• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

4.3. Inspeksi Kesiapan Alat

a. Koordinasi dengan kelompok kerja produksi dalam pemeriksaan, dan pemeliharaan rutin termasuk pelumasan alat produksi untuk persiapan produksi hari berikutnya.

Dalam menguraikan prosedur koordinasi pemeriksaan, dan pemeliharaan rutin termasuk pelumasan alat produksi untuk persiapan produksi hari berikutnya harus dikoordinasikan dengan kelompok kerja produksi. Hal ini sangat penting, karena untuk keesokan harinya harus sudah bisa berproduksi. Jika ada

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 35 dari 50

kerusakan pelaksana produksi koordinasi dengan bagian peralatan, dan sekaligus lapor ke atasan. Untuk itu tetap diupayakan agar selesai dengan cara bekerja lembur atau cara Shift. Demikian pula operator tetap bekerja sama dengan para mekanik.

Contoh cara pengawasan pelaksanaan pemeriksaan, pemeliharaan dan pelumasan alat produksi untuk persiapan produksi hari berikutnya dapat diuraikan seperti dibawah ini,

(diambil dari: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Manual Konstruksi dan Bangunan, Pemeriksaan peralatan unit pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant) No : 001/BM/2007.

1) Periksa baut dan mur apakah terpasang kencang atau tidak, khusus baut untuk motor, poros, peralatan pengalih tenaga, dan sistem vibrasi harus dikencangkan betul-betul.

2) Periksa arah putaran motor. Identifikasi arah perputaran motor pada poros sesuai spesifikasi.

3) Periksa pelumasan-pelumasan apakah terlaksana dengan baik. a) Periksa kondisi pelumasan untuk setiap poros.

b) Periksa kondisi pelumasan untuk seluruh komponen. c) Periksa kondisi pelumasan untuk pipa air cylinder. 4) Periksa tegangan rantai penggulung dan ban-V (V-belt). 5) Periksa tegangan rantai wadah elevator.

6) Periksa penunjuk skala penimbang apakah menunjukkan titik nol.

7) Periksa wadah penimbangan aspal dan sistem penyemprotan aspal apakah berjalan baik dan dipanaskan kembali.

8) Periksa setiap pintu apakah tertutup baik.

a) Silinder penimbang agregat apakah dalam posisi out (pintu tertutup). b) Silinder penyalur agregat apakah pada posisi in (pintu terbuka).

c) Silinder katup penimbangan aspal apakah pada posisi in (pintu terbuka).

d) Silinder pengumpan ulir isian apakah pada posisi in (posisi terbuka). e) Silinder pembuangan isian apakah pada posisi in (pintu terbuka). f) Silinder pengaduk apakah pada posisi out (pintu tertutup).

9) Periksa dekompresi dan pengukuran tekanan apakah sedang menunjukkan 5,5 s/d 6,5 Kg/cm2 dan apakah pembukaan atau penutupan dan setiap pintu dikerjakan dengan baik.

10) Periksa rasio pengadukan yang ditentukan.

11) Periksa pemasokan agregat apakah betul-betul siap. 12) Periksa pemasokan isian apakah betul-betul siap. 13) Periksa apakah aspal bersirkulasi dengan baik. 14) Periksa pengapian dan pembakar apakah sudah siap.

b. Pencatatan kondisi dan kelainan pada komponen mesin pencampur aspal berdasarkan hasil pemeriksaan kelompok kerja.

Pencatatan kondisi dan kelainan pada komponen mesin pencampur aspal pada prinsipnya diurut dari awal aliran material. Jadi sebaiknya pencatatan dimulai dari kondisi material, karena kondisi material akan mempengaruhi kelainan

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 36 dari 50

pada komponen mesin pencampur aspal. Pencatatan harus menggunakan formulir sesuai yang ditetapkan oleh perusahaan. Pencatatan harus jelas menunjukkan kelainan yang terjadi, dan harus jelas penanggung jawabnya dan tanggal penyelesaiannya.

Contoh kondisi dan kelainan pada komponen mesin pencampur aspal berdasarkan hasil pemeriksaan kelompok kerja :

1) Disiapkan formulir dengan kode dan atau nomor yang sesuai, sesuai dengan peraturan perusahaan.

2) Pencatatan harus tertulis dalam kolom dan atau baris yang sesuai. 3) Pencatatan harus jelas menunjukkan kelainan yang terjadi.

4) Kelompok kerja produksi dan bagian peralatan harus ikut berkoordinasi, dengan ikut menanda tangani hasil pencatatan.

5) Bagian peralatan atau mekanik yang terkait akan memberikan catatan di dalam kolom atau baris yang sudah ditentukan dalam formulir catatan, yang menunjukan kesanggupan tanggal perbaikannya.

6) Bagian dan nama penaggung jawab perbaikan dari kelaianan harus jelas.

7) Hasil pencatatan ditembuskan ke atasan langsung dari pelaksana produksi.

c. Penyiapan permintaan perbaikan komponen mesin pencampur aspal yang terdeteksi mengalami kerusakan.

Pada prinsipnya setiap akan mulai operasional dari mesin pencampur aspal panas, atau untuk operasional hari berikutnya, pelakasna produksi setelah melaksanakan pencatatan kondisi dan kelainan pada komponen mesin pencampur aspal, harus ada tindakan selanjutnya agar dalam waktu yang relative singkat, mesin pencampur aspal panas dapat berproduksi. Semua tindakan pelaksana produksi harus mengikuti urutan dan menggunakan formulir yang sudah ditentukan perusahaan nomor dan atau pengkodeannya.

Prosedur permintaan perbaikan komponen mesin pencampur aspal yang terdeteksi mengalami kerusakan, adalah sebagai berikut :

1) Dari hasil pencatatan kondisi dan kelainan pada komponen mesin pencampur aspal seperti pada butir b) diatas, ada dua kemungkinan, jika kelainan bukan merupakan kerusakan tetapi hanya sekedar kelainan yang dapat diatasi operator, maka dapat langsung ditangani oleh operator terkait. Tetapi jika merupakan kerusakan, pelaksana produksi dapat memerintahkan kepada operator agar tidak mengerjakan perbaikannya. Tetapi pelaksana produksi akan melaporkan kepada bagian peralatan. Jika diperlukan pelaksana produksi berkoordinasi dengan bagian pealatan, dapat menghentikan sementara produksi dari mesin pencampur aspal panas.

2) Dari hasil pencatatan kondisi dan kelainan pada komponen mesin pencampur aspal seperti pada butir b) diatas, pelaksana produksi merekap kedalam formulir khusus permintaan perbaikan komponen mesin pencampur aspal, sesuai peraturan perusahaan kepada bagian peralatan.

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 37 dari 50

3) Pelaksana produksi minta kepada bagian peralatan tanggal kesanggupan untuk menyelesaikan kelainan/kerusakan yang terjadi pada komponen mesin pencampur aspal panas.

4) Formulir permintaan perbaikan komponen mesin pencampur aspal ditujukan kepada bagian peralatan, dan ditembuskan ke atasan langsung.

4.3.2 Pembersihan area kerja

a. Penjelasan prosedur pembersihan area kerja.

1) Pembersihan area kerja bertujuan agar kegiatan untuk memperlancar produksi dan pengiriman hasil produksi ke lokasi kegiatan pekerjaan tidak terganggu.

2) Perlu ada pengidentifikasian daerah yang akan dilakukan pembersihan. 3) Pelaksanaan pekerjaan pembersihan dilakukan oleh pekerja atau petugas

dari mesin pencampur aspal panas, tetapi tidak menutup kemungkinan dengan menggunakan tenaga out sourcing atau diborongkan jika terlalu berat dan waktu yang mendesak.

b. Identifikasi daerah rawan kotor/ area yang perlu dibersihkan.

Daerah rawan kotor/area yang perlu dibersihkan, diantaranya,

1) Daerah jalur wheel loader untuk mengambil material agregat dan menuju ke cold bin.

2) Daerah jalur alat angkut aspal menuju tangki aspal.

3) Daerah jalur alat angkut agregat dari luar menuju stock pile.

4) Daerah jalur alat angkut hasil produksi dari bukaan pintu hot bin menuju keluar.

5) Daerah jalur alat angkut dari lokasi kegiatan pekerjaan menuju kebukaan pintu hot bin.

6) Lokasi dimana crew mesin pencampur aspal panas mengadakan inspeksi disekitar mesin pencampur aspal panas.

c. Koordinasi pelaksanaan pembersihan area kerja dengan kelompok kerja mesin pencampur aspal.

Pelaksana produksi dalam melaksanakan kegiatan pembersihan area kerja berkoordinasi dengan kelompok kerja mesin pencampur aspal. Dari hasil inspeksi para operator, pelaksana produksi dapat menentukan penggunaan tenaga pembersihan, apakah cukup mempekerjakan pekerja harian, atau harus diborongkan dengan kelompok tenaga dari luar.

Langkah-langkah koordinasi pembersihan area kerja dengan kelompok kerja mesin pencampur aspal :

1) Pelaksana produksi mengadakan rapat koordinasi harian setiap sore dengan kelompok kerja mesin pencampur aspal.

2) Pelaksana produksi menginstruksikan agar para operator menginspeksi jalur-jalur yang akan dipakai untuk kepentingan kegiatan kerjanya.

3) Hasil inspeksi para operator diserahkan kepada pelaksana produksi.

4) Para operator berkoordinasi dengan tim pembersihan, untuk melaksanakan pembersihan.

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 38 dari 50

4.3.3 Perbaikan komponen mesin.

a. Penjelasan koordinasi dengan mekanik dalam perbaikan kerusakan komponen mesin pencampur aspal.

Pelaksana produksi dalam melaksanakan kegiatan perbaikan kerusakan komponen mesin pencampur aspal berkoordinasi dengan mekanik mesin pencampur aspal. Dari hasil inspeksi mekanik, pelaksana produksi dapat menentukan apakah cukup dikerjakan atau diperbaiki oleh mekanik, atau harus dengan mengganti komponen peralatan yang rusak. Jika harus mengganti komponen peralatan yang rusak, pelaksana produksi melapor kepada atasan langsung untuk mendapatkan suku cadang agar dapat segera beroperasi.

b. Pembuatan rincian kerusakan yang terdeteksi selama pemeriksaan oleh kelompok kerja mesin pencampur aspal.

Kelompok kerja mesin pencampur aspal harus selalu mengadakan pemeriksaan setiap hari mesin pencampur aspal. Bila terdeteksi ada kerusakan harus dicatat secara rinci dan dimasukkan kedalam formulir yang dengan nomor dan atau pengkodean tertentu sesuai peraturan perusahaan, dan disampaikan ke pelaksana produksi. Pelaksana produksi segera membuat rekap dari laporan rincian kerusakan yang diterimanya. Dan segera diteruskan ke bagian peralatan untuk di proses perbaikannya. Dalam kondisi tertentu bila terdeteksi ada kerusakan yang dapat menyebabkan terhentinya produksi campuran aspal panas, maka pelaksana produksi dapat mengambil jalan pintas sesuai peraturan perusahaan dengan berkoordinasi ke bagian peralatan.

Susunan rincian kerusakan yang terdeteksi selama pemeriksaan oleh kelompok kerja mesin pencampur aspal :

1) Pelaksana produksi mengadakan rapat koordinasi harian setiap sore dengan kelompok kerja mesin pencampur aspal.

2) Pelaksana produksi menginstruksikan agar para kelompok kerja mesin pencampur aspal menginspeksi kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi 3) Hasil inspeksi para kelompok kerja mesin pencampur aspal dicatat dalam

formulir dengan nomor dan pengkodean sesuai peraturan perusahaan. 4) Hasil inspeksi para kelompok kerja mesin pencampur aspal diserahkan

kepada pelaksana produksi.

5) Para kelompok kerja mesin pencampur aspal berkoordinasi dengan pelaksana produksi dan bagian peralatan.

6) Pelaksana produksi membuat rekap dalam formulir dengan nomor dan pengkodean sesuai peraturan perusahaan.

c. Koordinasi dengan mekanik mesin pencampur aspal dalam pelaksanaan perbaikan kerusakan komponen mesin pencampur aspal.

Pada prinsipnya pelaksana produksi dan operator tidak diberi wewenang untuk menangani kerusakan dari komponen mesin. Tetapi dengan melihat kelainan kondisi dari mesin, harus segera berkoordinasi dengan bagian peralatan.

Pelaksana dan atau operator mesin pencampur aspal berkoordinasi dengan bagian peralatan untuk mendeteksi kesrusakan dapat dengan beberapa cara, misalnya :

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 39 dari 50

- Mendeteksi suara mesin.

- Melihat asap,dan lain sebagainya.

Langkah-langkah pelaksanaan perbaikan kerusakan komponen mesin pencampur aspal :

1) Pelaksana produksi menerima laporan kondisi komponen mesin pencampur aspal yang terdeteksi ada kesrusakan, dari operator.

2) Pelaksana produksi bersama dengan operator berkoordinasi dengan mekanik dari bagian peralatan, sehingga mekanik dapat mendiagnose perkiraan kerusakannya.

3) Dalam kondisi tertentu bila terdeteksi ada kerusakan yang serius, pelaksana produksi dapat mengambil jalan pintas dengan berkoordinasi dengan bagian peralatan, untuk mengambil langkah-langkah tertentu sesuai peraturan dalam perusahaan.

4) Pelaksana produksi mencatat dan mengadministrasikan sesuai peraturan perusahaan yang berlaku.

d. Pencatatan pelaksanaan perbaikan komponen mesin pencampur aspal sesuai dengan prosedur.

Pada prinsipnya semua tindakan perbaikan mesin pencampur aspal harus terekam secara tertulis, sesuai prosedur yang sudah ditentukan oleh perusahaan. Data ini harus diarsip dan tersimpan dalam map dengan nomor dan pengkodean yang sudah ditentukan perusahaan. Arsip pencatatan ini sangat penting untuk melacak bila terjadi kerusakan selanjutnya pada komponen yang sama.

Langkah-langkah pelaksanaan pencatatan perbaikan komponen mesin pencampur aspal :

1) Setelah mekanik selesai melaksanakan perbaikan, mekanik membuat catatan yang dimasukkan dalam formulir yang sudah tertentu nomor dan pengkodeannya sesuai peraturan perusahaan.

2) Pelaksana produksi membuat rekap pelaksanaan perbaikan komponen mesin pencampur aspal. Rekap laporan harus ditulis dalam formulir tertentu dengan nomor dan atau pengkodean yang sudah ditentukan sesuai peraturan perusahaan. Dalam rekap laporan harus sudah terbubuhi tanda tangan mekanik terkait dan pelaksana produksi.

3) Rekap laporan ditujukan ke atasan langsung dan ditembuskan ke bagian peralatan, dengan dilampiri surat tanda terima.

4) Minta tanda terima dari unit atasan langsung dan unit peralatan yang sudah dibubuhi tanda tangan.

5) Mengarsip rekap laporan dengan dilampiri bukti tanda terima, dimasukkan ke map sesuai dengan nomor dan pengkodean yang sudah diatur oleh perusahaan.

4.3.4 Kesiapan wheel loader

a. Penjelasan prosedur penyiapan wheel loader.

Dalam penyiapan wheel loader, pemeliharaan harian merupakan proses yang tidak boleh diabaikan. Pemeliharaan harian sebelum operasi adalah suatu

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 40 dari 50

prosedur penyiapan yang harus dilakukan setiap hari oleh operator sebelum mengoperasikan alatnya. Tugas ini merupakan tugas yang melekat pada jabatan operator sehingga diperlukan disiplin yang tinggi, baik menyangkut disiplin waktu maupun dalam pelaksanaannya. Macam kegiatan pemeliharaan yang dikerjakan oleh operator wheel loader hanya terbatas pada pemeliharaan harian yang terjadwal harian atau tiap 10 jam kerja. prosedur penyiapan wheel

loader.

Contoh pemeliharaan yang terjadwal harian / 10 jam antara lain : 1) Walk around inspection.

2) Pemeriksaan :

- Level pelumas engine.

- Level minyak hidrolik.

- Level minyak transmisi.

- Level minyak rem.

- Level bahan bakar.

- Water separator.

- Level air pendingin engine.

- Level cairan batere.

- Indikator filter udara.

- Kekencangan V-belt.

- Kondisi ban. 3) Pengujian :

- Backup alarm.

- Sistim rem.

- Lampu kerja dan pengaman. 4) Pemberian gemuk / greasing :

- Bucket, cylinder bearing.

- Loader bucket, cylinder dan linkage bearings.

- Stabilizer dan cylinder bearings.

b. Koordinasi dengan operator wheel loader dalam penyiapan kondisi fisik

wheel loader untuk pengisian agregat.

Untuk menyiapkan produksi selanjutnya, pelaksana produksi mengadakan rapat harian untuk berkoordinasi dengan para operator. Didalam rapat ditentukan salah satunya adalah penyiapan kondisi fisik wheel loader.

Langkah-langkah koordinasi penyiapan kondisi fisik wheel loader untuk pengisian agregat :

1) Setiap sore pelaksana produksi mengadakan rapat koordinasi dengan operator wheel loader, untuk produksi selanjutnya.

2) Operator wheel loader setiap hari mengadakan pemeriksaan kondisi fisik

wheel loader.

3) Hasil pemeriksaan fisik wheel loader dilaporkan kepada pelaksana produksi.

4) Dalam kondisi wheel loader belum siap, pelaksana produksi harus berkoordinasi dengan bagian peralatan.

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 41 dari 50

c. Kerjasama dengan bagian peralatan bila terdeteksi wheel loader belum siap dioperasikan untuk pengisian agregat.

Pelaksana produksi dan juga operator dalam kondisi mengalami kelainan wheel

loader, harus selalu berkoordinasi dengan bagian peralatan. Awal yang

mengetahui kelainan wheel loader adalah operator wheel loader, sehingga untuk mempercepat waktu mekanik mendiagnose kelaianan wheel loader, adalah dengan bekerja sama dengan operator wheel loader.

Langkah-langkah kerjasama dengan bagian peralatan bila terdeteksi wheel

loader belum siap dioperasikan untuk pengisian agregat.

1) Bila terdeteksi kondisi wheel loader belum siap dioperasikan untuk pengisian agregat untuk produksi selanjutnya, pelaksana produksi segera membuat formulir laporan ke bagian peralatan dengan ditembuskan ke atasan langsung, sesuai dengan ketentuan perusahaan yang berlaku. 2) Operator wheel loader harus berkoordinasi dengan mekanik, untuk

menentukan komponen wheel loader yang mengalami kelainan atau kerusakan.

3) Mekanik membuat formulir laporan penyelesaian perbaikan wheel loader ke pelaksana produksi, sesuai ketentuan perusahaan.

Dokumen terkait