• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Inner Model atau Model Struktural

Model struktural memberikan gambaran hubungan antar variabel konstruk. Evaluasi model struktural dilakukan dengan melihat nilai R-square yang merupakan uji goodness-fit model.

Tabel 8 Nilai composite reliability

Laten Composite Reliability

DPK 1.0000

Eksternal 0.9657

Kinerja 0.7417

Kredit 1.0000

Risiko 1.0000

Sumber : data diolah (2014)

Tabel 7 Nilai AVE dan √AVE

AVE √AVE DPK 1.0000 1.0000 Eksternal 0.9337 0.9663 Kinerja 0.5894 0.7677 Kredit 1.0000 1.0000 Risiko 1.0000 1.0000

26

Hasil pengujian yang dilihat dari nilai R-square, diperoleh bahwa konstruk DPK, konstruk eksternal, konstruk kinerja dan konstruk risiko mampu menjelaskan konstruk kredit sebesar 62.13% dan sisanya sebesar 27.87% dijelaskan oleh faktor lain di luar model.

Selain itu, pengujian hipotesis untuk setiap jalur hubungan variabel dapat dilihat dari hasil boostraping. Metode ini digunakan untuk mengetahui kesalahan standar (standard errors), koefisien jalur (path coefficients) dan nilai T-Statistik. Hubungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 10.

Berdasarkan Tabel 10 pada kolom Original sample (O) dan T statistik diperoleh bahwa faktor kredit dipengaruhi signifikan oleh faktor DPK (GDPK), faktor eksternal (BI rate dan inflasi), faktor kinerja (CAR dan efisiensi) dan faktor risiko (NPL).

Analisis Faktor DPK terhadap Kredit

Hasil pengujian yang dilakukan Tabel 10 menunjukan bahwa nilai koefisien parameter sebesar 0.4641 dengan nilai t hitung sebesar 4.9950 lebih besar dari t tabel (1.96) α . η, w tolak H0, terima H1, yaitu variabel DPK berpengaruh positif signifikan terhadap

kredit pada taraf alpha 5%. Hasil tersebut menunjukan perubahan dana pihak ketiga akan mempengaruhi pula perubahan kredit yang disalurkan bank, sehingga semakin besar dana pihak ketiga yang dihimpun maka akan semakin besar pula kredit yang akan disalurkan oleh bank. Kemampuan bank dalam penghimpunan dana masyarakat tentu akan kembali disalurkan kembali kepada masyarakat, sehingga fungsi bank sebagai lembaga intermediasi dapat dijalankan dengan baik. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian terdahulu yaitu Pratama

Tabel 10 Path coefficient dan T statistik

Hubungan Original Sample (O) Sample Mean (M) Standard Deviation (STDEV) Standard Error (STERR) T Statistics (|O/STERR| ) DPK->Kredit 0.4641 0.4439 0.0929 0.0929 4.9950 Eksternal->Kredit 0.4156 0.4297 0.0695 0.0695 5.9796 Kinerja->Kredit -0.4325 -0.4448 0.0727 0.0727 5.9505 Risiko->Kredit -0.3983 -0.3953 0.0706 0.0706 5.6416

Sumber : data diolah (2014)

Tabel 9 Estimasi path R-square R-square DPK Eksternal Kinerja Kredit 0.6213 Risiko

27 (2010), Luzzati (2012), Kusnandar (2012) dan Astuti (2013) yang menyatakan bahwa dana pihak ketiga memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kredit. Analisis Faktor Eksternal terhadap Kredit

Hasil pengujian yang dilakukan Tabel 10 menunjukan bahwa nilai koefisien parameter sebesar 0.4156 dengan nilai t hitung sebesar 5.9796 lebih besar dari t tabel (1.96) α . η, berarti dapat disimpulkan bahwa Faktor eksternal berpengaruh signifikan terhadap kredit, namun berpengaruh positif sehingga tolak H0. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa gejolak inflasi yang

terjadi telah ditanggapi lebih awal dengan melakukan antisipasi dan melakukan perhitungan dengan cermat sehingga tidak mempengaruhi kebijakan bank dalam penyaluran kredit. Penurunan BI rate yang terjadi selama periode 2009 hingga 2011 mengindikasikan bahwa penurunan tersebut belum optimal untuk meningkatkan pertumbuhan kredit karena perlu beberapa waktu untuk menurunkan suku bunga kredit. Sulitnya penurunan suku bunga kredit dikarenakan oleh beban yang ditanggung oleh bank masih tergolong tinggi dan penurunan suku bunga tidak diikuti dengan peningkatan pertumbuhan kredit. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yaitu Kusnandar (2012) yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit pada Bank di Indonesia. Penelitian Haryati (2008) dengan sampel bank nasional dan bank asing dalam penelitiannya menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan kredit pada bank nasional dan berpengaruh tidak signifikan terhadap bank asing

Analisis Faktor Kinerja terhadap Faktor Kredit

Hasil pengujian yang dilakukan Tabel 10 menunjukan bahwa memiliki nilai koefisien parameter masing-masing sebesar -0.4325 dengan nilai t hitung sebesar 5.9505 lebih dari t tabel (1.96) α . η, kesimpulan bahwa Faktor Kinerja berpengaruh signifikan terhadap variabel Kredit pada taraf alpha 5%, namun memiliki pengaruh negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja yang dilihat dari kecukupan modal dan efisiensi tidak mendorong peningkatan penyaluran, karena PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk masih fokus untuk mempertahankan modalnya sehingga cenderung menahan dananya untuk memenuhi CAR sehingga membatasi kredit. Selain itu efisiensi pun masih belum optimal karena beban bunga meningkat lebih cepat dibanding dengan peningkatan pendapatan, sehingga bank perlu tambahan pendapatan untuk menutupi biaya bunga. Penelitian Nuryakin dan Warjiyo (2006) dalam Kusnandar (2012) juga menyimpulkan bahwa CAR berkorelasi negatif dengan penawaran kredit karena CAR mempersempit ruang bank dalam menawarkan kreditnya. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian terdahulu yaitu Pratama (2010), Luzzati (2012), Kusnandar (2012) dan Astuti (2013) yang menyatakan bahwa CAR dan Efisiensi memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kredit.

Analisis Faktor Risiko terhadap Faktor Kredit

Hasil pengujian yang dilakukan Tabel 10 menunjukan bahwa memiliki nilai koefisien parameter masing- masing sebesar -0.3983 dengan nilai t hitung sebesar 5.6416 lebih dari t tabel (1.96) α . η,

28

kesimpulan bahwa tolak H0, yaitu variabel NPL berpengaruh negatif signifikan

terhadap variabel Kredit pada taraf alpha 5%. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi risiko yang dihadapi oleh bank maka semakin rendah pertumbuhan kredit yang dilakukan atau sebaliknya ketika risiko rendah maka bank akan meningkatnya pertumbuhan kredit. Tingginya NPL membuat bank lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit karena risiko kerugian yang dihadapi pun semakin tinggi sehingga bank cenderung akan mengendalikan jumlah kreditnya dan menyelesaikan kredit yang bermasalah terlebih dahulu. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yaitu Nandadipa (2010), Pauzi (2011) dan Kusnandar (2012) yang menyatakan bahwa risiko (NPL) berpengaruh negatif signifikan terhadap penyaluran kredit pada Bank di Indonesia.

Implikasi Manajerial

Berdasarkan penelitian menujukan bahwa faktor dana pihak ketiga memiliki pengaruh positif terhadap kredit sebesar 0.4641. Pada dasarnya dana pihak ketiga (DPK) merupakan sumber dana utama yang digunakan untuk menyalurkan kredit. DPK yang telah berhasil dihimpun oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk telah optimal disalurkan menjadi kredit. Selain itu, fungsi intermediasi bank dalam penyaluran kredit masih mengandalkan dana pihak ketiga sehingga pengelolaan dan peningkatan dana pihak ketiga perlu diperhatikan. Salah satu cara pengelolaan yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan pelayanan manfaat yang lebih menarik agar nasabah lebih loyal. Selain itu, bank perlu meningkatkan aksestabilitas kepada masyarakat dengan meningkatkan mutu teknologi atau menawarkan produknya langung kepada masyarakat, misalnya dengan membuat event khusus dengan promosi bunga tinggi atau hadiah yang menarik yang melibatkan masyarakat untuk menabung di bank.

Faktor eksternal memiliki pengaruh positif terhadap faktor kredit secara langsung sebesar 0.4156. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor eksternal berpengaruh positif signifikan terhadap kredit baik langsung ataupun melalui DPK. Pengaruh positif baik langsung ataupun tidak langsung antara faktor eksternal terhadap kredit mengindikasikan bahwa PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk telah melakukan antisipasi terlebih dahulu dalam menanggapi gejolak yang berasal dari eksternal bank. Selain itu, kebijakan penurunan BI rate

yang dilakukan BI belum optimal untuk meningkatkan kredit yang disalurkan. Hal tersebut menjadi perhatian bagi bank agar dapat memutuskan kebijakan yang sesuai dengan kondisi eksternal seperti pihak manajemen perusahaan melakukan penyesuaian suku bunga kredit dengan melakukan perhitungan secara cermat agar kredit tetap dapat dijalankan.

Faktor kinerja memiliki pengaruh terhadap kredit sebesar -0.432. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor kinerja masih belum optimal dan faktor kinerja diindikasikan sebagai beban bank yang harus dijaga sehingga perlu untuk dikelola dengan baik. Perbankan masih perlu meningkatkan modalnya dengan cara meingkatkan aset yang dimiliki dengan menambah pinjaman subordinasi serta melakukan pengelolaan aset agar modal yang dimiliki difokuskan untuk meningkatkan penyaluran kredit. Dari sisi efisiensi, pengoptimalan pendapatan

29 yang diperoleh dapat dilakukan dengan cara mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh bank, diantaranya meningkatkan dana murah (giro dan tabungan), meningkatkan fasilitas berbasis online dan meningkatkan pendapatan dari pendapatan non bunga atau fee based income.

Faktor risiko memiliki pengaruh langsung terhadap kredit sebesar -0.3983. Faktor risiko berpengaruh negatif signifikan terhadap kredit. Bagi pihak manajemen, risiko merupakan hal yang perlu dikelola oleh bank karena apabila risiko tinggi tentu akan menimbulkan masalah yang tentu mempengaruhi kondisi internal bank, sehingga ketika risiko meningkat bank cenderung mengurangi kredit yang disalurkan. Dengan demikian perlu adanya penanganan risiko yang baik sehingga risiko dapat dicegah atau dikurangi risikonya. Hal tersebut dapat ditangani dengan mematuhi prosedur kredit sesuai dengan ketetapan yang berlaku seperti usaha yang akan didanai layak, syarat kelayakan usaha dan reputasi calon debitur baik. Selain itu risiko dapat ditangani dengan melakukan monitoring pasca kredit disalurkan seperti melakukan survei rutin ke kreditur agar tepat guna.

Dokumen terkait