• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU INFORMASI

MEKANIKAL

EDISI 2012

PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

(2)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 1 dari 50

DAFTAR ISI

Daftar Isi ... 1

BAB I PENDAHULUAN ... 2

1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) ... 2

1.2. Penjelasan Materi Pelatihan ... 2

1.3. Penerapan Materi Pelatihan ... 3

1.4. Pengakuan Kompetensi Terkini ... 3

1.5. Pengertian-pengertian / Istilah ... 4

BAB II STANDAR KOMPETENSI ... 6

2.1. Peta Paket Pelatihan ... 6

2.2. Pengertian Standar Kompetensi ... 6

2.3. Unit Kompetensi yang Dipelajari ... 6

BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN ... 11

3.1. Strategi Pelatihan ... 11

3.2. Metode Pelatihan ... 11

3.3. Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan... 12

BAB IV KEGIATAN AKHIR PRODUKSI ... 25

4.1. Umum ... 25

4.2. Pembuatan Laporan Harian ... 25

4.3. Inspeksi Kesiapan Alat ... 34

4.4. Inspeksi Kesiapan Material ... 41

BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI ... 48

5.1. Sumber Daya Manusia ... 48

5.2. Sumber-sumber Kepustakaan (Buku Informasi) ... 48

(3)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 2 dari 50

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) 1.1.1. Pelatihan berbasis kompetensi.

Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja.

1.1.2. Kompeten ditempat kerja.

Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1.2.1. Desain Materi Pelatihan

Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat dijadikan panduan pelaksanaan pelatihan berbasis kompetensi yang lebih menekankan kepada peran aktif peserta pelatihan dalam meningkatkan seluruh aspek kemampuan yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta pelatihan

Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual / mandiri.

1) Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaiakan oleh seorang instruktur. 2) Pelatihan individual / mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta

dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari pelatih.

1.2.2. Isi Materi Pelatihan 1) Buku Informasi

Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan.

2) Buku Kerja

Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktik, baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual / mandiri.

Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi:

a. Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi.

b. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

c. Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktik kerja.

(4)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 3 dari 50

3) Buku Penilaian

Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi :

a. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan.

b. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan.

c. Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan.

d. Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja. e. Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktik.

f. Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

1.3. Penerapan Materi Pelatihan

1) Pada pelatihan klasikal, kewajiban instruktur adalah:

a. Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan.

b. Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan.

c. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan.

d. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan dan menuliskan hasil tugas praktiknya pada Buku Kerja.

2) Pada Pelatihan individual / mandiri, kewajiban peserta pelatihan adalah:

a. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan. b. Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja. c. Memberikan jawaban pada Buku Kerja.

d. Mengisikan hasil tugas praktik pada Buku Kerja.

e. Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatih.

1.4. Pengakuan Kompetensi Terkini

1.3.1. Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency-RCC)

Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan.

1.3.2. Persyaratan

Seseorang mungkin sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, karena telah:

1) Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sama atau

2) Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau 3) Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan

(5)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 4 dari 50

1.5. Pengertian-Pengertian / Istilah 1.5.1 Profesi

Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan.

1.5.2 Standarisasi

Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu.

1.5.3 Penilaian / Uji Kompetensi

Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan.

1.5.4 Pelatihan

Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari.

1.5.5 Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja yang ditetapkan.

1.5.6 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)

KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.

1.5.7 Standar Kompetensi

Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.

1.5.8 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)

SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(6)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 5 dari 50

1.5.9 Sertifikat Kompetensi

Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi.

1.5.10 Sertifikasi Kompetensi

Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi nasional dan/ atau internasional.

(7)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 6 dari 50

BAB II

STANDAR KOMPETENSI

2.1. Peta Paket Pelatihan

Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi Melakukan Kegiatan Akhir Produksi Harian - Kode Unit FKK.PS.02.003.02, sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan kemampuan mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu:

• Komunikasi dan Kerjasama di Tempat Kerja;

• Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3-L);

• Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas;

• Pengaturan Pelaksanaan Produksi;

• Pembinaan Kompetensi Kelompok Kerja.

2.2. Pengertian Standar Kompetensi 2.2.1. Unit Kompetensi

Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / pekerjaan yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit komptensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu jabatan kerja tertentu.

2.2.2. Unit kompetensi yang akan dipelajari

Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini adalah “Melakukan Kegiatan Akhir Produksi Harian”.

2.2.3. Durasi / waktu pelatihan

Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam melakukan tugas tertentu.

2.2.4. Kesempatan untuk menjadi kompeten

Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level yang diperlukan.

Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali.

2.3 Unit Kompetensi Kerja Yang dipelajari

Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat :

• mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan.

• mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan.

(8)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 7 dari 50

• menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian.

2.3.1 Kemampuan Awal

Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan awal Kegiatan Akhir Produksi.

2.3.2 Judul Unit : Melakukan Kegiatan Akhir Produksi Harian 2.3.3 Kode Unit : FKK.PS.02.003.02

2.3.4 Deskripsi Unit

Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan dalam melakukan kegiatan akhir produksi harian campuran aspal panas

2.3.5 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja

Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria )

1. Membuat laporan harian

1.1 Laporan harian penggunaan material, personil dan produksi dikompilasi.

1.2 Laporan harian hasil produksi dibuat berdasarkan laporan harian dari operator mesin pencampur aspal yang telah dievaluasi.

1.3 Laporan harian penggunaan material produksi dibuat berdasarkan data penggunaan material untuk setiap jenis produksi campuran aspal panas. 1.4 Laporan harian absensi personil produksi dibuat

untuk dasar pengupahan dan penilaian disiplin kerja.

1.5 Laporan diperiksa kembali untuk disampaikan kepada atasan sesuai dengan prosedur.

1.6 Laporan diarsipkan sesuai dengan prosedur. 2. Melakukan inspeksi

kesiapan alat untuk produksi selanjutnya

2.1 Pemeriksaan dan pemeliharaan rutin termasuk pelumasan dikoordinasikan dengan kelompok kerja produksi.

2.2 Pembersihan area kerja dikoordinasikan dengan kelompok kerja mesin pencampur aspal.

2.3 Perbaikan komponen mesin pencampur aspal dikoordinasikan dengan mekanik mesin pencampur aspal, bila terdeteksi ada kerusakan. 2.4 Kesiapan wheel loader dikoordinasikan dengan

operator wheel loader untuk pengisian agregat. 3. Melakukan inspeksi

kesiapan material /bahan untuk produksi selanjutnya

3.1 Kecukupan aspal dalam tanki diperiksa bersama dengan juru ketel.

3.2 Kecukupan agregat sesuai ukuran yang dibutuhkan dalam cold bin dan stock pile diperiksa bersama dengan juru cold bin.

3.3 Kecukupan bahan bakar diperiksa bersama dengan operator mesin pencampur aspal.

3.4 Pengadaan material/bahan dikoordinasikan dengan bagian logistik bila terdeteksi tidak mencukupi untuk produksi selanjutnya.

(9)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 8 dari 50

Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria )

2.3.6 Batasan Variabel

a. Kontek Variabel

1) Unit kompetensi ini diterapkan dalam kelompok kerja atau individual untuk melakukan kegiatan akhir produksi harian yang meliputi pembuatan laporan produksi, melakukan inspeksi kesiapan alat produksi dan kesiapan material produksi untuk produksi berikutnya;

2) Unit kompetensi ini diterapkan di tempat kerja dengan dukungan ketersediaan mesin pencampur aspal dalam kondisi baik dan material produksi dan bahan bakar yang telah disiapkan sebelumnya;

3) Unit kompetensi ini diterapkan dalam kondisi lingkungan yang mendukung. b. Perlengkapan yang diperlukan

1) Alat:

a. Peralatan produksi (mesin pencampur aspal); b. Peralatan penunjang produksi (wheel loader ); c. Alat Pelindung Diri (APD);

d. Alat Pengaman Kerja (APK);

e. Rambu-rambu operasi K3 dan pencegahan pencemaran lingkungan. 2) Bahan:

a. Material produksi (agregat, filler dan aspal);

b. Buku pedoman pemeliharaan dan pengoperasian mesin pencampur aspal;

c. Bahan bakar; d. Bahan pelumas;

e. Formulir laporan produksi. c. Tugas-tugas yang harus dilakukan :

1) Membuat laporan harian;

2) Melakukan inspeksi kesiapan alat produksi selanjutnya;

3) Melakukan inspeksi kesiapan material produksi untuk produksi selanjutnya. d. Peraturan-peraturan yang diperlukan

1) Undang-undang tentang Keselamatan Kerja dan peraturan lainnya terkait dengan keselamatan kerja.

2) Undang-undang tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup dan peraturan lainnya terkait dengan pencegahan pencemaran lingkungan.

3) Pedoman Pemeliharaan dan Pengoperasian (Operation and Maintenance Manual) Mesin Pencampur Aspal;

4) Manual Pemeriksaan Unit Pencampur Aspal Panas (Asphalt Mixing Plant) tyang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga–Departemen Pekerjaan Umum.

(10)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 9 dari 50

2.3.7 Panduan Penilaian

a. Penjelasan Pengujian 1) Prosedur penilaian

Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja dengan menggunakan metode uji yang tepat untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar.

2) Tempat

Lokasi kerja atau tempat pelatihan (training ground) yang memenuhi syarat. 3) Penguasaan unit kompetensi sebelumnya :

• FKK.PS.01.001.02 : Melakukan komunikasi dan kerjasama di tempat kerja;

• FKK.PS.01.002.02 : Menerapkan ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan di tempat kerja;

• FKK.PS.02.001.02 : Menyiapkan produksi campuran aspal panas;

• FKK.PS.02.002.02 : Mengatur pelaksanaan produksi campuran aspal panas.

4) Keterkaitan dengan kompetensi lain:

• FKK.PS.02.004.02 : Melakukan pembinaan kompetensi kelompok kerja produksi campuran aspal panas.

b. Kondisi Pengujian

1) Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut yang terkait dengan membuat laporan produksi harian, melakukan inspeksi kesiapan alat produksi dan melakukan inspeksi kesiapan material produksi, yang akan digunakan untuk memproduksi campuran aspal panas berikutnya;

2) Penilaian dapat dilakukan dengan cara lisan, tertulis dan demonstrasi/praktek;

3) Penilaian dapat dilaksanakan secara simulasi di tempat pelatihan (training ground) dan atau di tempat kerja.

c. Pengetahuan yang diperlukan: 1) Komunikasi;

2) Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3-L); 3) Standar Mutu Campuran Aspal Panas;

4) Jenis dan spesifikasi campuran aspal panas; 5) Pengetahuan material produksi;

6) Sistem pelaporan.

d. Keterampilan yang dibutuhkan :

(11)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 10 dari 50

2) Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3-L) selama melakukan kegiatan akhir produksi harian;

3) Membuat laporan produksi harian berdasarkan hasil evaluasi laporan harian operator mesin pencampur aspal;

4) Melakukan inspeksi kesiapan alat produksi yang disiapkan untuk kegiatan produksi hari berikutnya;

5) Melakukan inspeksi kesiapan material produks yang disiapkan untuk kegiatan produksi hari berikutnya.

e. Aspek Kritis

1) Ketelitian dalam membuat laporan produksi yang akan menjadi bahan evaluasi biaya produksi campuran aspal panas;

2) Kecermatan dalam melakukan inspeksi kesiapan alat produksi yang disiapkan untuk kegiatan produksi hari berikutnya;

3) Kecermatan dalam melakukan inspeksi kesiapan material produksi yang disiapkan untuk kegiatan produksi hari berikutnya.

2.3.8 Kompetensi Kunci

No Kompetensi Kunci Tingkat

1. Mengumpulkan, menganalisis dan mengorganisasikan

informasi 2

2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 2 3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 2 4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 2 5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 1

6. Memecahkan masalah 2

(12)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 11 dari 50

BAB III

STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

3.1. Strategi Pelatihan

Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan pelatihan klasikal yang diajarkan di kelas oleh pelatih. Pada sistem ini peserta pelatihan akan bertanggung jawab terhadap proses belajar secara mandiri, artinya bahwa peserta pelatihan perlu merencanakan kegiatan/proses belajar dengan Pelatih dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

3.1.1 Persiapan / perencanaan

a. Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar yang harus diikuti.

b. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.

c. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki.

d. Merencanakan aplikasi praktik pengetahuan dan keterampilan.

3.1.2 Permulaan dari proses pembelajaran

a. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktik yang terdapat pada tahap belajar.

b. Mereview dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan yang telah dimiliki.

3.1.3 Pengamatan terhadap tugas praktik

a. Mengamati keterampilan praktik yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya.

b. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang kesulitan yang ditemukan selama pengamatan.

3.1.4 Implementasi

a. Menerapkan pelatihan kerja yang aman.

b. Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan praktik. c. Mempraktikkan keterampilan baru yang telah diperoleh.

3.1.5 Penilaian

Melaksanakan tugas terkait penilaian untuk penyelesaian belajar peserta pelatihan

3.2. Metode Pelatihan

Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan.

3.2.1 Belajar secara mandiri

Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses

(13)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 12 dari 50

belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.

3.2.2 Belajar Berkelompok

Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja.

3.2.3 Belajar terstruktur

Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu.

3.3. Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan

Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan penjelasan tentang penyusunan strategi pembelajaran, termasuk di dalamnya metode pelatihan yang disarankan, media yang digunakan, session plan, dan strategi penilaian dari setiap penugasan yang diberikan kepada seorang peserta pelatihan.

Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan informasi yang bersifat indikatif yang selanjutnya dapat dijadikan oleh instruktur sebagai pedoman dalam menyusun rencana pembelajaran (session plan) yang lebih operasional dan yang lebih bersifat strategis untuk membantu para peserta pelatihan mencapai unit kompetensi.

Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan:

Unit Kompetensi : Melakukan Kegiatan Akhir Produksi Harian Elemen Kompetensi 1 : Membuat laporan harian

No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif 1 2 3 4 5 6 7 1.1 Laporan harian penggunaan material, personil dan produksi dikompilasi. 1) Mampu mengkompilasi laporan harian penggunaan material berdasarkan jenis dan urutan produksi. 2) Mampu mengkompilasi laporan harian penugasan personil. 3) Mampu mengkompilasi laporan harian produksi berdasarkan jenis dan urutan produksi. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat mengkompila si laporan harian penggunaan material, personil dan produksi 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan cara dan mempergakan cara mengkompilasi laporan harian penggunaan material berdasarkan jenis dan urutan produksi. 2. Menjelaskan dan mempergakan cara mengkompilasi laporan harian penugasan personil. 3. Menjelaskan dan memperagakan cara mengkompilasi laporan harian produksi berdasarkan jenis dan urutan produksi. 4. Peragaan: - Cara mengkompilasi laporan harian penggunaan 1. Buku ketentuan tentang tata cara administrasi dari perusahaan 2. 35 mnt 10 mnt**

(14)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 13 dari 50

material berdasarkan jenis dan urutan produksi. - Cara mengkompilasi laporan harian penugasan personil. - Cara mengkompilasi laporan harian produksi berdasarkan jenis dan urutan produksi. 1.2 Laporan harian hasil

produksi dibuat berdasarkan laporan harian dari operator mesin pencampur aspal yang telah dievaluasi 1) Mampu menjelaskan prosedur pembuatan laporan hasil produksi. 2) Mampu mengevaluasi laporan harian operator mesin pencampur aspal dengan benar. 3) Mampu membuat laporan harian hasil produksi berdasarkan laporan harian operator mesin pencampur aspal. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat membuat laporan harian hasil produksi berdasarkan laporan harian dari operator mesin pencampur aspal yang telah dievaluasi 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan prosedur pembuatan laporan hasil produksi. 2. Menjelaskan cara mengevaluasi laporan harian operator mesin pencampur aspal dengan benar. 3. Menjelaskan cara membuat laporan harian hasil produksi berdasarkan laporan harian operator mesin pencampur aspal. 4. Peragaan: - Cara menjelaskan prosedur pembuatan laporan hasil produksi - Cara mengevaluasi laporan harian operator mesin pencampur aspal dengan benar - Cara membuat laporan harian hasil produksi berdasarkan laporan harian operator mesin pencampur aspal. Buku ketentuan tentang tata cara administrasi dari perusahaan 50 mnt 10 mnt** 1.3 Laporan harian pengguna-an material produksi dibuat berdasarkan data penggu-naan material untuk setiap jenis produksi campuran aspal panas. 1) Dapat menjelaskan prosedur pembuatan laporan penggunaan material produksi. 2) Mampu meneliti hasil kompilasi laporan harian peng gunaan material produksi. 3) Mampu membuat laporan harian penggunaan Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat membuat laporan harian penggunaan material produksi berdasarkan data penggunaan material untuk setiap jenis produksi campuran aspal panas. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan prosedur pembuatan laporan penggunaan material produksi.. 2. Menjelaskan cara meneliti hasil kompilasi laporan harian peng gunaan material produksi. 3. Menjelaskan cara membuat laporan harian penggunaan material sesuai dengan hasil kompilasi data penggunaan material tiap jenis produksi campuran aspal panas.. 4. Peragaan:

- Cara meneliti hasil kompilasi laporan Buku ketentuan tentang tata cara administrasi dari perusahaan 45 mnt 10 mnt**

(15)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 14 dari 50

1 2 3 4 5 6 7

material sesuai dengan hasil kompilasi data penggunaan material tiap jenis produksi campuran aspal panas. harian peng gunaan material produksi. - Cara membuat laporan harian penggunaan material sesuai dengan hasil kompilasi data penggunaan material tiap jenis produksi campuran aspal panas. 1.4 Laporan harian

absensi personil produksi dibuat untuk dasar pengupahan dan penilaian disiplin kerja. 1) Dapat menjelaskan prosedur pembuatan laporan harian absensi personil produksi. 2) Mampu menyiapkan format laporan absensi personil. 3) Mampu memberikan penilaian disiplin personil produksi sesuai dengan kondisi absensi personil produksi menurut kriteria yang ditentukan. 4) Mampu membuat laporan harian absensi personil produksi dengan benar. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat membuat Laporan harian absensi personil produksi untuk dasar pengupahan dan penilaian disiplin kerja. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan prosedur pembuatan laporan harian absensi personil produksi. 2. Menjelaskan cara menyiapkan format laporan absensi personil. 3. Menjelaskan cara memberikan penilaian disiplin personil produksi sesuai dengan kondisi absensi personil produksi menurut kriteria yang ditentukan. 4. Menjelaskan cara membuat laporan harian absensi personil produksi dengan benar. 5. Peragaan: - menyiapkan format laporan absensi personil. - memberikan penilaian disiplin personil produksi sesuai dengan kondisi absensi personil produksi menurut kriteria yang ditentukan. - membuat laporan harian absensi personil produksi dengan benar. Buku ketentuan tentang tata cara administrasi dari perusahaan 40 mnt 10 mnt** 1.5 Laporan diperiksa kembali untuk disam-paikan kepada atasan sesuai dengan prosedur 1) Dapat menjelaskan prosedur penyampaian laporan. 2) mampu memeriksa semua data yang telah dimasukkan kedalam format laporan dengan benar. 3) Mampu menyampaikan laporan harian kepada atasan sesuai dengan Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat memeriksa laporan kembali untuk disampaikan kepada atasan sesuai dengan prosedur 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan prosedur penyampaian laporan. 2. Menjelaskan cara memeriksa semua data yang telah dimasukkan kedalam format laporan dengan benar. 3. Menjelaskan cara menyampai kan laporan harian kepada atasan sesuai dengan prosedur. 4. Peragaan: - Cara memeriksa semua data yang telah dimasukkan Buku ketentuan tentang tata cara administrasi dari perusahaan 35mnt 10 mnt**

(16)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 15 dari 50

prosedur. kedalam format laporan dengan benar. - Cara menyampaikan laporan harian kepada atasan sesuai dengan prosedur 1.6 Laporan diarsipkan sesuai dengan prosedur 1) Dapat menjelaskan prosedur pengarsipan laporan 2) Mampu menyiapkan fasilitas pengarsipan dokumen sesuai dengan ketentuan. 3) Mampu melakukan penyimpanan dokumen laporan sesuai dengan prosedur. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat mengarsipkan laporan sesuai dengan prosedur 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan prosedur pengarsipan laporan. 2. Menjelaskan cara menyiapkan fasilitas pengarsipan dokumen sesuai dengan ketentuan. 3. Menjelaskan cara melakukan penyimpanan dokumen laporan sesuai dengan prosedur. 4. Peragaan: - Cara menyiapkan fasilitas pengarsipan dokumen sesuai dengan ketentuan. - Cara melakukan penyimpanan dokumen laporan sesuai dengan prosedur. Buku ketentuan tentang tata cara administrasi dari perusahaan 35 mnt 10 mnt** Diskusi kelompok:

Dilakukan setelah selesai penjelasan dan peragaan yang mencakup seluruh materi sub bab ’’Membuat laporan harian’’. Pelaksanaan diskusi kelompok dibimbing langsung oleh instruktur dengan pembagian kelompok disesuaikan dengan kondisi peserta.

15 mnt

Elemen Kompetensi 2 : Melakukan inspeksi kesiapan alat untuk produksi selanjutnya

No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif 1 2 3 4 5 6 7 2.1 Pemeriksaan dan pemeliharaan rutin termasuk pelumasan dikoordinasikan dengan kelompok kerja produksi. 1) Mampu mengoordinir dengan kelompok kerja produksi dalam pengawasan pelaksanaan pemeriksaan , pemeliharaan dan pelumasan alat produksi untuk persiapan produksi hari berikutnya. 2) Mampu mencatat kondisi dan kelainan pada komponen mesin pencampur aspal berdasarkan hasil Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat mengoordinas ikan pemeriksaan dan pemeliharaan rutin termasuk pelumasan dengan kelompok kerja produksi. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan cara mengoordinir dengan kelompok kerja produksi dalam pengawasan pelaksanaan pemeriksaan , pemeliharaan dan pelumasan alat produksi untuk persiapan produksi hari berikutnya. 2. Menjelaskan cara

mencatat kondisi dan kelainan pada komponen mesin pencampur aspal berdasarkan hasil pemeriksaan kelompok kerja. 3. Menjelaskan dan memberikan langkah menyiapkan permintaan perbaikan komponen 1. Buku panduan dari pabrik pembuatan mesin campuran aspal panas 2. Buku panduan dari pabrik pembuatan mesin wheel loader 3. Buku panduan dari pabrik pembuatan mesin alat angkut 4. SOP dari perusahaan tentang tata cara inspeksi peralatan 5. UU No 1 th 55 mnt

(17)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 16 dari 50

1 2 3 4 5 6 7 pemeriksaan kelompok kerja. 3) Mampu menyiapkan permintaan perbaikan komponen mesin pencampur aspal yang terdeteksi mengalami kerusakan. mesin pencampur aspal yang terdeteksi mengalami kerusakan. 4. Peragaan: - Cara mengoordinir dengan kelompok kerja produksi dalam pengawasan pelaksanaan pemeriksaan , pemeliharaan dan pelumasan alat produksi untuk persiapan produksi hari berikutnya. - Cara mencatat kondisi dan kelainan pada komponen mesin pencampur aspal berdasarkan hasil pemeriksaan kelompok kerja. - Cara menyiapkan permintaan perbaikan komponen mesin pencampur aspal yang terdeteksi mengalami kerusakan. 1970 Tentang Keselamatan Kerja 6. UU No 23 th 1992 Tentang Kesehatan 7. UU No 18 th 1999 Tentang Jasa Konstruksi 8. UU No 13 th 2003 Tentang Ketenagakerj aan 9. Permen Tenaga Kerja 01/MEN/198 0 tentang Konstruksi Bangunan 10. Permen Tenaga Kerja 04 th1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi 11. Permen Tenaga Kerja No 05 tahun 1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut 12. PP No 29 tahun 2000 tentang Penyelengga raan Jasa Konstruksi 13. Permen PU No 09/PER/M/20 08 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi Bidang PU 14. Kpts Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri PU No Kep 174/Men/198 6 dan No 104/KPTS/19 86 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada tempat kegiatan 10 mnt**

(18)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 17 dari 50

konstruksi 15. Permen Tenaga Kerja 05/MEN/199 6 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) 2.2 Pembersihan area kerja dikoordinasikan dengan kelompok kerja mesin pencampur aspal. 1) Dapat menjelaskan prosedur pembersihan area kerja. 2) Dapat mengidentifikasi daerah rawan kotor/area yang perlu dibersihkan. 3) Mampu mengoordinasikan pelaksanaan pembersihan area kerja dengan kelompok kerja mesin pencampur aspal. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat mengoordinas ikan pembersihan area kerja dengan kelompok kerja mesin pencampur aspal. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan prosedur pembersihan area kerja. 2. Menjelaskan cara mengidentifikasi daerah rawan kotor/area yang perlu dibersihkan. 3. Menjelaskan cara mengoordi-nasikan pelaksanaan pembersihan area kerja dengan kelompok kerja mesin pencampur aspal. 4. Peragaan: - Cara mengoordinasikan pelaksanaan pembersihan area kerja dengan kelompok kerja mesin pencampur aspal. 1. Buku panduan dari pabrik pembuatan mesin campuran aspal panas 2. Buku panduan dari pabrik pembuatan mesin wheel loader 3. Buku panduan dari pabrik pembuatan mesin alat angkut 4. SOP dari perusahaan tentang tata cara inspeksi peralatan 5. UU No 1 th 1970 Tentang Keselamatan Kerja 6. UU No 23 th 1992 Tentang Kesehatan 7. UU No 18 th 1999 Tentang Jasa Konstruksi 8. UU No 13 th 2003 Tentang Ketenagakerj aan 9. Permen Tenaga Kerja 01/MEN/198 0 tentang Konstruksi Bangunan 10. Permen Tenaga Kerja 04 th1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi 11. Permen Tenaga Kerja No 05 tahun 1985 tentang Pesawat Angkat dan 25 mnt 10 mnt**

(19)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 18 dari 50

1 2 3 4 5 6 7 Angkut 12. PP No 29 tahun 2000 tentang Penyelengga raan Jasa Konstruksi 13. Permen PU No 09/PER/M/20 08 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi Bidang PU 14. Kpts Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri PU No Kep 174/Men/198 6 dan No 104/KPTS/19 86 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada tempat kegiatan konstruksi 15. Permen Tenaga Kerja 05/MEN/199 6 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) 2.3 Perbaikan komponen mesin pencampur aspal dikoordinasikan dengan mekanik mesin pencampur aspal, bila terdeteksi ada kerusakan. 1) Dapat menjelaskan koordinasi dengan mekanik dalam perbaikan kerusakan komponen mesin pencampur aspal. 2) Mampu membuat rincian kerusakan yang terdeteksi selama pemeriksaan oleh kelompok kerja mesin pencampur aspal. 3) Harus mampu berkoordi-nasi dengan mekanik Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat mengoordinas ikan perbaikan komponen mesin pencampur aspal dengan mekanik mesin pencampur aspal, bila terdeteksi ada kerusakan. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan koordinasi dengan mekanik dalam perbaikan kerusakan komponen mesin pencampur aspal. 2. Menjelaskan dan memperagakan cara membuat rincian kerusakan yang terdeteksi selama pemeriksaan oleh kelompok kerja mesin pencampur aspal. 3. Menjelaskan dan memberikan contoh berkoordinasi dengan mekanik mesin pencampur aspal dalam pelaksanaan perbaikan kerusakan komponen mesin pencampur aspal. 1. Buku panduan dari pabrik pembuatan mesin campuran aspal panas 2. Buku panduan dari pabrik pembuatan mesin wheel loader 3. Buku panduan dari pabrik pembuatan mesin alat angkut 4. SOP dari perusahaan tentang tata cara inspeksi peralatan 5. UU No 1 th 55 mnt

(20)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 19 dari 50

mesin pencampur aspal dalam pelaksanaan perbaikan kerusakan komponen mesin pencampur aspal. 4) Mampu mencatat pelaksanaan perbaikan komponen mesin pencampur aspal sesuai dengan prosedur. 4. Menjelaskan cara mencatat pelaksanaan perbaikan komponen mesin pencampur aspal sesuai dengan prosedur. 5. Peragaan: - Cara membuat rincian kerusakan yang terdeteksi selama pemeriksaan oleh kelompok kerja mesin pencampur aspal. - Cara berkoordinasi dengan mekanik mesin pencampur aspal dalam pelaksanaan perbaikan kerusakan komponen mesin pencampur aspal. - Cara mencatat pelaksanaan perbaikan komponen mesin pencampur aspal sesuai dengan prosedur. 1970 Tentang Keselamatan Kerja 6. UU No 23 th 1992 Tentang Kesehatan 7. UU No 18 th 1999 Tentang Jasa Konstruksi 8. UU No 13 th 2003 Tentang Ketenagakerj aan 9. Permen Tenaga Kerja 01/MEN/198 0 tentang Konstruksi Bangunan 10. Permen Tenaga Kerja 04 th1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi 11. Permen Tenaga Kerja No 05 tahun 1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut 12. PP No 29 tahun 2000 tentang Penyelengga raan Jasa Konstruksi 13. Permen PU No 09/PER/M/20 08 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi Bidang PU 14. Kpts Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri PU No Kep 174/Men/198 6 dan No 104/KPTS/19 86 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada tempat kegiatan 10 mnt**

(21)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 20 dari 50

1 2 3 4 5 6 7 konstruksi 15. Permen Tenaga Kerja 05/MEN/199 6 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) 2.4 Kesiapan wheel loader dikoordinasikan dengan operator wheel loader untuk pengisian agregat 1) Dapat menjelaskan prosedur penyiapan wheel loader 2) Mampu mengkoordinir dengan operator wheel loader dalam penyiapan kondisi fisik wheel loader untuk pengisian agregat 3) Mampu melakukan kerjasama dengan bagian peralatan bila terdeteksi wheel loader belum siap dioperasikan untuk pengisian agregat. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat mengoordinas ikan kesiapan wheel loader dengan operator wheel loader untuk pengisian agregat 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktek pemeriksaan kondisi pengumpul debu 1. Menjelaskan prosedur penyiapan wheel loader 2. Menjelaskan dan memperagakan cara berkoordinasi dengan operator wheel loader dalam penyiapan kondisi fisik wheel loader untuk pengisian agregat. 3. Menjelaskan dan memberikan contoh melakukan kerjasama dengan bagian peralatan bila terdeteksi wheel loader belum siap dioperasikan untuk pengisian agregat. 4. Peragaan: - Cara mengkoordinir dengan operator wheel loader dalam penyiapan kondisi fisik wheel loader untuk pengisian agregat - Cara melakukan kerjasama dengan bagian peralatan bila terdeteksi wheel loader belum siap dioperasikan untuk pengisian agregat 1. Buku panduan dari pabrik pembuatan mesin campuran aspal panas 2. Buku panduan dari pabrik pembuatan mesin wheel loader 3. Buku panduan dari pabrik pembuatan mesin alat angkut 4. SOP dari perusahaan tentang tata cara inspeksi peralatan 5. UU No 1 th 1970 Tentang Keselamatan Kerja 6. UU No 23 th 1992 Tentang Kesehatan 7. UU No 18 th 1999 Tentang Jasa Konstruksi 8. UU No 13 th 2003 Tentang Ketenagakerj aan 9. Permen Tenaga Kerja 01/MEN/198 0 tentang Konstruksi Bangunan 10. Permen Tenaga Kerja 04 th1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi 11. Permen Tenaga Kerja No 05 tahun 1985 tentang Pesawat Angkat dan 35 mnt 10 mnt**

(22)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 21 dari 50

Angkut 12. PP No 29 tahun 2000 tentang Penyelengga raan Jasa Konstruksi 13. Permen PU No 09/PER/M/20 08 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi Bidang PU 14. Kpts Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri PU No Kep 174/Men/198 6 dan No 104/KPTS/19 86 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada tempat kegiatan konstruksi 15. Permen Tenaga Kerja 05/MEN/199 6 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Diskusi kelompok:

Dilakukan setelah selesai penjelasan dan peragaan yang mencakup seluruh materi sub ’’Melakukan inspeksi kesiapan alat untuk produksi selanjutnya’’. Pelaksanaan diskusi kelompok dibimbing langsung oleh instruktur dengan pembagian kelompok disesuaikan dengan kondisi peserta.

15 mnt*

Elemen Kompetensi 3 : Melakukan inspeksi kesiapan material / bahan untuk produksi selanjutnya

No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif 1 2 3 4 5 6 7 3.1 Kecukupan aspal dalam tanki diperiksa bersama dengan juru ketel. 1) Dapat menjelaskan prosedur pemeriksaan kecukupan aspal dalam tangki. 2) mampu melakukan pengaturan Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat memeriksa kecukupan aspal dalam tanki bersama dengan juru ketel. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan prosedur pemeriksaan kecukupan aspal dalam tangki. 2. Menjelaskan cara melakukan pengaturan dengan juru ketel dalam memeriksa kecukupan aspal 1. Ketentuan dalam perusahaan dalam bidang logistik 10 mnt

(23)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 22 dari 50

1 2 3 4 5 6 7

dengan juru ketel dalam memeriksa kecukupan aspal dalam tangki. 3) Mampu mengambil

langkah yang tepat bila terdeteksi aspal dalam tangki tidak mencukupi.

dalam tangki. 3. Menjelaskan cara

mengambil langkah yang tepat bila terdeteksi aspal dalam tangki tidak mencukupi 4. Peragaan:

- Caraq melakukan pengaturan dengan juru ketel dalam memeriksa kecukupan aspal dalam tangki.

- Cara mengambil langkah yang tepat bila terdeteksi aspal dalam tangki tidak mencukupi.

10 mnt**

3.2 Kecukupan agregat sesuai ukuran yang dibutuhkan dalam cold bin dan stock pile diperiksa bersama dengan juru cold bin.

1) Dapat menjelaskan prosedur

pemeriksaan agregat dalam cold bin dan stock pile.

2) Mampu mengatur juru cold bin dalam pemeriksaan kecukupan agregat sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan dalam cold bin dan stock pile. 3) Mampu mengatur operator wheel loader untuk persiapan pemuatan agregat ke dalam cold bin sesuai dengan rencana produksi hari berikutnya

4) Mampu menjelaskan langkah yang tepat bila terjadi ketidak cukupan agregat sesuai ukuran yang dibutuhkan dalam cold bin dan stock pile. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat memeriksa kecukupan agregat sesuai ukuran yang dibutuhkan dalam cold bin dan stock pile bersama dengan juru cold bin. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan prosedur pemeriksaan agregat dalam cold bin dan stock pile. 2. Menjelaskan cara

mengatur juru cold bin dalam pemeriksaan kecukupan agregat sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan dalam cold bin dan stock pile. 3. Menjelaskan dan memberikan langkah cara mengatur operator wheel loader untuk persiapan pemuatan agregat ke dalam cold bin sesuai dengan rencana produksi hari berikutnya. 4. Menjelaskan

menjelaskan langkah yang tepat bila terjadi ketidak cukupan agregat sesuai ukuran yang dibutuhkan dalam cold bin dan stock pile.

5. Peragaan:

- Cara mengatur juru cold bin dalam pemeriksaan kecukupan agregat sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan dalam cold bin dan stock pile. - Cara mengatur operator wheel loader untuk persiapan pemuatan agregat ke dalam cold bin sesuai dengan rencana produksi hari 1. Ketentuan dalam perusahaan dalam bidang logistik 10 mnt 10 mnt**

(24)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 23 dari 50

berikutnya

- Cara menjelaskan langkah yang tepat bila terjadi ketidak cukupan agregat sesuai ukuran yang dibutuhkan dalam cold bin dan stock pile. 3.3 Kecukupan bahan bakar diperiksa bersama dengan operator mesin pencampur aspal. 1) Dapat menjelaskan prosedur pemeriksaan kecukupan bahan bakar. 2) Mampu memeriksa kecukupan bahan bakar untuk rencana produksi hari berikutnya bersama dengan operator mesin pencampur aspal. 3) Mampu menjelaskan langkah yang tepat bila terjadi ketidak cukupan bahan bakar. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat memeriksa kecukupan bahan bakar bersama dengan operator mesin pencampur aspal. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan prosedur pemeriksaan pemeriksaan kecukupan bahan bakar. 2. Menjelaskan dan memberikan langkah pemeriksaan kecukupan bahan bakar untuk rencana produksi hari berikutnya bersama dengan operator mesin pencampur aspal. 3. Menjelaskan langkah yang tepat bila terjadi ketidak cukupan bahan bakar. 4. Peragaan: - Cara memeriksa kecukupan bahan bakar untuk rencana produksi hari berikutnya bersama dengan operator mesin pencampur aspal. - Cara mengambil langkah yang tepat bila terjadi ketidak cukupan bahan bakar. 1. Ketentuan dalam perusahaan dalam bidang logistik 7 mnt 8 mnt** 3.4 Pengadaan material/bahan dikoordinasikan dengan bagian logistik bila terdeteksi tidak mencukupi untuk produksi selanjutnya 1) Dapat menjelaskan prosedur pengadaan material/ bahan produksi. 2) Dapat mengidentifikasi ketidak cukupan material/ bahan berdasarkan hasil inspeksi kesiapan material untuk produksi selanjutnya. 3) Mampu melakukan koordinasi dengan bagian logistik untuk pengadaan material produksi bila terdeteksi Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat mengkoordina sikan pengadaan material/bahan dengan bagian logistik bila terdeteksi tidak mencukupi untuk produksi selanjutnya 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan prosedur pengadaan material/ bahan produksi. 2. Menjelaskan dan memberikan langkah mengidentifikasi ketidak cukupan material/ bahan berdasarkan hasil inspeksi kesiapan material untuk produksi selanjutnya. 3. Menjelaskan dan memberikan contoh cara melakukan koordinasi dengan bagian logistik untuk pengadaan material produksi bila terdeteksi kekurangan material produksi. 4. Peragaan: - Cara melakukan koordinasi dengan bagian logistik untuk

1. Ketentuan dalam perusahaan dalam bidang logistik 10 mnt 10 mnt**

(25)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 24 dari 50

1 2 3 4 5 6 7 kekurangan material produksi. pengadaan material produksi bila terdeteksi kekurangan material produksi. Diskusi kelompok:

Dilakukan setelah selesai penjelasan dan peragaan yang mencakup seluruh materi sub ”Melakukan inspeksi kesiapan material / bahan untuk produksi selanjutnya”. Pelaksanaan diskusi kelompok dibimbing langsung oleh instruktur dengan pembagian kelompok disesuaikan dengan kondisi peserta.

15

Instruktur yang diusulkan untuk Materi Pelatihan “Mengatur Pelaksanaan Produksi”

Instruktur Teori: ……… Instruktur Praktek: ……… Catatan :

1. Jam pelajaran indikatif dalam menit

2. *) Pelaksanaan diskusi kelompok dilaksanakan pada akhir penyajian setiap elemen kompetensi.

**) Pelaksanaan peragaan langsung pada penyajian setiap KUK.

***) Pelaksanaan praktik dilakukan pada akhir penyajian setiap elemen kompetensi, atau pada akhir penyajian seluruh elemen kompetensi, tergantung pada metoda yang diterapkan.

(26)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 25 dari 50

BAB IV

KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

4.1 Umum

Untuk mendapatkan produk yang baik dari suatu kegiatan, salah satunya adalah faktor manajemen. Karena mesin pencampur aspal panas mempunyai fungsi untuk memproduksi campuran aspal panas, maka perlu dimanajemeni proses awal bahan mentah, proses pembuatan bahan, dan hasil produksi. Dengan demikian semua kegiatan harus diatur, direkam, dan diperiksa, yang meliputi

1) Bahan mentah (raw material) 2) Personil, dan

3) Mesin produksi

Ketiga hal tersebut akan dibahas dalam bab-bab seperti tersebut dibawah ini

4.2 Pembuatan Laporan Harian

4.2.1 Kompilasi data bahan laporan.

a. Penjelasan langkah-langkah mengkompilasi data bahan laporan.

1) Kompilasi data harus dibagi/dibedakan dalam : a) Foto copy surat pemesan.

b) Tahun produksi.

c) Bahan produksi (laporan bahan yang masuk dan laporan bahan yang terpakai) setiap pemesan.

d) Hasil produksi setiap pemesan.

2) Masalah peralatan/mesin pencampur aspal panas (jam kerja mesin, kerusakan mesin, dan service mesin).

3) Masalah alat angkut.

4) Masalah alat muat/wheel loader. 5) Personil.

6) Masalah lingkungan dan K3.

7) Kompilasi data harus dibedakan dalam surat masuk dan surat keluar (intern perusahaan).

8) Arsip-arsip laporan dimasukkan dalam file masing-masing masalah.

b. Kompilasi laporan harian penggunaan material berdasarkan jenis dan urutan produksi.

Prosedur penyusunan laporan harian penggunaan material berdasarkan jenis dan urutan produksi.

1) Laporan harian penggunaan material berdasar jenis produksi.

2) Laporan harian penggunaan material terperinci masing-masing gradasi

agregat dan filler.

3) Laporan harian penggunaan aspal.

(27)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 26 dari 50

Contoh cara penyusunan laporan harian penggunaan material berdasarkan jenis dan urutan produksi.

Laporan harian penggunaan material produksi Pemesan : PT XXX

Tanggal :………

Jenis bahan produksi produksi Agregat kasar (m3) Agregat sedang (m3) Agregat halus (m3) Filler (kg) Aspal (kg) Additive (Liter atau Kg) Bahan bakar (liter) Latasir A Latasir B Lataston Lapis aus Lapis permuakaan antara Laston Lapis aus Lapis permukan antara Lapis pondasi

c. Kompilasi laporan harian penugasan personil.

Prosedur penyusunan laporan harian penugasan personil.

1) Penugasan personil berdasar rapat koordinasi harian sore hari sebelumnya. 2) Laporan harian penugasan personil merupakan laporan aktual per hari ini. 3) Laporan harian penugasan personil harus tertera :

a) Nama personil. b) Unit pekerjaan.

c) Shift atau jam pekerjaan. d) Daftar kehadiran.

4) Laporan harian penugasan personil harus tertera uraian pekerjaan yang harus dilaksanakan.

5) Laporan harian penugasan personil harus tertera kejadian atau kecelakaan yang mungkin terjadi.

Contoh cara penyusunan laporan harian penugasan personil.

Laporan Harian Penugasan Personil

Tanggal : ………. Nama : ………. Unit kerja : ………. Jenis produksi : ………. Perusahaan pemesan: ………. Jam kerja : ………. Shift : ………. Uraian pekerjaan : ………. ………. Kejadian : ………. ……….

(28)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 27 dari 50

d. Kompilasi laporan harian produksi berdasarkan jenis dan urutan produksi.

Prosedur penyusunan laporan harian produksi berdasarkan jenis dan urutan produksi :

1) Produksi campuran aspal panas berdasar jenis dan urutan produksi dengan mengikuti keputusan atasan langsung dari hasil rapat koordinasi sebelumnya.

2) Laporan harian produksi berdasar urutan produksi yang telah ditetapkan atasan langsung.

3) Dari urutan produksi tersebut dibagi lagi berdasar jenis produksi.

4) Laporan harian produksi harus menunjukkan hasil produksi hari yang dimaksud.

5) Laporan harian produksi harus menunjukkan jumlah penggunaan bahan yang dipergunakan.

Contoh penyusunan laporan harian produksi berdasarkan jenis dan urutan produksi.

Laporan Harian Produksi

1) Tanggal produksi : ………. 2) Operator AMP : ………. 3) Pelaksana produksi : ………. 4) Jenis produksi : ………. 5) Pemesan : ……….. 6) Hasil produksi : ………. 7) Penggunaan bahan a. Aspal : ……….. b. Agregat kasar : ……….. c. Agregat sedang : ……….. d. Agregat halus : ……….. e. Filler : ……….. f. Additive : ………. g. Bahan bakar : ……….. 8) Kerusakan mesin : ……….. 9) Hasil perbaikan : ………..

4.2.2 Laporan Hasil produksi.

a. Penjelasan prosedur pembuatan laporan hasil produksi.

1) Pelaksana produksi memeriksa kualitas hasil produksi secara visual.

2) Pelaksana produksi meminta bagian laboratorium untuk memeriksa secara tepat dengan alat yang presisi dari hasil pemeriksaan visual.

3) Selain itu produksi harus diperiksa secara berkala :

a) Memeriksa temperatur di mesin pencampur aspal panas.

b) Memeriksa gradasi dan kadar aspal setiap produksi 200 ton atau minimal 2 pemeriksaan setiap hari.

c) Memeriksa kepadatan, stabilitas, kelelehan, Marshall quotient, rongga dalam campuran, pada 75 tumbukan setiap 200 ton (min 2 pengujian per hari).

(29)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 28 dari 50

d) Memeriksa rongga dalam campuran pada kepadatan Membal setiap 3000 ton.

e) Memeriksa benda uji inti (core) berdiameter 4 inci untuk partikel ukuran maksimum 1 inci, dan 6 inci untuk partikel ukuran di atas 1 inci, baik untuk pemeriksaan pemadatan maupun tebal lapisan: paling sedikit 2 benda uji inti per 30 m/lajur setiap 200 m panjang.

4) Laporan hasil produksi dari petugas laboratorium difile untuk pembuatan laporan hasil produksi.

5) Laporan hasil produksi harus memuat : a) Tanggal produksi.

b) Jenis produksi.

c) Kuantitas hasil produksi.

d) Jumlah hasil produksi yang menyimpang.

b. Evaluasi laporan harian operator mesin pencampur aspal dengan benar.

Evaluasi laporan harian operator mesin pencampur aspal.

Dalam mengevaluasi laporan harian operator, pelaksana produksi dapat membandingkan dengan hasil produksi. Untuk sementara tes yang paling mudah adalah secara visual. Tes secara visual yang dapat untuk mengevaluasi laporan harian operator misalnya :

1. Campuran aspal panas beruap. 2. Campuran aspal panas berasap biru. 3. Campuran terbakar.

4. Campuran aspal panas diatas bak truk membentuk rata. 5. Campuran aspal panas tidak seragam.

6. Gradasi tidak sesuai dengan job mix formula.

7. Terjadi ketidaksesuaian antara berat diatas truk dengan berat yang diproduksi oleh Mesin Pencampur Aspal Panas.

Jika perlu lebih teliti dapat dengan bantuan alat yang presisi atau dapat dikirim ke laboratorium.

Contoh langkah-langkah evaluasi laporan harian operator mesin pencampur aspal. Contoh-contoh di bawah merupakan langkah-langkah untuk mengevaluasi laporan harian operator mesin pencampur aspal.

1) Campuran aspal panas beruap, menandakan bahwa : a) Agregat terlalu basah.

b) Dryer over kapasitas. c) Posisi dryer terlalu miring.

d) Alat temperatur pada dryer tidak berfungsi.

2) Campuran aspal panas berasap biru, menandakan bahwa : a) Temperatur agregat terlalu panas.

b) Alat temperatur pada dryer tidak berfungsi. 3) Campuran terbakar, menandakan bahwa :

a) Pengaturan bukaan bin dingin bermasalah. b) Temperatur agregat terlalu panas.

c) Alat temperatur pada dryer tidak berfungsi.

4) Campuran aspal panas diatas bak truk membentuk rata, menandakan bahwa :

(30)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 29 dari 50

b) Temperatur agregat terlalu panas. c) Aspal terlalu banyak.

5) Campuran aspal panas tidak seragam, menandakan bahwa : a) Timbangan agregat bermasalah.

b) Timbangan aspal bermasalah. c) Pengaduk pada mixer bermasalah.

d) Durasi pencampuran tidak sesuai dengan spesifikasi.

6) Gradasi tidak sesuai dengan job mix formula, menandakan bahwa : a) Pemisah di bin dingin tidak cukup.

b) Pengaturan bukaan bin dingin bermasalah. c) Overflow pada bin panas bermasalah. d) Saringan bocor.

e) Timbangan agregat bermasalah. f) Pasokan filler bermasalah. g) Pengaduk mixer bermasalah. h) Pintu bukaan mixer bermasalah.

7) Terjadi ketidaksesuaian antara berat diatas truk dengan berat yang diproduksi oleh Mesin Pencampur Aspal Panas, perlu di kalibrasi :

a.Timbangan agregat. b.Timbangan aspal. c.Jembatan timbang.

c. Pembuatan laporan harian hasil produksi berdasarkan laporan harian operator mesin pencampur aspal.

Prosedur penyusunan laporan harian hasil produksi berdasarkan laporan harian operator mesin pencampur aspal.

Pada dasarnya laporan harian hasil produksi yang dibuat oleh pelaksana produksi adalah laporan harian yang dibuat oleh operator. Saat sekarang operator dapat membuat laporan dengan mendapatkan dari hasil komputer. Dalam laporan harian dari operator tercantum beberapa point yang diperlukan diantaranya :

1) Jumlah material harian yang dipakai untuk memproduksi campuran aspal panas : a) Agregat kasar. b) Agregat sedang. c) Agregat halus. d) Filler. e) Aspal. f) Additive. g) Bahan bakar. 2) Hasil produksi harian.

3) Masalah kondisi dan kerusakan mesin. 4) Masalah keselamatan dan kesehatan kerja. 5) Masalah lingkungan.

(31)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 30 dari 50

Langkah-langkah penyusunan laporan harian hasil produksi berdasarkan laporan harian operator mesin pencampur aspal :

1) Operator mencatat semua jumlah bahan-bahan untuk operasional yang digunakan. Saat sekarang sudah otomatis tercatat dengan menggunakan komputer.

2) Pelaksana produksi membuat laporan harian ke atasan langsung dari hasil laporan harian operator.

3) Pelaksana produksi mengkompile hasil laporan harian dari operator.

4) File dipilah-pilah menurut pemesan, urutan prioritas, jenis campuran aspal panas.

4.2.3 Laporan Penggunaan material produksi.

a. Penjelasan prosedur pembuatan laporan penggunaan material produksi.

1) Operator mesin pencampur aspal panas harus membuat laporan harian penggunaan material yang harus diserahkan kepada pelaksana produksi. 2) Pelaksana produksi harian mengkompilasi laporan penggunaan material

dari operator.

3) Pelaksana produksi memilah-milah laporan penggunaan material dari operator berdasar :

a) Pemesan. b) Urutan produksi. c) Jenis produksi.

4) Pelaksana produksi melaporkan kepada atasan langsung dari laporan penggunaan material yang sudah terstruktur berdasar pemilahannya. 5) Pelaksana produksi membuat arsip laporan penggunaan material.

b. Penelitian hasil kompilasi laporan harian penggunaan material produksi.

Cara penelitian hasil kompilasi laporan harian penggunaan material produksi. 1) Penelitian tersebut dikaitkan dengan hasil produksi. Karena dengan hasil

produksi yang bermasalah akan membuat campuran aspal panas tidak sesuai lagi dengan job mix formula yang sudah direncanakan.

2) Penyimpangan penggunaan material dilaporkan ke atasan langsung.

Contoh langkah-langkah penelitian hasil kompilasi laporan harian penggunaan material produksi :

1) Pemeriksaan hasil produksi secara visual. Hal-hal yang membuat penggunaan material berubah :

a) Terjadi ketidaksesuaian antara berat diatas truk dengan berat yang diproduksi oleh Mesin Pencampur Aspal Panas

b) Terdapat gumpalan aspal pada campuran. c) Campuran diatas truk berbentuk rata.

d) Campuran beraspal tampak cokelat atau pucat.

2) Pemeriksaan lebih lanjut hasil produksi dengan tim laboratorium dan menggunakan peralatan yang presisi. Hal-hal yang membuat mutu campuran aspal panas berubah :

a) Kadar aspal tidak sesuai dengan job mix formula. b) Gradasi agregat tidak sesuai dengan job mix formula. c) Agregat tidak terselimuti aspal secara merata.

(32)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 31 dari 50

d) Campuran tidak seragam.

3) Bila terjadi pernyimpangan agar dibuat laporan ke atasan langsung, dan apabila penyimpangan akibat kondisi peralatan juga harus dilaporkan kebagian peralatan

c. Pembuatan laporan harian penggunaan material sesuai dengan hasil kompilasi data penggunaan material tiap jenis produksi campuran aspal panas.

Laporan harian penggunaan material pada awalnya dibuat oleh operator. Pelaksana produksi menerimanya dalam kondisi belum terseleksi sesuai jenis produksinya. Laporan harian penggunaan material dipilah-pilah sesuai dengan jenis produksinya.

Langkah-langkah laporan harian penggunaan material sesuai dengan hasil kompilasi data penggunaan material tiap jenis produksi campuran aspal panas. 1) Pelaksana produksi menerima laporan harian hasil penggunaan material

dari operator.

2) Pelaksana produksi mengkompilasi data laporan penggunaan material yang dibuat oleh operator mesin pencampur aspal panas.

3) Laporan harian hasil penggunaan material dipilah-pilah sesuai jenis produksi campuran aspal panas.

4) Pelaksana produksi melaporkan kepada atasan langsung dari laporan penggunaan material yang sudah terstruktur berdasar jenis produksi campuran aspal panas.

5) Pelaksana produksi membuat arsip laporan penggunaan material.

4.2.4 Laporan penugasan personil.

a. Penjelasan prosedur pembuatan laporan harian absensi personil produksi.

1) Personil dibagi-bagi ke tempat unit-unit kerja.

2) Dari masing-masing unit kerja dibagi-bagi sesuai keahliannya. Keahliannya dibuktikan dengan SKA yang dimiliki oleh masing-masing personil.

3) Kemudian dibuat list absen per unit kerja.

b. Penyiapan format laporan absensi personil.

Dalam menyiapkan format laporan absensi personil, pelaksana produksi harus membuat format yang jelas tampak masalah kehadirannya, tugas hariannya, jumlah jam lemburnya, kepangkatan dan jabatannya, sehingga bagian administrasi keuangan dapat menghitung pengupahan dan lemburnya. Dan atasan langsung dapat memberikan penilaian kedisiplinan kepada personil yang bersangkutan.

Langkah-langkah penyiapan format laporan absensi personil. 1) Format laporan absensi harus tercantum :

a) unit kerjanya. b) tanggal kehadiran. c) tugas hariannya.

2) Jenjang kepangkatan dan jabatannya.

3) Jumlah jam lembur dan kolom tanda tangan pelaksana produksi. 4) Tembusan :

a) Pelaksana produksi.

(33)

Judul Modul: Kegiatan Akhir Produksi

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 32 dari 50

5) Shift kerja.

c. Pemberian penilaian disiplin personil produksi.

Penilaian displin yang dapat ditangkap pertama kali adalah masalah absen, karena langsung dapat dibaca. Tetapi kondisi absen yang baik tidak menjamin penilaian disiplin yang baik. Karena sikap kerja dan atau etos kerja selama hadir di tempat pekerjaan dapat mempengaruhi kedisiplinan kepada personil yang bersangkutan. Sehingga dari perusahaan perlu ada mekanisme yang dapat ditangkap atau diangkakan untuk memberi peringkat angka kedisiplinan untuk karyawan

Langkah-langkah penilaian disiplin personil produksi sesuai dengan kondisi absensi personil produksi :

1) Menghitung prosentase kehadiran.

2) Mengangkakan poin-poin lain sesuai peraturan manajemen personalia dari perusahaan yang bersangkutan, misalnya :

a) Peringkat angka kedisiplinan masalah waktu kerja yang ditentukan atasan langsung.

b) Peringkat angka kedisiplinan masalah kecermatan kerja yang ditugaskan atasan langsung.

c) Peringkat angka kedisiplinan masalah keselamatan kerja yang sudah menjadi peraturan perusahaan.

d) Peringkat angka kedisiplinan masalah pengelolaan lingkungan yang sudah menjadi peraturan perusahaan.

3) Menjumlahkan angka tersebut diatas yang sudah dikalikan dengan bobot masing-masing item.

d. Pembuatan laporan harian absensi personil produksi.

Penyusunan laporan harian absensi personil, merupakan rekap dari beberapa unit kerja, dan dilaporkan keatasan langsung tembusan ke bagian administrasi keuangan.

Langkah-langkah penyusunan laporan harian absensi personil produksi dengan benar :

1) Formulir laporan harian absensi setelah diisi dari personil yang bersangkutan dikumpulkan ditempat yang sudah ditentukan.

2) Dikompilasi sesuai unit kerjanya. 3) Dibuat rekap.

4) Dikirim ke atasan langsung dan bagian administrasi keuangan untuk diproses.

4.2.5 Pemeriksaan Laporan

a. Penjelasan prosedur penyampaian laporan.

Dari laporan harian yang sudah diterima pelaksana produksi adalah :

1) Laporan penggunaan material, laporan harian penugasan personil, dan laporan harian produksi berdasar urutan dan jenis campuran aspal panas. 2) Laporan harian hasil produksi.

3) Laporan harian penggunaan material produksi berdasar jenis produksi. 4) Laporan harian personil.

Referensi

Dokumen terkait

6) B S Tujuan melakukan identifikasi kebutuhan peralatan uji material dan kelengkapannya adalah untuk memastikan bahwa pengujian dilakukan dengan alat yang tepat. 7) B S

a) Pelaksanaan pekerjaan konstruksi baru bisa dimulai apabila sudah dilaksanakan pekerjaan pengukurannya, hal ini untuk mengetahui apakah ada perubahan pada kondisi

• Terjadi kegagalan pilot relief valve yang menyebabkan kurangnya tekanan hidrolik balik, periksa dan ganti yang baru bila rusak. • Temperatur air dalam water box terlalu

Dengan selesainya pengaturan Outrigger pada posisi transport, maka langkah kerja selanjutnya adalah mengumpulkan pipa lapangan dan perlengkapannya untuk diangkut bersama unit

Sedang yang dimaksud dengan bahan timbunan dalam pekerjaan ini adalah bahan yang dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan timbunan kembali ke dalam rongga antara

- Pelaksana mengecek kebenaran pengukuran hasil pekerjaan sub kontraktor/mandor dengan opname hasil pekerjaan (yang ditandatangani kepala proyek, direksi lapangan

Ketersediaan stok material yang harus ada direncanakan berdasarkan jadual pelaksanaan pekerjaan dan kebutuhan pemakaian materialnya, serta dengan memperhitungkan jadual

4.4.5 Pengoperasian concrete pump a. Kesiapan beton segar. Pengoperasian pemompaan beton dimulai setelah beton segar yang diangkut dengan truck mixer sampai dilokasi