD/MI di Pidie Jaya lebih baik dibandingkan jenjang pendidikan lain. Pada tahun 2012, persentase SD/MI yang dilengkapi ruang perpustakaan sudah mencapai 76 persen bahkan lebih tinggi dibandingkan rata-rata Aceh sebesar 63 persen. Sementara SMP/MTs dan SMA/MA/ SMK yang memiliki ruang perpustakan hanya 26 persen dan 35 persen atau lebih rendah dibandingkan rata-rata Aceh.

OTONOMI KHUSUS Pidie Jaya | 2014

55

Grafik 45. Persentase sekolah yang memiliki ruang perpustakaan menurut jenjang pendidikan di Pidie Jaya dan rata-rata Aceh, 2012

Sumber: Dinas Pendidikan Aceh dan Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie Jaya, 2012

Meski memiliki rasio lebih baik dari Aceh, disparitas ketersediaan fasilitas ruang pustaka untuk tingkat SD/MI masih terjadi. Hingga 2012, hanya di Kecamatan Jangka Buya seluruh SD/MI yang sudah memiliki fasilitas ini. Sedangkan tujuh kecamatan lainnya masih kekurangan ruang pustaka. Kekurangan tertinggi terjadi Kecamatan Bandar Baru dan kekurangan paling sedikit dibutuhkan Kecamatan Panteraja, sebagaimana ditunjukan dalam lampiran laporan ini.

Kekurangan ruang perpustakaan SMP/MTs terjadi di semua kecamatan di Pidie Jaya. Di SMP/MTs, kekurangan ruang perpustakaan terbanyak di Kecamatan Bandar Baru dan paling sedikit di Kecamatan Jangka Buya.

Grafik 46. Kekurangan ruang perpustakaan di SD/MI dan SMP/MTs menurut kecamatan di Pidie Jaya, 2012

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

56

Kekurangan ruang perpustakaan pada jenjang pendidikan menengah terjadi hampir di semua kecamatan. Kekurangan terbanyak di Kecamatan Bandar Dua dimana ada tiga SMA/MA yang masih membutuhkan ruang perpustakaan. Hanya SMA/MA di Kecamatan Trienggadeng yang seluruhnya telah dilengkapi dengan ruang perpustakaan. Sementara itu di SMK, semua SMK yang berada di empat kecamatan sama sekali belum memiliki ruang perpustakaan.

Grafik 47. Kekurangan Ruang Perpustakaan di SMA/MA dan SMK menurut Kecamatan di Pidie Jaya, 2012

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie Jaya, 2012

Persentase SMA/MA/SMK di Pidie Jaya yang memiliki laboratorium IPA lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata Aceh. Pada tahun 2012, persentase SMA/MA/SMK di Pidie Jaya yang telah dilengkapi laboratorium IPA mencapai 50 persen. Capaian ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata Aceh sebesar 45 persen. Sementara itu, persentase SMP/MTs yang memiliki laboratorium IPA di Pidie Jaya mencapai 56 persen atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata Aceh sebesar 59 persen. Grafik 48. Persentase sekolah yang dilengkapi laboratorium IPA menurut jenjang pendidikan di Pidie Jaya dan rata-rata Aceh, 2012

OTONOMI KHUSUS Pidie Jaya | 2014

57

Masih terdapat SMA/MA di sebagian kecil kecamatan yang masih membutuhkan laboratorium IPA. Kekurangan fasilitas laboratorium IPA paling banyak terjadi di Kecamatan Bandar Dua sebanyak tiga unit dan paling sedikit terdapat di Kecamatan Panteraja yaitu satu unit. Kondisi berbeda terjadi di SMK. Seluruh SMK yang terdapat di empat kecamatan belum dilengkapi fasilitas ini. Masing-masing SMK di kecamatan tersebut membutuhkan satu unit laboratorium IPA.

Berbeda dengan SMA/MA, SMP/MTs di sebagian besar kecamatan masih kekurangan laboratorium IPA. Hanya di Kecamatan Jangka Buya semua SMP/MTs sudah memiliki fasilitas laboratorium ini. Sedangkan di tujuh kecamatan lainnya masih kekurangan. Kebutuhan terbanyak terjadi di Kecamatan Tringgadeng yaitu tiga unit dan paling sedikit di Kecamatan Panteraja dan Meureudu masing-masing membutuhkan satu unit.

Grafik 49. Kekurangan laborartorium IPA di SMP/MTs dan SMA/MA menurut kecamatan di Pidie Jaya, 2012

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie Jaya, 2012

Ketersediaan laboratorium bahasa SMP/MTs di Pidie Jaya sudah lebih baik dibandingkan rata-rata Aceh. Pada tahun 2012, terdapat sebanyak 24 persen dari total SMP/MTs di Pidie Jaya yang telah dilengkapi laboratorium bahasa. Capaian ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata Aceh sebesar 11 persen. Sementara itu, hanya lima persen dari total SMA/MA/SMK di Pidie Jaya yang dilengkapi laboratorium bahasa. Persentase ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata Aceh sebesar 19 persen.

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

58

Grafik 50. Persentase sekolah yang dilengkapi laboratorium Bahasa menurut jenjang pendidikan di Pidie Jaya dan rata-rata Aceh, 2012

Sumber: Dinas Pendidikan Aceh dan Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie Jaya, 2012

Namun, kebutuhan fasilitas laboratorium bahasa untuk pendidikan SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK masih terjadi di seluruh kecamatan. Di SMP/MTs, kekurangan terbanyak untuk fasilitas laboratorium ini terdapat Kecamatan Bandar Dua yaitu delapan unit dan paling sedikit di Kecamatan Jangka Buya dan Panteraja masing-masing satu unit. Pada pendidikan SMA/MA, kekurangan laboratorium bahasa paling banyak di Kecamatan Bandar Baru yaitu empat unit dan paling sedikit di empat kecamatan lainnya masing-masing satu unit. Sementara semua SMK yang terdapat di empat kecamatan belum dilengkapi laboratorium bahasa. Grafik 51. Kekurangan laboratorium bahasa di SMP/MTs, SMA/MA dan SMK menurut kecamatan di Pidie Jaya, 2012

OTONOMI KHUSUS Pidie Jaya | 2014

59

Ketersediaan laboratorium komputer di Pidie Jaya berada di bawah rata-rata Aceh. Hingga tahun 2012, hanya 12 persen dari total SMP/MTs di Pidie Jaya yang sudah dilengkapi laboratorium komputer. Persentase ini lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata Aceh sebesar 24 persen. Sementara di SMA/MA/SMK, meski persentase ketersediaannya sudah mencapai 55%, tetapi masih lebih rendah dibandingkan rata-rata Aceh sebesar 64 persen.

Grafik 52. Persentase sekolah yang dilengkapi laboratorium Komputer menurut jenjang pendidikan di Pidie Jaya dan Rata-rata Aceh, 2012

Sumber: Dinas Pendidikan Aceh dan Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie Jaya, 2012

Pada tingkat SMP/MTs, seluruh kecamatan masih kekurangan laboratorium komputer. Kekurangan laboratorium komputer paling banyak terdapat Kecamatan Bandar Baru yang masih membutuhkan delapan unit lagi dan paling sedikit di Kecamatan Jangka Buya dan Panteraja masing-masing satu unit. Sementara SMA/MA, kekurangan laboratorium komputer terjadi di lima kecamatan. Kekurangan terbanyak di Kecamatan Bandar Baru yaitu dua unit dan paling sedikit di empat kecamatan lainnya masing-masing satu unit. Sedangkan di SMK, tiga kecamatan masih membutuhkan masing-masing satu unit fasilitas laboratorium komputer. Grafik 53. Kekurangan laboratorium komputer di SMP/MTs dan SMA/MA menurut kecamatan di Pidie Jaya, 2012

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

60

Dana Otsus dialokasi untuk pembangunan fasilitas sekolah/madrasah masing-masing untuk tiga unit perpustakaan, tiga unit laboratorium IPA, dan lima unit laboratorium komputer. Pembangunan perpustakaan memperoleh alokasi terbesar mencapai Rp 1.61 miliar atau 42 persen dari total Rp. 3,84 miliar untuk ketiga fasilitas sekolah tersebut. Alokasi terbesar kedua untuk Lab Komputer yaitu Rp 1,33 miliar atau 35 persen. Sementara pembangunan Lab IPA memperoleh alokasi paling sedikit yaitu Rp 0,91 miliar atau 24 persen. Penambahan jumlah fasilitas-fasilitas tersebut selama periode 2009-2012 juga memperoleh pembiayaan dari sumber lainnya.

Grafik 54. Perkembangan dan alokasi dana Otsus untuk fasilitas pendidikan di Pidie Jaya 2009-2012

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie Jaya, 2009 dan 2012

Catatan: Perpustakaan untuk semua jenjang pendidikan sedangkan Lab, IPA dan Komputer hanya untuk SMP/MTs dan SMA/MA/SMK.

Selain fasilitas sekolah di atas, ketersediaan buku teks juga berkontribusi terhadap kualitas layanan pendidikan. Rasio buku per siswa merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur kecukupan buku teks. Rasio ini idealnya bernilai satu yang berarti buku teks cukup untuk setiap siswa. Namun, jika rasio ini lebih besar dari satu berarti terjadi kelebihan buku teks. Sebaliknya jika rasio ini lebih kecil dari satu berarti terjadi kekurangan buku teks.

Ketersediaan buku-buku mata pelajaran yang diuji pada ujian nasional (UN) untuk tingkat SMP/MTs belum merata antar kecamatan. Terdapat empat mata pelajaran yang diujikan pada tingkat pendidikan SMP/MTs yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, matematika, dan IPA. Kebutuhan buku tertinggi untuk keempat mata pelajaran ini terdapat di Kecamatan Bandar Dua dengan rincian buku Bahasa Indonesia sebanyak 1.252 buah, buku Bahasa Inggris sebanyak 1.234 buah, buku Matematika sebanyak 1.114 buah dan buku IPA sebanyak 1.160 buah. Berbeda dari SMP/MTs, ketersediaan buku mata pelajaran yang diuji pada ujian akhir sekolah berstandar nasional (UASBN) SD/MI telah tersedia di semua kecamatan.

OTONOMI KHUSUS Pidie Jaya | 2014

61

Grafik 55. Kekurangan buku-buku teks di SMP/MTs menurut kecamatan, 2012

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie Jaya, 2012

Kualifikasi atau kelayakan mengajar dan kompetensi guru merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi peningkatan kualitas pendidikan. Kualifikasi guru ditentukan dari persentase guru yang berpendidikan minimal S1/D4. Sementara tingkat kompetensi guru diukur dari banyaknya guru yang telah tersertifikasi.

Persentase guru termasuk kepala sekolah yang berkualifikasi minimal S1/D4 di jenjang pendidikan dasar mengalami peningkatan. Sebelumnya pada tahun 2010, persentase guru SD/MI yang layak mengajar masih 26 persen, namun pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 48 persen atau lebih baik

dari rata-rata Aceh sebesar 37 persen.31 Sama halnya dengan persentase guru SMP/MTs. Pada tahun

2010 persentase guru yang layak mengajar masih 75 persen. Namun meningkat menjadi 85 persen pada tahun 2012 atau lebih tinggi dari rata-rata Aceh sebesar 81 persen.

Guru termasuk kepala sekolah yang berkualifikasi di pendidikan menengah juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2010, persentase kelayakan mengajar guru di jenjang ini sudah mencapai 94 persen atau sudah lebih baik dari rata-rata Aceh sebesar 93 persen. Persentase ini bertambah baik pada tahun 2012 di mana 98 persen guru dan kepala sekolah yang sudah layak mengajar.

31 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 9 menyebutkan bahwa guru berkualifikasi akademik pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat.

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

62

Grafik 56. Persentase guru berkualifikasi minimal S1/D4 menurut jenjang pendidikan di Pidie Jaya dan rata-rata Aceh, 2010-2012

Sumber: Dinas Pendidikan Aceh dan Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie Jaya, 2010-2012

Guru yang belum berkualifikasi S1/D4 untuk jenjang pendidikan SD/MI dan SMP terdapat di seluruh kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya. Di tingkat SD/MI, persentase guru layak mengajar tertinggi terdapat di Kecamatan Ulim yang mencapai 65 persen sedangkan terendah di Kecamatan Bandar Baru yang hanya memiliki 37 persen guru layak mengajar Sementara di SMP/MTs, persentase guru layak mengajar tertinggi terdapat di Kecamatan Panteraja yang mencapai 90 persen dan terendah di Kecamatan Bandar Dua yang sebesar 79 persen.

Grafik 57. Persentase guru berkualifikasi minimal S1/D4 menurut jenjang pendidikan dan kecamatan di Pidie Jaya, 2012

OTONOMI KHUSUS Pidie Jaya | 2014

63

Kabupaten Pidie Jaya merupakan salah satu kabupaten yang memiliki jumlah tertinggi guru dan kepala sekolah yang telah tersertifikasi. Hingga tahun 2012, persentase guru yang tersertifikasi di semua jenjang pendidikan di Pidie Jaya mencapai 32 persen. Capaian Pidie Jaya ini sudah lebih baik dari rata-rata Aceh sebesar 28 persen. Grafik 58. Persentase guru dan kepala sekolah yang tersertifikasi di semua jenjang pendidikan (SD/MI s/d SMA/MA/SMK) menurut kabupaten, 2012

Sumber: Dinas Pendidikan Aceh, 2012

Namun, disparitas tingkat kompetensi guru dan kepala sekolah antar satuan pendidikan masih terjadi di Pidie Jaya. Pada tahun 2012, persentase tertinggi guru yang terserfikasi berada pada satuan pendidikan MA dengan capaian sebesar 43 persen. Sedangkan guru dan kepala sekolah dengan tingkat kompetensi terendah berada pada satuan pendidikan SMK di mana baru 10 persen yang tersertifikasi.

Grafik 59. Persentase guru dan kepala sekolah tersertifikasi menurut jenjang pendidikan di Pidie Jaya, 2012

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

64

3.2.4 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Alokasi dana Otsus belum searah dengan prioritas pembangunan bidang pendidikan dalam RPJM

Kabupaten Pidie Jaya 2009-2014. Sebagian besar dana Otsus dialokasikan untuk perluasan dan pemerataan akses pendidikan. Sementara alokasi untuk peningkatan kualitas pendidikan sebagaimana telah menjadi misi RPJM bidang pendidikan masih terbatas. Oleh sebab itu, Pemerintah Pidie Jaya memfokuskan pemanfaatan dana Otsus untuk peningkatan kualitas pendidikan.

2. Kesenjangan ketersediaan fasilitas sekolah/madrasah dan tenaga pendidik yang berkualitas antar kecamatan dan antar satuan pendidikan masih terjadi. Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya sebaiknya memprioritaskan Dana Otsus memenuhi kebutuhan fasilitas sekolah dan tenaga pendidik berkualitas sesuai dengan standar pelayanan pendidikan di setiap kecamatan dan satuan pendidikan.

3. Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya menyediakan fasilitas sekolah antara lain pembangunan

perpustakaan dan laboratorium, pengadaan alat praktik, dan pengadaan buku teks untuk melengkapi buku-buku yang dibeli oleh Progam BOS. Semetara itu, untuk meningkatkan mutu tenaga pendidik, Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya dapat menyalurkan beasiswa bagi guru yang belum berkualifikasi minimal S1/D4. Untuk meningkatkan kompetensi tenaga pendidik, Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya dapat mengalokasi dana Otsus untuk pelatihan guru kelas untuk SD/MI dan mata pelajaran untuk SMP/MTs dan SMA/MA/SMK, untuk pelaksanaan kelompok kerja guru dan musyawarah guru mata pelajaran.

OTONOMI KHUSUS Pidie Jaya | 2014

65

Dokumen terkait