• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.3. Insiden Nyeri Tenggorok dan Suara Serak Berdasarkan Pemberian Obat

Penelitian ini mempunyai tujuan utama membandingkan insiden nyeri tenggorok dan suara serak berdasarkan pemberian obat kumur Ketamin dan Benzydamine Hydrochloride akibat intubasi endotrakeal. Pemeriksaan nyeri tenggorok dilakukan pada jam 1, ke–6,ke–12,ke–24.

Derajat nyeri tenggorok pasca operasi

Skor 0 = Tidak ada nyeri tenggorok ( VAS 0 )

Skor 1 = Nyeri tenggorok ringan adalah dijumpai nyeri tenggorok namun tidak nyeri pada saat menelan ( VAS 1–3 )

Skor 2 = Nyeri tenggorok sedang adalah dijumpai nyeri tenggorok dan nyeri saat menelan ( VAS 4–6 )

Skor 3 = Nyeri tenggorok berat adalah dijumpai nyeri tenggorok disertai susah menelan ( VAS 7–10 )

Tabel 3 : Insiden Nyeri Tenggorok Berdasarkan Pemberian Obat

Jam Insiden Ketamin Benzydamine total Uji / p-value I Tidak Nyeri 14 ( 53,8% ) 18 ( 69,2% ) 32 ( 61,5% ) Chi Square

Ringan 9 (34,6% ) 6 ( 23,1% ) 15 ( 28,8% 0 0,522 * Sedang 3 (11,5% ) 2 ( 7,7% ) 5 ( 9,6% )

Berat 0 0 0

6 Tidak Nyeri 12 ( 46,2% ) 17 ( 65,4% ) 29 ( 55,8% ) Chi Square Ringan 12 ( 46,2% ) 8 ( 30,8% ) 20 (38,5% ) 0,369 * Sedang 2 ( 7,7% ) 1 ( 3,8% ) 3 ( 5,8% )

Berat 0 0 0

12 Tidak nyeri 17 ( 65,4% ) 23 ( 88,5% ) 40 (76,9% ) Chi Square Ringan 8 ( 30,8% ) 3 ( 11,5% 0 11 ( 21,2% ) 0,124 *

Sedang 1 ( 3,8% ) 0 1 ( 1,9% )

Berat 0 0 0

24 Tidak nyeri 24 ( 92,3% ) 23 (88,5% ) 47 ( 90,4% 0 Chi Square Ringan 2 ( 7,7% ) 3 ( 11,5% ) 5 ( 9,6% ) 0,638 *

Sedang 0 0 0

Berat 0 0 0

Keterangan : * p - value > 0,05 secara statistik berbeda tidak bermakna

Jam I

Pengumpulan data pada jam pertama adalah satu jam setelah pasien selesai operasi saat pasien masih berada diruang pemulihan. Dari tabel dapat dilihat insiden nyeri tenggorok pada jam I lebih rendah pada kelompok Benzydamine Hydrochloride dibandingkan dengan kelompok ketamin, baik pada insiden nyeri tenggorok ringan ( Ketamin 34 %, Benzydamine 23,1 % ), sedang ( Ketamin 11,5%, Benzydamine 7,7 % ) maupun tidak ada nyeri ( Ketamin 53,8 %, Benzydamine 69,2 % ). Terdapat perbedaan secara persentase, namun dari hasil

uji chi Square didapat nilai p value 0,522, hal ini berarti bahwa secara statistik tidak bermakna antara kedua kelompok obat terhadap nyeri tenggorok akibat intubasi endotrakeal pada jam I setelah selesai operasi ( p > 0,05 ).

Jam ke–6

Pengumpulan data pada jam ke – 6 adalah 6 jam setelah pasien selesai operasi saat pasien sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Dari tabel diatas dapat dilihat terjadi peningkatan insiden nyeri tenggorok ringan pada kedua kelompok ( ketamin dari 9 pasien atau 34,6% menjadi 12 pasien atau 46,2%, Benzydamine dari 6 pasien atau 23,1 % menjadi 8 pasien atau 30,8 % ), sementara terjadi penurunan insiden nyeri tenggorok sedang pada jam ke –6 pada kedua kelompok dibandingkan pada jam I. Demikian pula terjadi penurunan insiden tidak ada nyeri pada jam ke–6 di banding dengan jam I. Pada kedua kelompok pada jam ke –6 tidak terjadi nyeri tenggorok berat.Terdapat perbedaan secara persentase, namun dari hasil uji chi Square didapat nilai p value 0,369 hal ini berarti bahwa secara statistik tidak bermakna antara kedua kelompok obat terhadap nyeri tenggorok akibat intubasi endotrakeal pada jam ke - 6 setelah selesai operasi ( p > 0,05 ).

Jam ke–12

Pengumpulan data pada jam ke – 12 adalah 12 jam setelah pasien selesai operasi saat pasien sudah dipindahkan ke ruang rawat inap . Dari data diatas dapat dilihat terjadi peningkatan perbaikan atau pemulihan insiden nyeri tenggorok dari pemeriksaan dibandingkan pada jam sebelumnya pada kedua kelompok. Walaupun insiden nyeri tenggorok lebih baik pada kelompok Benzydamin, dimana pada insidentidak ada nyeri pada kelompok Benzydamin ( 23 pasien atau 88,5%) lebih tinggi dibandingkan pada kelompok Ketamin ( 17 pasien atau 65,4%). Demikian pula insiden nyeri tenggorok sedang pada kelompok Benzydamine ( 3 pasien atau 11,5% ) lebih rendah dibandingkan kelompok Ketamin ( 8 pasien atau 30,8% ) dan tidak dijumpai insiden nyeri tenggorok berat pada kelompok Benzydamine ( 0 pasien ) dibandingkan kelompok Ketamin ( 1

pasien atau 3,8% ). Terdapat perbedaan secara persentase, namun dari hasil uji chi Square didapat nilai p value 0,124 hal ini berarti bahwa secara statistik tidak bermakna antara kedua kelompok terhadap nyeri tenggorok akibat intubasi endotrakeal pada jam ke - 12 setelah selesai operasi ( p > 0,05 ).

Jam ke–24

Dari data jam ke 24 diatas dapat dilihat bahwa hampir seluruh pasien yang telah menjalani operasi dengan anestesi umum intubasi endotrakeal tidak mengalami nyeri tenggorok , baik pada kelompok Ketamin ( 24 pasien atau 92,3%) maupun pada kelompok Benzydamine Hydrochloride ( 23 pasien atau 88,5%). Hanya beberapa pasien yang mengalami nyeri tenggorok ringan pada kelompok Ketamin ( 2 pasien atau 7,7 % ) dan kelompok Benzydamine Hydrochloride ( 3 pasien atau 11,5% ). Terdapat perbedaan secara persentase, namun dari hasil uji chi Square didapat nilai p value 0,638 hal ini berarti bahwa secara statistik tidak bermakna antara kedua kelompok obat terhadap nyeri tenggorok akibat intubasi endotrakeal pada jam ke - 24 setelah selesai operasi ( p > 0,05 ).

Adapun penilaian suara serak berdasarkan pemberian obat kumur Ketamin dan Benzydamine Hydrochloride tergambar pada tabel berikut ini:

Tabel 4 : Insiden Suara Serak Berdasarkan Pemberian Obat

Jam Insiden Ketamin Benzydamine total Uji / p-value I Tidak Serak 16 ( 61,5% ) 18 ( 69,2% ) 34 ( 65,4% ) Chi Square

Ringan 7 ( 26,9% ) 4 ( 15,4% ) 11 (21,2% ) 0,768 * Sedang 2 ( 7,7% ) 3 (11,5% ) 5 ( 9,6% )

Berat 1 ( 3,8% ) 1 ( 3,8% ) 2 ( 3,8% )

6 Tidak Serak 13 ( 50,0% ) 20 ( 76,9% ) 33 ( 63,5% ) Chi Square Ringan 10 ( 38,5% ) 5 ( 19,2% ) 15 ( 28,8% ) 0,214 * Sedang 2 ( 7,7% ) 1 ( 3,8% ) 3 ( 5,8% )

Berat 1 ( 3,8% ) 0 1 ( 1,9% )

12 Tidak Serak 18 ( 69,2% ) 22 ( 84,6% ) 40 ( 76,9% ) Chi Square Ringan 7 ( 26,9% ) 3 ( 11,5% ) 10 ( 19,2% ) 0,368 * Sedang 1 ( 3,8% ) 1 ( 3,8% ) 2 ( 3,8% )

24 Tidak Serak 24 ( 92,3% ) 24 ( 92,3% ) 48 ( 92,3% ) Chi Square

Ringan 2 ( 7,7% ) 2 ( 7,7% ) 4 ( 7,7% ) 1,0 *

Sedang 0 0 0

Berat 0 0 0

Keterangan : * p - value > 0,05 secara statistik berbeda tidak bermakna

Jam I

Pengumpulan data suara serak pada jam ke – 1 adalah 1 jam setelah pasien selesai operasi saat pasien masih di ke ruang pemulihan, pengambilan data dilakukan bersamaan dengan data nyeri tenggorok.

Dari data diatas dapat dilihat bahwa sebahagian besar pasien tidak mengalami suara serak akibat intubasi endotrakeal setelah operasi, namun pada kedua kelompok masih terdapat beberapa pasien yang mengalami suara serak ringan ( kelompok Ketamin 7 pasien atau 26,9% dan kelompok Benzydamine 4 pasien atau 15,4% ), suara serak sedang ( kelompok Ketamin 2 pasien atau 7,7% dan kelompok Benzydamine 3 pasien atau 11,5% ) dan suara serak berat ( kelompok Ketamin 1 pasien atau 3,8% dan kelompok Benzydamine 1 pasien atau 3,8% ).Terdapat perbedaan secara persentase, namun dari hasil uji chi Square didapat nilai p value 0,768 hal ini berarti bahwa secara statistik tidak bermakna antara kedua kelompok obat terhadap suara serak akibat intubasi endotrakeal pada jam ke–1 setelah selesai operasi ( p > 0,05).

Jam ke–6

Pengumpulan data suara serak pada jam ke – 6 adalah 6 jam setelah pasien selesai operasi saat pasien sudah dipindahkan ke ruang rawat inap, pengambilan data dilakukan bersamaan dengan data nyeri tenggorok. Dari tabel diatas apat dilihat adanya penurunan insiden pasien yang tidak mengalami suara serak pada kelompok Ketamin ( dari 16 pasien atau 61,5% menjadi 13 pasien atau 50 % ) sementara terjadi peningkatan pada kelompok Benzydamine ( dari 18 pasien atau 69,2% menjadi 20 pasien atau 76,9% ). Namun terjadi peningkatan insiden pada pasien yang mengalami suara serak ringan pada kedua kelompok. Demikian pula pada suara serak sedang dan berat terjadi penurunan insiden pada

kelompok Benzydamine Hydrochloride. Terdapat perbedaan secara persentase, namun dari hasil uji chi Square didapat nilai p value 0,214 hal ini berarti bahwa secara statistik tidak bermakna antara kedua kelompok obat terhadap suara serak akibat intubasi endotrakeal pada jam ke–6 setelah selesai operasi ( p > 0,05 ).

Jam ke–12

Pengumpulan data suara serak pada jam ke – 12 adalah 12 jam setelah pasien selesai operasi saat pasien sudah dipindahkan ke ruang rawat inap, pengambilan data dilakukan bersamaan dengan data nyeri tenggorok.Dari data diatas dapat dilihat bahwa terjadi perbaikan keadaan suara serak dimana adanya peningkatan insiden tidak ada suara serak jam ke – 12 baik pada kelompok Ketamin ( 18 pasien atau 69,2% ) maupun Benzydamine hydrochloride ( 22 pasien atau 84,6%), penurunan insiden suara serak ringan dan sedang pada kedua kelompok dibandingkan pemeriksaan pada jam sebelumnya. Pada kedua kelompok tidak ditemukan suara serak berat.Terdapat perbedaan secara persentase, namun dari hasil uji chi Square didapat nilai p value 0,369 hal ini berarti bahwa secara statistik tidak bermakna antara kedua kelompok obat terhadap suara serak akibat intubasi endotrakeal pada jam ke –12 setelah selesai operasi ( p > 0,05 ).

Jam ke–24

Pengumpulan data suara serak pada jam ke – 24 adalah 24 jam setelah pasien selesai operasi saat pasien sudah dipindahkan ke ruang rawat inap, pengambilan data dilakukan bersamaan dengan data nyeri tenggorok.

Dari data diatas dapat dilihat bahwa hampir seluruh pasien yang telah menjalani operasi dengan anestesi umum intubasi endotrakeal tidak mengalami suara serak pada kedua kelompok ( 24 pasien atau 92,3% ). Hanya beberapa pasien yang mengalami suara serak ringan pada kedua kelompok ( 2 pasien atau 7,7 % ) Pada kedua kelompok tidak ditemukan nyeri sedang dan nyeri berat sehingga tidak tercantum pada tabel. Terdapat perbedaan secara persentase, namun dari hasil uji chi Square didapat nilai p value 1,0 hal ini berarti bahwa

secara statistik tidak bermakna antara kedua kelompok obat terhadap suara serak akibat intubasi endotrakeal pada jam ke–24 setelah selesai operasi ( p > 0,05 ).

Secara tradisional hasil uji klinis dilakukan uji hipotesis yang menghasilkan nilai p, namun nilai p saja tidak banyak memberikan informasi tentang manfaat terapi atau prosedur terapi. Yang lebih informatif adalah berapa persen terapi yang diuji memberi perbaikan dibanding kontrol ( dengan menghitungrelative riskreduction / RRR), atau berapa beda proporsi kesembuhan atau kegagalan antara terapi experimental dan kontrol ( dengan menghitung absolut risk reduction / ARR ). Dari ARR dapat dihitung number needed to treat ( NNT ) yaitu jumlah pasien yang diobati untuk mendapat tambahan 1 hasil yang baik atau menghindarkan 1 kegagalan.44

Untuk nyeri tenggorok. Besarnya absolute risk reduction ( ARR ) dapat dihitung dengan pengurangan besarnya proporsi kegagalan pada kelompok kontrol ( control event rate / CER ) dalam hal ini kelompok ketamin dengan proporsi kegagalan pada kelompok experimental (experimental event rate/ EER ) dalam hal ini kelompok Benzydamine Hydrochloride. Besar CER yang didapat merupakan jumlah pasien yang mengalami nyeri tenggorok pada kelompok Ketamin 46,1% ( 34,6% + 11,5%). Sementara besar EER yang didapat merupakan jumlah pasien yang mengalami nyeri tenggorok pada kelompok Benzydamine Hydrochloride 30,8% ( 23,1% + 7,7% ). Besarnya ARR pada penelitian ini adalah 15,3%. Hal ini berarti bahwa perbedaan keberhasilan obat kumur Benzydamine Hydrochloride dalam mengurangi nyeri tenggorok pasca operasi dibandingkan kelompok kontrol ( ketamin ) sebesar 15,3%.

Besarnya relative risk reduction ( RRR ) untuk nyeri tenggorok dapat dihitung dengan cara membagi hasil dari ARR dengan nilai pada CER. Berdasarkan perhitungan didapat hasil RRR adalah 33,1% yang artinya obat kumur Benzydamine dapat menurunkan angka kegagalan 33,1% dibanding kontrol ( ketamin ). Besarnya number needed to treat ( NNT ) untuk nyeri tenggorok didapat dengan rumus 1/ ARR dan hasilnya adalah sebesar 6,5 atau 7 pasien, artinya setiap kita mengobati 7 pasien dengan obat experimental akan memperoleh tambahan 1 pasien yang sembuh atau menghindarkan 1 pasien yang

tidak sembuh. Nilai NNT yang semakin kecil berarti semakin baik, namun harus dipertimbangkan pula outcome yang dinilai ( kematian atau urtikaria), efek samping obat, harga, ketersediaan, penerimaan pasien dan karakteristik klinis lain yang relevan.44

Dengan cara perhitungan yang sama untuk suara serak, besarnya absolute risk reduction ( ARR ) yang didapat dari pengurangan CER dan EER. Nilai CER yang didapat merupakan jumlah pasien yang mengalami suara serak pada kelompok Ketamin 38,4% ( 26,9 % + 7,7 % + 3,8 %). Sementara besar EER pada kelompok Benzydamine Hydrochloride 30,7% ( 15,4% + 11,5% + 3,8%). Besarnya ARR pada penelitian ini adalah 7,7%. Hal ini berarti bahwa perbedaan keberhasilan obat kumur Benzydamine Hydrochloride dalam mengurangi suara serak pasca operasi dibandingkan kelompok kontrol ( ketamin ) sebesar 7,7%.

Besarnya relative risk reduction (RRR ) untuk suara serak adalah 20,1% yang artinya obat kumur Benzydamine dapat menurunkan angka kegagalan 20,1% dibanding kontrol ( ketamin ). Besarnya number needed to treat ( NNT ) untuk suara serak adalah nyeri tenggorok didapat dengan rumus 1/ ARR dan hasilnya adalah sebesar 13 pasien, artinya setiap kita mengobati 12 pasien dengan obat experimental akan memperoleh tambahan 1 pasien yang sembuh atau menghindarkan 1 pasien yang tidak sembuh.

BAB V PEMBAHASAN

Nyeri tenggorok dan suara serak akibat intubasi endotrakeal dapat disebabkan karena trauma pada laring, faring, trakea, dapat merupakan akibat tindakan laringoskopi, insersi pipa endotrakeal ataupun keduanya. Beberapa faktor telah dilaporkan mempengaruhi insiden nyeri tenggorok dan suara serak, Faktor tersebut antara lain, Mallampati, ASA, umur, lama operasi dan jenis kelamin. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan mallampati, ASA, umur, lama operasi, dan jenis kelamin tidak dijumpai perbedaan bermakna antar kedua kelompok, dengan demikian kedua kelompok tersebut layak untuk dibandingkan.

Mallampati pada penelitian ini di kontrol pada mallampati 1 dan 2 artinya tidak dijumpai kesulitan yang berarti dalam melakukan tindakan intubasi endotrakeal. Pada pasien dengan kesulitan intubasi penatalaksanaan jalan nafas menjadi lebih sulit sehingga lebih mudah terjadi cidera jalan nafas yang menyebabkan nyeri tenggorok pasca intubasi.3,12 Demikian pula dengan ASA pasien dibatasi dengan ASA 1 dan 2, artinya tidak dijumpai gangguan sistemik berat pada penelitian ini. Insiden nyeri tenggorok dan suara serak berdasarkan mallampati dan ASA selanjutnya tidak dianalisa lebih lanjut pada penelitian ini.

Umur subyek penelitian dibatasi pada umur 16–60 tahun. Walaupun pada penelitian yang dilakukan oleh Ahmed dkkdidapat insiden nyeri tenggorok tidak berbeda bermakna pada kisaran umur 18–60 tahun, insiden nyeri tenggorok lebih sering ditemukan pada usia lebih dari 60 tahun.12 Insiden nyeri tenggorok berdasarkan kelompok umur selanjutnya tidak dianalisis lebih lanjut pada penelitian ini. Pembatasan usia terendah pada penelitian ini dikarenakan efek dari obat kumur Benzydamine belum diketahui sepenuhnya pada anak.

Lama operasi pada penelitian ini pada rentang 60 – 120 menit dengan rerata lama operasi 108,46 menit pada kedua kelompok obat. Walaupun pada penelitian yang dilakukan oleh Christensen yang mendapatkan bahwa nyeri tenggorok setelah operasi tidak berhubungan dengan lama operasi yang berkisar antara 20 – 480menit,8 namun dari penelitian yang dilakukan oleh Novia.R di

RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta mendapatkan bahwa lama operasi yang lebih dari 2 jam merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi insiden nyeri tenggorok pasca operasi.10 Selain alasan tersebut diatas, lama operasi pada penelitian ini dibatasi waktu antara 60 – 120 menit dikarenakan efek analgetik dari kedua obat bekerja hanya sekitar 2 jam.

Adapun tujuan pemberian obat kumur baik Ketamin maupun Benzydamine HCl adalah sebagai analgesia preemtif. Konsep analgesia preemtif adalah pemberian obat analgesik sebelum terjadinya input nosiseptik sehingga dapat mencegah terjadinya sensitasi ( blok reseptor, peningkatan ambang nosiseptif ) dengan hasil akhir akan terjadi perbaikan nyeri paska bedah

Dari data jam I dapat dilihat insiden nyeri tenggorok ringan pada kelompok Ketamin sebesar 9 pasien atau 34,6% dan kelompok Benzydamine Hydrochloride sebesar 6 pasien atau 23,1%. Nyeri sedang pada kelompok Ketamin sebesar 3 pasien atau 11,5% dan kelompok Benzydamine Hydrochloride sebesar 2 pasien atau 7,7 %. Sehingga pasien yang tidak mengalami nyeri tenggorok pada kelompok Ketamin sebesar 14 pasien atau 53 % dan kelompok Benzydamine Hydrochloride sebesar 18 pasien atau 69,2%. Kedua kelompok memiliki insiden tidak mengalami nyeri tenggorok lebih dari 50 % maka dapat disimpulkan bahwa pemberian obat kumur Ketamin dan Benzydamine Hydrochloride efektif mengurangi nyeri tenggorok setelah operasi.

Selama 24 jam periode evaluasi, insiden nyeri tenggorok tertinggi terjadi pada jam ke – 6 setelah operasi bukan pada jam I. Terjadi peningkatan insiden nyeri tenggorok ringan dan sedang pada kedua kelompok ( Ketamin dan Benzydamine Hydrochloride ) dibandingkan pada jam I, namun ada perbaikan dibandingkan pada jam ke – 12 dan jam ke – 24. Pada kedua kelompok tidak terjadi nyeri tenggorok berat. Nyeri tenggorok dapat terjadi akibat adanya lesi yang terjadi yaitu abrasi fokal, perdarahan, ulkus, granuloma, laserasi laring biasanya jarang terjadi. Lesi laring paling sering terjadi di daerah posterior subglotis. Perdarahan dan reaksi radang dapat dideteksi 3 jam pasca ekstubasi.21,26 Penyebab lain mungkin tersamar setelah pemberian analgetik setelah anastesi umum, sehingga adanya nyeri tenggorok kurang dirasakan oleh pasien pada

pemeriksaan jam pertama. Hal lain juga disebabkan konsentrasi plasma tertinggi pada pemberian Benzydamine HCl 100 mg adalah 37 ng/ml yang terjadi 3 jam setelah pemberian, 18 sehingga pada pemeriksaan jam pertama insiden pasien yang tidak mengalami nyeri tenggorok tinggi, namun peningkatan insiden pada jam ke 6 oleh karena konsentrasi Benzydamin tidak berada pada konsentrasi tertinggi.

Secara farmakologi Benzydamine HCl memiliki berbagai aktifitas meliputi analgesik, antiinflamasi, antipiretik, anestesi lokal dan aktifitas anti bakterial. Aktifitasnya terutama terhadap nyeri, edema dan granuloma yang terjadi pada mekanisme lokal dari proses inflamasi. Pada pemberian sistemik maupun topikal, Benzydamine HCl akan berada dalam konsentrasi yang tinggi di jaringan yang mengalami inflamasi sedangkan pada jaringan normal konsentrasinya sangat rendah, dengan demikian pemberian topikal akan meningkatkan efektifitasnya.18

Secara tradisional hasil uji klinis dilakukan uji hipotesis yang menghasilkan nilai p, namun nilai p saja tidak banyak memberikan informasi tentang manfaat terapi atau prosedur terapi. Yang lebih informatif adalah berapa persen terapi yang diuji memberi perbaikan dibanding kontrol ( dengan menghitung relative risk reduction / RRR ), atau berapa beda proporsi kesembuhan atau kegagalan antara terapi experimental dan kontrol ( dengan menghitung absolut risk reduction /ARR ). Dari ARR dapat dihitung number needed to treat ( NNT ) yaitu jumlah pasien yang diobati untuk mendapat tambahan 1 hasil yang baik atau menghindarkan 1 kegagalan. 44Jika ditinjau dari besarnya ARR pada penelitian ini adalah 15,3%. Hal ini berarti bahwa perbedaan keberhasilan obat kumur Benzydamine Hydrochloride dalam mengurangi nyeri tenggorok pasca operasi dibandingkan kelompok control ( ketamin ) sebesar 15,3%. Sementara besarnya relative risk reduction (RRR ) untuk nyeri tenggorok adalah 33,1% yang artinya obat kumur Benzydamine dapat menurunkan angka kegagalan 33,1% dibanding kontrol ( ketamin ). Pada penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian obat kumur Benzydamine Hydrochloride 22,5 mg 10 menit sebelum intubasi dapat menurunkan insiden nyeri tenggorok setelah operasi. Secara statistik ( p-value > 0,05) memang menunjukkan tidak ada perbedaan yang

bermakna diantara kedua kelompok. Namun jika ditelusuri lebih lanjut, pemberian obat kumurBenzydamine Hydrochloride yang diberikan sebelum terjadinya simulus nosiseptif akan memblok stimulus nosiseptif selama dan pasca pemasangan ETT, akibatnya proses modulasi nyeri di kornu dorsalis terhambat, sehingga proses analgesia yang terjadi akan dimulai sebelum terjadinya kerusakan jaringan dan akan tetap bertahan selama dan sesudah operasi bila analgetik selama dan sesudah operasi cukup baik, hal ini terbukti dari tingginya persentase pasien yang tidak mengalami nyeri tenggorok pada jam pertama pemeriksaan. Meskipun lama kerja obat Benzydamine Hydrochloride hanya berkisar 2,5 jam, namun waktu paruh Benzydamine HCl pada pemberian oral, intra vena maupun kumur adalah 9.4 + 2.9 jam,18 sehingga efek pemberian obat ini masih dapat terlihat sampai 24 jam.

Adapun pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Subekti BE pada tahun 2012 yang membandingkan daya guna obat Ketamin kumur 40 mg dan Benzydamine HCl 0,075% untuk mengurangi nyeri tenggorok post intubasi didapati hasil Pemberian obat Ketamin kumur 40 mg 5 menit sebelum intubasi lebih berdayaguna dalam mengurangi nyeri tenggorok pasca anestesi umum dengan pipa endotrakeal dibandingkan dengan obat kumur Benzydamine HCL 0,075% pada saat sadar penuh dan 2 jam pasca ekstubasi.20 Penilaian ketamin lebih berdaya guna dibandingkan Benzydamine Hydrochloride disebabkan jarak waktu yang singkat antara waktu berkumur dengan dilakukannya tindakan intubasi yaitu 5 menit. Obat kumur Benzydamine HCl memiliki aktifitas klinis seperti pada sediaan tablet hisap sebagai anti inflamasi yang memiliki aktifitas analgetik dan dekongestan yang cepat, efek analgetik tersebut terjadi 10 menit setelah pemberian.18Penyebab kedua adalah konsentrasi obat kumur Benzydamine Hydrochloride yang diberikan adalah 0,075 % ( 22,5 mg dalam 30 ml, diencerkan dengan NaCl 0,9% ), sementara penggunaannya tanpa diencerkan, berkumur sebanyak 15 ml selama 60 detik. Oleh karena itu agar tidak mengurangi efektifitas kerja dari obat Benzydamine HCl, maka konsentrasi obat yang dipakai pada penelitian ini adalah 0,15 % atau 22,5 mg dalam 15 ml.

Demikian juga insiden suara serak, dari data yang didapat pada pemantauan jam I dapat dilihat insiden suara serak ringan pada kelompok Ketamin sebesar 26,9% dan kelompok Benzydamine Hydrochloride sebesar 15,4%. Suara serak sedang pada kelompok Ketamin sebesar 7,7% dan kelompok Benzydamine Hydrochloride sebesar 11,5 %. Suara serak berat pada kedua kelompok sebesar 3,8%. Sehingga pasien yang tidak mengalami suara serak pada kelompok Ketamin sebesar 61,5% dan kelompok Benzydamine Hydrochloride sebesar 69,2%. Kedua kelompok memiliki insiden tidak mengalami nyeri tenggorok lebih dari 50 % maka dapat disimpulkan bahwa pemberian obat kumur Ketamin dan Benzydamine Hydrochloride efektif mengurangi suara serak setelah operasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kulsum yang mendapatkan penurunan resiko nyeri tenggorok pada jam I sebesar 88 ,1 % dengan pemberian obat kumur Ketamin. Hal ini disebabkan cara kerja obat kumur melalui kontak dengan mukosa di daerah oral, hipofaring, dan nasofaring. Penyerapan melalui mukosa umumnya efisien karena epidermidis stratum corneum yang merupakan hambatan utama penyerapan obat di kulit tidak ditemukan di mukosa. Mukosa kaya akan pembuluh darah dan cepat masuk dalam sirkulasi darah. 20Terdapat supai darah yang banyak pada oral mukosa yang didapat dari arteri yang berjalan paralel ke permukaan submukosa.39Peningkatan insiden suara serak tejadi pada pemeriksaan jam ke – 6, dan menurun pada pemeriksaan berikutnya. Sama halnya seperti pada nyeri tenggorok, hal ini disebabkan reaksi radang dapat dideteksi 3 jam pasca ekstubasi,21,26 dan juga karena konsentrasi Benzydamine Hydrochloride tidak berada pada konsentrasi tertinggi.

Penyebab suara serak pasca intubasi adalah perdarahan submukosa, ulkus karena lamanya kontak dengan kaf, subglotik edem, laringitis dan sebagainya. Pipa nasogastrik dapat juga menyebabkan suara serak, diduga terjadi gangguan pada cabang posterior saraf rekuren laring.21,26 Pencegahan selain dengan pemberian obat kumur sebelum dilakukannya intubasi, menjaga tekanan intra kaf juga memegang peranan penting terjadinya suara serak. Oleh karena itu, pemberian tekanan intrakaf 20 – 30 cmH2O efektif menurunkan insiden suara

serak, karena pada tekanan kurang dari 30 cmH2O ini tidak terjadi gangguan

aliran darah kapiler sehingga tidak merusak mukosa jalan nafas.2

Insiden nyeri tenggorok dan suara serak pada kedua kelompok mengalami penurunan selama 24 jam. Hal ini dapat dilihat dari insiden nyeri tenggorok dan suara serak yang sangat rendah pada jam ke 24. Proses penyembuhan yang cepat dikarenakan terdapat supai darah yang banyak pada oral mukosa yang didapat dari arteri yang berjalan paralel ke permukaan submukosa. Aliran darah pada mukosa

Dokumen terkait