• Tidak ada hasil yang ditemukan

Instansi Dengan Satgas Patroli Laut:

HAK DAN KEWAJIBAN NEGARA KEPULAUAN TERHADAP PENGAMANAN ALUR LAUT KEPULAUAN BERDASARKAN UNCLOS

A. Instansi Dengan Satgas Patroli Laut:

a. Kepolisian Republik Indonesia (POLRI)

Sesuai dengan Undang-undang No. 2 Tahun 2002, POLRI secara umum bertugas dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan hukum dan memberikan perlindungan, pengayoman serta pelayanan kepada masyarakat. Dalam melaksanakan tugasnya, POLRI menyelenggarakan empat fungsi yaitu fungsi penegakan hukum, fungsi organik dan fungsi khusus.

Fungsi utama yang diemban POLRI adalah penegakan hukum, yaitu pembinaan kekuatan POLRI maupun potensi masyarakat dalam rangka keamanan dan ketertiban masyarakat yang bersama-sama kekuatan sosial lainnya memikul tugas dan tanggungjawab mengamankan dan mensukseskan pembangunan nasional dan meningkatkan kesejahteraan bangsa.

Dalam rangka menjalankan tugasnya di wilayah perairan, POLRI mempunyai Polisi Perairan (Polair), yang dipimpin oleh seorang direktur dan bertanggungjawab kepada Kapolri, dengan fungsi teknis operasional kepolisian yang melaksanakan peran polisionil di wilayah perairan untuk menjamin terselenggaranya keamanan dan ketertiban masyarakat serta mencegah dan menindak kriminalitas atau ancaman gangguan kamtibmas di perairan. Polisi Perairan melakukan berbagai fungsi, seperti melaksanakan pengamanan dan pembinaan masyarakat di

pulau-165Dewan Kelautan Indonesia, Analisa Kebijakan Pembentukan Badan Penegakan Hukum

Keamanan Dan Keselamatan Laut (Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan, Satuan Kerja

pulau, melakukan penjagaan, pengawalan, patroli dan mengejar, menangkap serta mengadakan penyidikan terhadap segala kegiatan yang melanggar hukum di wilayah perairan.

Dalam kaitannya dengan pengamanan ALKI, Polair memliki tugas untuk menindak pelanggaran, mulai dari pengejaran sampai penyidikan, yang terjadi di wilayah ALKI yang sesuai dengan lingkup tugas dan kewenangannya, antara lain berupa: penyelundupan senjata api dan bahan peledak yang dilakukan oleh kapal asing yang melintasi ALKI, kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh kapal-kapal asing selama melintasi ALKI, pembuangan limbah atau bahan-bahan perusak lain yang dapat merusak lingkungan laut yang dilakukan oleh kapal asing selama melintasi ALKI, perusakan atau gangguan terhadap kabel dan instalasi bawah air, instalasai-instalasi ekplorasi dan ekploitasi SDA, serta alat-alat keselamatan pelayaran lainnya di ALKI yang dilakukan oleh kapal-kapal asing, penyelundupan narkotika dan psikotropika oleh kapal-kapal asing, segala kegiatan yang dilakukan oleh kapal asing yang membahayakan pelayaran, kegiatan menurunkan atau menaikkan barang atau orang yang bertentangan dengan perundang-undangan kepabeanan, keimigrasian, fiskal, dan kesehatan, pengangkutan hasil tambang ataupun hasil hutan secara illegal (illegal mining dan illegal logging) oleh kapal-kapal asing, serta segala kegiatan yang dilakukan oleh kapal asing yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan nasional selama itu merupakan kewenangan Polri untuk menindaknya. Selain itu Polair juga melaksanakan fungsi SAR sebagai salah satu fungsi khusus yang diemban oleh POLRI.

b. Departemen Perhubungan

 Direktorat Kesatuan Penjaga Laut dan Pantai Unit di dalam Departemen Perhubungan yang terkait dengan upaya penegakan hukum dan keamanan laut adalah Ditjen Perhubungan Laut, khususnya unit eselon II Direktorat Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai. Direktorat ini mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur, serta bimbingan teknis, evaluasi dan pelaporan di bidang patroli dan pengamanan, pengawasan keselamatan dan penyidik pegawai negeri sipil, tertib pelayaran, penanggulangan musibah dan pekerjaan bawah air, sarana dan prasarana penjagaan laut dan pantai.

Pada lingkup operasional, pelaksanaan tugas-tugas di atas dilaksanakan oleh Kesatuan Penjaga Laut dan Pantai (KPLP) sebagai salah satu bidang di bawah Kantor Administrasi Pelabuhan (Adpel). Sesuai dengan Keputusan Menteri No. 62 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor ADPEL, tugas dari KPLP adalah melaksanakan pengawasan tertib bandar, tertib berlayar dan pemberian Surat Ijin Berlayar, pengusutan kecelakaan kapal dan bantuan Search and Rescue (SAR) Laut, penanggulangan pencemaran dan penanganan kerangka kapal, kegiatan salvage dan pekerjaan bawah air serta pengamanan, penertiban dan penegakan peraturan di bidang pelayaran, penyidikan tindak pidana pelayaran di pelabuhan dan perairan.

Dalam rangka pengamanan ALKI, KPLP dapat

melakukan tindakan-tindakan yang berhubungan dengan kewenangannya, seperti misalnya melakukan penindakan terhadap kapal-kapal asing yang melakukan kegiatan yang membahayakan pelayaran di sepanjang ALKI, melakukan perusakan atau gangguan terhadap rambu-rambu keselamatan navigasi, ataupun kegiatan-kegiatan lain yang melanggar

peraturan perundang-undangan yang menjadi kewenangan KPLP untuk menindaknya. Disamping itu, KPLP juga berwenang untuk melakukan pemberian bantuan SAR Laut, penanggulangan pencemaran serta penanganan kerangka kapal, serta kegiatan salvage dan pekerjaan bawah air.

c. Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas)

Salah satu instansi lain yang memiliki lingkup tugas pengamanan di ALKI adalah Basarnas. Basarnas tadinya merupakan unit eselon I di Departemen Perhubungan dan dipimpin oleh seorang kepala badan yang bertanggungjawab kepada Menteri Perhubungan. Namun demikian, setelah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2006 Tentang Pencarian dan Pertolongan, status Basarnas berubah menjadi Lembaga Pemerintah Non-Departemen (LPND) yang berkedudukan di bawah dan bertangungjawab langsung kepada Presiden. Hal ini disebutkan dalam Pasal 2 ayat (2) dari PP ini.

Dalam kaitannya dengan Pengamanan ALKI, tugas Basarnas adalah murni dalam hal SAR, yang berdasarkan pasal 2 ayat (1) dari PP No. 36 Tahun 2006 dapat diartikan sebagai usaha dan kegiatan mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah pelayaran dan/atau penerbangan, atau bencana atau musibah lainnya. Hal ini merupakan tugas pokok Basarnas sebagaimana dikemukakan dalam pasal 2 ayat (2) dari PP No. 36 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa pelaksanaan SAR dikoordinasikan oleh Badan SAR Nasional.

Namun demikian, lebih lanjut dalam Pasal 5 ayat (2) diatur bahwa Basarnas dalam melaksanakan operasi SAR dapat meminta pengerahan potensi SAR kepada instansi/organisasi yang memiliki potensi SAR, dan instansi/organisasi yang dimaksud wajib memberikan bantuan. Instansi yang dimaksud adalah kementerian,

lembaga pemerintah non departemen, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, badan usaha, dan organisasi non pemerintah, sesuai yang diatur dalam pasal 1 angka 10 PP ini.

d. Departemen Kelautan dan Perikanan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.07/MEN/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kelautan dan Perikanan, tugas pokok dari Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) adalah membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, DKP menyelenggarakan fungsi-fungsi: 1. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis di bidang kelautan dan perikanan; 2. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya; 3. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggungjawabnya; 4. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya; 5. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Dalam kaitannya dengan keamanan dan penegakan hukum dalam bidang perikanan di laut, unit dalam DKP yang terkait langsung adalah Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (Ditjen P2SDKP) beserta seluruh unit eselon dibawahnya. Khusus terhadap pengamanan di

ALKI, Ditjen P2SDKP memiliki kewenangan dalam hal

penindakan yang meliputi pengejaran sampai penyidikan terhadap pelanggaran-pelanggaran hukum di bidang perikanan yang dilakukan oleh kapal asing, seperti misalnya apabila kapal-kapal asing yang melintasi ALKI melakukan kegiatan perikanan.

e. Departemen Keuangan

Unit yang terkait dengan upaya penegakan hukum di laut, khususnya di ALKI, dibawah Departemen Keuangan adalah

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, yang memiliki peran yang sangat strategis untuk melindungi masyarakat dari masuknya barang-barang berbahaya dan memberantas penyelundupan, dengan cara mencegah dan menindak kapal-kapal asing yang menaikkan atau menurunkan barang atau mata uang dengan cara yang bertentangan dengan perundang-undangan kepabeanan.

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai merupakan unit eselon I dari Departemen keuangan dan dipimpin oleh seorang Dirjen yang bertanggung jawab kepada menteri keuangan. Direktorat yang paling berperan dalam hal penindakan terhadap pelanggaran perundang-undangan kepabeanan di wilayah laut adalah Direktorat Penindakan dan Penyidikan yang mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan standarisasi dan bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan dibidang intelijen, penindakan peraturan perundang-undangan dan penyidikan tindak pidana kepabeanan dan cukai, serta pelaksanaan intelijen dalam rangka pencegahan pelanggaran peraturan perundang-undangan kepabeanan dan cukai.