• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3.6 Pembuatan Peta Tipe Iklim Pada ArcGis 10

3.6.2 Input Data Peta dan Data Pendukung

Melalui koneksi folder yang sudah ditentukan, kemudian bisa memasukkan data dari folder tersebut, dengan cara Add Data kemudian pilih data yang akan dimasukkan yaitu : kab_aceh.shp dan laut.shp

Gambar 3.3 Input Data Peta

3.6.3 Input Data Tipe Ikim Oldeman

Setelah data peta administrasi Provinsi Aceh (kab_aceh.shp) dimasukkan, maka langkah selanjutnya memasukkan data tipe iklim Oldeman beserta dengan titik koordinat pos hujan Oldeman, dengan cara Add Data kemudian pilih data yang akan dimasukkan yaitu koordinat pos oldeman.dbf dimana data ini terisi dengan nama pos hujan, titik koordinat, tipe iklim oldeman dan juga nilai bobot untuk proses interpolasi data.

Setelah layer koordinat pos oldeman terbentuk, pilih di simbol titik sehingga muncul berbagai macam pilihan simbol sesuai dengan yang akan digunakan dan bisa merubah bentuk, ukuran dan warna simbol untuk titik-titik koordinat yang ditampilkan pada peta.

Gambar 3.4 Input Data Tipe Iklim Oldeman

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Tipe Iklim Oldeman

Tipe iklim ditentukan menggunakan data curah hujan dengan periode waktu tertentu. Dari data curah hujan tersebut, disajikan dalam bentuk curah hujan rata-rata bulanan, kemudian menentukan jumlah bulan basah (BB) berturut-turut dan juga jumlah bulan kering (BK) berturut-turut.

Bulan basah (BB) yaitu bulan dengan rata-rata curah hujan lebih dari 200 mm sedangkan bulan kering (BK) yaitu bulan dengan rata-rata curah hujan kurang dari 100 mm. Setelah di analisa maka dapat menghasilkan tipe iklim suatu wilayah berdasarkan Klasifikasi Oldeman. Berikut ini grafik curah hujan berdasarkan tipe iklim oldeman :

Gambar 4.1 Grafik Curah Hujan Tipe Iklim A1

0

Gambar 4.2 Grafik Curah Hujan Tipe Iklim B1

Gambar 4.3 Grafik Curah Hujan Tipe Iklim B2

0

Gambar 4.4 Grafik Curah Hujan Tipe Iklim C1

Gambar 4.5 Grafik Curah Hujan Tipe Iklim C2

0

Gambar 4.6 Grafik Curah Hujan Tipe Iklim D1

Gambar 4.7 Grafik Curah Hujan Tipe Iklim D2 dan D3

0

Gambar 4.8 Grafik Curah Hujan Tipe Iklim E

Dari 35 data pos pengamatan curah hujan, sebaran lokasi data tidak merata bahkan ada kabupaten/kota yang tidak memiliki data yaitu Aceh Jaya, Gayo Lues dan Subulusalam. Untuk Kabupaten/Kota yang hanya diwakili dengan 1 titik pos pengamatan curah hujan yaitu : Banda Aceh, Sabang, Bireun, Langsa, Tamiang Hulu, Aceh Tenggara, Bener Meriah, Aceh Selatan dan Aceh Singkil. Sedangkan untuk kabupaten/kota lainnya sudah memiliki sebaran data yang cukup baik dengan 1 Kabupaten/Kota memiliki minimal 2 titik pos pengamatan curah hujan seperti Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tengah, Nagan Raya dan Simeulue (data curah hujan terdapat pada lampiran 1).

Dengan sebaran data yang tidak merata dan adanya Kabupaten/Kota yang tidak memiliki data maka dengan menggunakan Software ArcGis akan dilakukan proses interpolasi data sehingga setiap titik data akan mempengaruhi wilayah yang tidak memiliki data.

4.2 Interpolasi Data Pada ArcGis 10

4.2.1 Proses Interpolasi Data dan Simbologi Peta

Proses interpolasi data dilakukan melalui menu geoprocessing pilih ArcTollbox pilih Spatial Analyst Tools pilih Interpolation kemudian pilih IDW (Inverse Distance Weighted).

Gambar 4.9 Interpolasi menggunakan IDW

Kemudian akan muncul box dari menu IDW, dalam Input Point Features pilih koordinat pos oldeman Events, Z value field pilih BOBOT dan Output cell size dimasukkan 0.001 untuk memperhalus tampilan peta kemudian pilih menu Environments pilih Processing Extent pilih Same as layer kab_aceh, hal ini dilakukan untuk menyesuaikan hasil interpolasi dengan peta administrasi Provinsi Aceh.

Gambar 4.10 Proses Interpolasi Data

Setelah proses interpolasi selesai maka akan tampil peta dengan warna sesuai nilai bobot dari tipe iklim Oldeman.

Gambar 4.11 Hasil Interpolasi

Langkah selanjutnya melakukan simbologi peta klasifikasikan hasil interpolasi sesuai dengan bobot tipe iklim oldeman yaitu 8 kelas, sesuai dengan jumlah klasifikasi tipe iklim Oldeman.

Gambar 4.12 Hasil Simbologi

4.2.2 Desain Keterangan/Legenda Peta

Langkah terakhir dalam pembuatan peta adalah dengan membuat keterangan pada peta, untuk mempermudah dalam pembacaan peta. Dalam memodifikasi tampilan layout keterangan pada peta, menambahkan garis, kotak, teks dan sebagainya bisa dibuat menggunakan menu ataupun Toolbar Drawing bisa juga memodifikasi atau menambahkan file yang dibutuhkan melalui menu Insert.

Gambar 4.13 Hasil Keterangan/Legenda Peta

4.2.3 Exsport Peta Dalam Bentuk File Gambar

Setelah proses pembuatan legenda peta sudah selesai, maka langkah terakhir menjadikan peta ke dalam bentuk file gambar. bisa menjadi file JPEG, PNG, TIFF dan jenis file gambar lainnya.

Gambar 4.14 Proses Export Peta

Setelah melakukan proses Export peta, maka diperoleh peta tipe iklim Oldeman Provinsi Aceh.

Gambar 4.15 Peta Tipe Iklim Oldeman Provinsi Aceh

4.3 Analisa Hasil Pemetaan Tipe Iklim Oldeman

Berdasarkan peta tipe iklim Oldeman maka diperoleh informasi sebagai berikut:

Tabel 4.1 Tipe Iklim Oldeman Provinsi Aceh No. Tipe Iklim

Oldeman Wilayah Kabupaten/Kota

1 A1, A2

Aceh Selatan bagian barat, Aceh Barat Daya bagian selatan dan bagian barat, Nagan Raya bagian tengah, bagian selatan dan bagian barat serta Aceh Barat bagian tenggara.

2 B1 bagian utara, Gayo Lues bagian selatan dan bagian barat serta Aceh Selatan bagian tengah dan bagian utara.

4 C1

Aceh Tenggara, Aceh Selatan bagian timur, Gayo Lues bagian selatan dan bagian tengah, Nagan Raya bagian utara, Aceh Barat bagian tengah serta Bener Meriah bagian barat.

5 C2, C3, C4

Subulussalam, Aceh Selatan bagian timur, Gayo Lues bagian tengah, Aceh Tengah bagian selatan dan bagian barat, Aceh Barat bagian utara, Aceh Jaya bagian timur, Pidie bagian tengah dan bagian selatan, Bener Meriah bagian barat, Aceh Utara bagian barat daya serta Bireun bagian tenggara.

6 D1

Aceh Singkil, Aceh Selatan bagian timur, Aceh Tamiang bagian timur dan bagian barat daya, Gayo Lues bagian Tenggara, Aceh Timur bagian selatan, Aceh Tengah bagian tengah, Bener Meriah bagian tengah, Bireun bagian tengah

dan bagian utara, Pidie, Aceh Jaya bagian tengah, bagian utara dan bagian selatan, Pidie Jaya bagian selatan, Aceh Besar bagian tenggara serta Sabang.

7 D2, D3, D4 bagian timur dan bagian barat, Pidie Jaya, Pidie bagian utara, Aceh Besar bagian tengah dan bagian timur laut, Aceh Jaya bagian tengah dan bagian barat.

8 E

Banda Aceh, Aceh Besar bagian tengah, bagian utara, bagian selatan dan bagian barat, Aceh Jaya bagian barat laut, Bireun bagian timur laut, Lhokseumawe, Aceh Utara bagian tengah, bagian selatan, bagian timur laut dan bagian barat laut, Aceh Timur bagian timur, Langsa serta Aceh Tamiang bagian utara.

Dari informasi tabel diatas maka terlihat jelas dalam satu wilayah kabupaten/kota terdapat lebih dari satu tipe iklim, hal ini terjadi dari proses interpolasi data yang digunakan untuk menutupi wilayah yang tidak memiliki data dan juga jumlah data yang sedikit serta sebaran data yang tidak merata di 23 kabupaten/kota Provinsi Aceh.

Untuk wilayah kabupaten/kota yang tidak memiliki data atau tidak memiliki sebaran data yang merata, tentu infomasi tipe iklim Oldeman untuk wilayah kabupaten/kota itu kurang akurat hal ini disebabkan karena tipe iklim yang terbentuk merupakan hasil dari interpolasi data yang ada di sekitar wilayah tersebut.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Dari hasil pemetaan tipe iklim Oldeman yang menggunakan 35 data dari pos pengamatan curah hujan di Provinsi Aceh menunjukan bahwa ada perbedaan tipe iklim yang sangat mencolok antara wilayah pantai timur dengan wilayah pantai barat Provinsi Aceh, dimana wilayah pantai timur dengan tipe Iklim D dan E sedangkan wilayah pantai barat dominan dengan tipe iklim A dan B.

b. Dengan jumlah data yang sedikit dan sebaran data curah hujan yang belum merata, maka dalam satu kota/kabupaten bisa mengalami tipe iklim yang berbeda-beda yang terjadi dari proses interpolasi data. Sehingga untuk wilayah yang tipe iklimnya merupakan hasil interpolasi data, maka informasi untuk wilayah tersebut memiliki tingkat keakuratan yang rendah.

5.2 Saran

Dengan adanya hasil penelitian ini maka penulis menyarankan beberapa hal antara lain :

a. Kepada semua instansi terkait dan pengguna informasi hendaknya memeperhatikan peta klasifikasi iklim ini sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan, mengingat pentingnya informasi iklim.

b. Pemetaan klasifikasi iklim ini tentunya mempunyai kekurangan terutama jumlah dan sebaran data yang masih terbatas, untuk itu bagi peneliti yang ingin bisa mengembangkan atau melakukan verifikasi tipe iklim untuk hasil yang informasi yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, E. 2005. Sistem Informasi Geografis Menggunakan Arc Gis. Andi : Yogyakarta.

Prahasta, E. 2007. Sistem Informasi Geografis Tutorial Arc Gis. Informatika Bandung : Bandung.

Prahasta, E. 2011. Tutorial Arc Gis Dekstop Untuk Bidang Geodesi dan Geomatika. Informatika Bandung : Bandung.

Kartasapoetra, A.G. 2009. Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Aksara : Jakarta.

Dokumen terkait