• Tidak ada hasil yang ditemukan

INPUT DATA SPASIAL (PARAMETER LAHAN KRITIS)

Data Spasial Vegetasi Permanen

Kondisi penutupan lahan dinilai berdasarkan prosentase penutupan tajuk pohon dan diklasifikasikan menjadi lima kelas. Masing-masing kelas penutupan lahan selanjutnya diberi skor untuk penentuan lahan kritis yakni dengan berdasarka SK Dirjen RRL No.041/Kpts/V/1998. Dalam penentuan nilai penutupan lahan, pengklasifikasian berdasarkan dengan nilai Indeks penutupan vegetasi (C) dan Indeks pengolahan lahan atau tindakan konservasi (P), dan kemudian yang lebih dikenal dengan faktor Crops Practice (Cp) setelah dilakukan pengabungan. Pengkelasan nilai Cp dari masing-masing jenis penggunaan lahan akan digunaka sebagi salah satu parameter penentu tingkat kekritisan lahan.

Kondisi vegetasi permanen pada DAS Bila menunjukkan ada tiga jenis vegetasi yakni Hutan Lahan Kering Sekunder, Belukar dan Pertanian Lahan Kering Campur Semak . Hutan Lahan Kering Sekunder mendominasi penutupan lahan pada DAS Bila dengan total luasan ± 13.840,530 Ha.

Tabel 6. Jenis Vegetasi Permanen

Luas (Ha) Luas (%) JenisPenggunaan Lahan HL HPT HL HPT

Belukar 826,941 1.612,472 7,34 21,40

Hutan Lahan Kering Sekunder 7.918,476 5.922,054 70,27 78,60 Pertanian Lahan Kering Campur Semak 2.522,865 - 22,42 - Sumber ; Hasil Tabulasi

Vegetasi permanen merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam analisa spasial lahan kritis, ditunjukkan dari bobot 50 %. Dalam analisa, vegetasi

permanen dalam fungsi kawasan Hutan Lindung dan Hutan Produksi Terbatas untuk masing – masing kelas ditunjukkan pada tabel berikut;

Tabel 7. Pengkelasan Nila CP

Kelas Nilai Cp Kelas Hutan Lahan Kering Sekunder 0,0060 Sangat Baik Pertanian Lahan Kering Campur Semak 0,0795 Buruk

Belukar 0,1 Sangat Buruk

Sumber ; SK Dirjen RRL No. 041 / Kpts V / 1998

Tabel 8 . Klasifikasi Vegetasi Permanen

Luas (Ha) Luas (%) JenisPenggunaan Lahan Skor HL HPT HL HPT Sangat Baik 5 7.918,476 5.922,054 70,27 78,60

Buruk 2 2.522,865 - 22,42 21,40

Sangat Buruk 1 826,941 1.612,472 7,34 Sumber ; Hasil Tabulasi

Data Spasial Kemiringan Lereng

Kemiringan dan panjang lereng merupakan dua unsur yang sangat penting dalam penentuan tingkat kekritisan lahan karena akan berpengaruh pada laju limpasan permukaan (run off) dan tingkat bahaya erosi. Kemiringan lereng adalah perbandingan tinggi (jarak vertikal) dengan jarak mendatarnya. Kemiringan lereng dinyatakan dalam % (persen) dan O (derajat). Data spasial kemiringan lereng merupakan hasil dari penyusunan data ketinggian garis kontur dengan bersumber dari peta rupabumi atau topografi. Pengolahan untuk menghasilkan informasi kelerengan yang berasal dari data kontur dapat dilakukan secara manual atau dengan bantuan komputer apabila sudah dalam format digital. Berdasarkan hasil pengolahan data kontur yang dilakukan oleh BPDAS Asahan Barumun, Pematang Siantar, pengklasifikasian kemiringan lereng DAS Bilah dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9. Klasifikasi Kemiringan Lereng

Luas (Ha) Luas (%)

Klasifikasi HL HPT HL HPT 0-8 % 6,028 - 0,05 - 8-15% 1.988,633 920,943 17,67 12,20 15-25% 903,234 490,081 8,02 6,49 25-40% 3.089,916 2.738,407 27,53 36,29 >40% 5.257,082 3.394,481 46,73 45,02 Sumber ; Hasil Tabulasi

Berdasarkan gambar klasifikasi kemiringan lerengan yang ditampilkan dalam maka didapat sebaran lahan dan luasan berdasarkan kelas kelerengan. Pengklasifikasian lahan berdasarkan kelerengan bertujuan untuk penentuan arah fungsi lahan.

Faktor kelerengan mempunyai peran yang penting dalam penentuan tingkat kekritisan lahan. Keterkaitannya akan berdampak pada tingkat bahaya erosi. Semakin curam lereng maka akan memperbesar laju run off, selain itu dengan semakin miringnya lereng akan memberikan potensi yang besar untuk terkikis butiran tanah terpercik dikarenakan energi kinetik hujan. Dengan demikian lereng permukaan tanah makin curam maka kemungkinan erosi akan lebih persatuan luas.

Dari hasil yang didapat bahwasanya kawasan DAS Bilah di dominasi dengan kelerengan sangat curam (>40%) dengan total luas kawasan 6.701,968 Ha (88,95%). Ini menjadikan sangat potensial untuk terjadi erosi, disamping kawasan DAS Bila vegetasi permanen hanya ada dua jenis vegetasi yakni hutan lahan kering sekunder dan belukar. Menjadi potensi besar untuk terjadi erosi dan dan kekritisan lahan.

Data Spasial Tingkat Erosi

Erosi dapat juga disebut pengikisan tanah atau kelongsoran bagian-bagian tanah dai suatu tempat ketempat lain yang diangkut oleh air maupun angin yang berlangsung baik secara alami maupun maupun karena tindakan/perbuatan manusia. Erosi menebabkan hilangnya lapisan tanah yang subur dan baik untuk perumbuhan tanaman serta kurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Secara umum, terjadinya erosi ditentukan oleh faktor –faktor iklim(terutama intensitas curah hujan), topografi, karakterstik tanah, vegetasi penutup tanah, tata guna lahan.

Data spasial tingkat erosi diperoleh dari pengolahan data spasial system lahan (Land system). Setiap poligon (unit pemetaan) land system mempunyai data atribut yang salah satunya berisikan tentang informasi bahaya erosi. Tingkat erosi suatu lahan dalam penentuan lahan kritis di bedakan menjadi 4 kelas yaitu, ringan, sedang, berat dan sangat berat.

Data spasial tingkat erosi diperoleh dari pengolahan data spasial sistem lahan. Namun jika tidak didapati informasi tentang bahaya erosi pada data spasial sistem lahan maka dilakukan overlay (tumpang susun) data teksrtur tanah (pada peta sistem lahan), kelas lereng, curah hujan, dan tutupan lahan.

Dari hasil pengolahan peta maka didapat luasan tingkat bahaya erosi pada kawasan DAS Bilah. Berikut tabel tabulasi tingkat tingkat bahaya erosi serta luasan.

Tabel 10 .Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi

Luas (Ha) Luas (%)

Tingkat Bahaya Erosi HL HPT HL HPT

Sangat Ringan - - - -

Ringan 3.182,457 2.119,750 28,27 28,09

Sedang - 3.472,782 - 46,03

Berat 5.739,466 713,811 50,99 9,46

Sangat Berat 2.331,97 1.237,569 20,74 16,42 Sumber ; Hasil Tabulasi

Berdasarkan hasil tabulasi yang tingkat bahaya erosi pada kawasan DAS Bilah dalam fungsi kawasan Hutan Lindung didominasi tingkat bahaya erosi berat dengan luasan 5.739,466 Ha dan untuk fungsi kawasan Hutan Produksi Terbatas tingkat bahaya erosi diominasi pada tingkatan sedang dengan luasan 3.472,782 Ha. Seperti yang sebelumnya bahwasanya faktor topografi atau kemiringan lereng merupakan salah satu penyebab terjadinya erosi.

Kriteria Manajemen

Perolehan data kriteria manajemen dilakukan dengan pengecekan lapangan yang digunakan sebagai updating data yang sudah ada. Sesuai dengan karakternya , data yang dihasilkan berupa data atribut. Manajemen pada prinsipnya merupakan data atribut yang berisi mengenai informasi mengenai aspek manajemen.

Berdasarkan informasi yang didapat mengenai manajemen kawasan DAS Bila dari BPDAS Asahan Barumun, Pematang Siantar yang dalam hal ini lembaga pengelola DAS Bila, bahwasanya pengelolaan DAS Bila tergolong sedang atau dalam besarannya tidak lengkap. Ditandai degan tidak lengkapnya kegiatan praktek konservasi tanah yang sesuai dengan petunjuk pelaksanaan konservasi

tanah. Skor yang diberikan adalah 3 karena dalam kategori sedang dan kemudian dikalikan dengan skor kriteria manajemen yakni 30.

Dokumen terkait