BAB III EKOTURISME DI SIBOLANGIT
3.3. Instansi yang Menunjang Ekoturisme Sibolangit
3.3.1. Instansi yang Dibentuk Pemerintah Pusat
Lembaga-lembaga yang dibuat pemerintah untuk menangani langsung maupun tidak langsung pengelolaan wisata yang bersahabat lingkungan Taman Wisata Sibolangit adalah Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, Departemen Kehutanan (Direktorat Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam), Kementrian Negara Lingkungan Hidup.
Pemerintah sudah banyak membentuk lembaga dan mengeluarkan peraturan- peraturan yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan pengelolaan ekoturisme. Meskipun tidak disebut secara terperinci mengatur ekoturisme namun ketentuan-ketentuan yang ada didalamnya relevan dengan pengelolaan dan pengembangan pariwisata yang bersahabat lingkungan. Peraturan-peraturan tersebut antara lain mencangkup bidang :
a. Wilayah dan kependudukan b. Tata ruang dan tata guna tanah. c. Sumber daya alam hayati. d. Sumber daya alam non hayati. e. Kesehatan Lingkungan dan industri. f. Pencemaran dan perusakan lingkungan. g. Penyelengaraan wisata.
Banyak aturan hukum yang telah dibuat antara lain adalah Undang-undang No. 4/1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam pasal undang-undang ini dinyatakan bahwa “Pemerintah berkewajiban menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran masayrakat akan tanggung jawabnya dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui penyuluhan, bimbingan, pendidikan tentang lingkungan hidup”.
Peraturan perundang-undangan yang masuk dalam katagori ini adalah UU No. 9/1990 tentang pariwisata, UU No 5/1992 tentang Benda Cagar Budaya dan sebagainya. Dalam konteks ini perlu dijelaskan bahwa beberapa diantara peraturan yang dibuat mengatur kelestarian lingkungan dalam penyelenggaraan suatu kegiatan, termasuk pariwisata. Yang sangat penting untuk pengelolaan ekoturisme di Taman Wisata Sibolangit antara lain adalah institusi yang mengatur tentang :
a. Hutan/Tumbuhan
- Undang-undang No. 5/1967 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan Pasal 15 berbunyi :
(2) Hutan perlu dilindungi supaya secara lestari dapat memenuhi fungsinya;
(3) Perlindungan hutan meliputi usaha-usaha untuk mencegah dan membatasi
kerusakan-kerusakan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia dan ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama, dan penyakit.
- Undang-undang No. 4/1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 5 berbunyi ;
(2) Setiap orang berkewajiban memelihara lingkungan hidup dan mencegah serta menanggulangi kerusakan dan pencemarannya.
Pasal 6 berbunyi ;
(1) Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk berperan serta dalam
rangka pengelolaan lingkungan hidup.
Pasal 7 berbunyi ;
(1) Setiap orang yang menjalankan suatu bidang usaha wajib memelihara
kelestarian kemampuan lingkungan hidup yangs erasi dan seimbang untuk menjaga pembangunan yang berkesinambungan.
-Undang-undang No. 12/1992 tentang Sisitem Budidaya Tanaman. Pasal 7 berbunyi ;
(1) Setiap orang atau badan umum yang membuka dan mengolah lahan dalam
luasan tertentu untuk keperluan budidaya tanaman wajib mengikuti tatacara yang dapat mencegah timbulnya kerusakan lingkungan hidup.
- Peraturan Pemerintah No. 28/1985 tentang Perlindungan Hutan Pasal 2 berbunyi ;
Tujuan perlindungan hutan adalah untuk menjaga kelestarian hutan agar dapat memenuhi fungsinya.
Pasal 3 berbunyi ;
Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dilakukan segala usaha, kegiatan, tindakan untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya- daya alam dan penyakit serta untuk mempertahankan dan menjaga hak-hak Negara atas hutan dan hasil hutan.
- Peraturan Pemerintah no. 7/1990 tentang hak Pengusahaan Hutan
Tanaman Industri Pasal 3 berbunyi ;
(1) Hutan Tanaman Industri dikelola secara profesional dan diusahakan
berdasarkan asas manfaat, asas kelestarian, dan asas perusahaan.
Pasal 12 berbunyi ;
(8) Pemegang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri berkewajiban menebangi Hutan Tanaman Indistri di areal kerjanya yang telah ditetapkan, dan melaksanakan kewajiban segera menanam kembali setelah melakukan penebangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
- Keputusan Presiden No. 32/1990 tentang Kawasan Hutan Lindung Pasal 2 berbunyi ;
(1) Pengelolaan kawasan lindung bertujuan untuk mencegah timbulnya
kerusakan fungsi lingkungan hidup.
(2) Sasaran pengelolaan kawasan lindung adalah (a) meningkatkan fungsi
hutan lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa serta nilai sejarah dan budaya bangsa, dan untuk (b) mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe ekosistem dan keunikan alam.
- Keputusan Presiden No. 40/1993 tentang Dana Reboisasi. Pasal 1 berbunyi ;
(3) Dana reboisasi digunakan untuk membiayai kegiatan reboisasi diluar
kawasan atau areal HPH, pembangunan HTI dalam kawasan atau areal hutan yang tidak produktif, dan rehabilitasi lahan pada kawasan atau areal yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan.
b. Hewan
- Undang-undang No. 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam hayati dan Ekosistemnya.
Pasal 30 berbunyi ;
- Kawasan pelestarian alam mempunyai fungsi perlindungan system
penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Pasal 37 berbunyi ;
(1) Peran serta rakyat dalam konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya diarahkan dan digerakkan oleh pemerintah melalui berbagai kegiatan yang berdaya guna dan berhasil guna.
- Undang-undang No. 5/1994 tentang Ratifikasi United Nations Conservation on Biological Diversity
Konsiderans pertimbangan berbunyi ;
(b) Bahwa keanekaragaman hayati yang meliputi ekosistem,jenis dan genetic yang mencangkup hewan,tumbuhan,dan jasad renik (micro-organism) perlu dijamin keberadaan dan keberlanjutannya bagi kehidupan.
c. Sungai /Air
- Undang-undang No. 11/1974 tentang Pengairan Pasal 13 berbunyi :
(2) Air,.sumber-sumber air beserta bangunan-bangunan paengairan harus
dilindungi serta diamankan, dipertahankan dan dijaga kelestariannya supaya dapat memenuhi fungsinya dengan jalan :
a. Melakukan usaha-usaha penyelamatan tanah air,
b. Melakukan pengamanan dan pengendalian daya rusak air terhadap
sumber-sumbernya dan daerah sekitarnya,
c. Melakukan pencegahan terhadap terjadinya pengotoran air yang dapat
merugikan penggunaan serta lingkungannya.
- Peraturan Pemerintah No. 35/1991 tentang sungai Pasal 27 berbunyi :
- Setiap orang atau badan hukum dilarang membuang benda-benda, bahan-
bahan padat atau cair yang berupa limbah kedalam sungai yang diperkirakan akan patut diduga akan menimbulkan pencemaran atau menurunkan kualitas air sehingga membahayakan dan atau merugikan penggunaan air yang lain dan lingkungan.
Peraturan Pemerintah No. 22 /1982 tentang Tata Pengaturan Air Pasal 16 berbunyi :
(1) Setiap orang berhak menggunakkan air untuk keperluan pokok
kehidupannya sehari-hari dan atau untuk hewan yang dipeliharanya.
(4) Bila penggunaan dan pengambilan air ternyata menimbulkan kerusakan
yang bersangkutan wajib mengganti kerugian.
- Peratuaran Pemerintah No. 53/1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Pasal 2 berbunyi :
Usaha atau kegiatan yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup meliputi :
a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam
b. Eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun yang tak
terbaharui.
c. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,
kerusakan dan kemerosotan sumber daya alam dan pemanfaatannya.
d. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi pelestarian kawasan
konservasi dan atau perlindungan cagar budaya.