• Tidak ada hasil yang ditemukan

JUMLAH PRODI

B. Temuan Khusus Penelitian

1. Perencanaan Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi Islam 1 Universitas Muhammadiyah Metro Fakultas PAI1 Universitas Muhammadiyah Metro Fakultas PAI

1.2 Institut Agama Islam Ma’arif Nahdhatul Ulama Metro

Dalam peningkatan mutu maka diperluka perencanaan dan peraturan yang berlaku untuk menciptakan sistem tata pamong yang kredibel, transparan, akuntabel, bertanggung jawab, dan adil, pelaksanaan tata pamong

dasar penyelenggaraan kegiatan yang dipakai sebagai acuan untuk merencanakan, mengembangkan program dan penyelenggaraan kegiatan fungsional sesuai dengan tujuan perguruan tinggi yang bersangkutan, yang berisi dasar yang dipakai sebagai rujukan pengembangan peraturan umum, peraturan akademik dan prosedur operasional yang berlaku di perguruan tinggi, kode etik dosen dan kode etik mahasiswa juga tidak luput ikut peningkatan agar mutu di perguruan tinggi semakin baik.

Mengenai proses penyusunan perencanaan manajemen mutu perguruan tinggi Islam dalam peningkatan input dan output, informan 1 MA mengatakan :

“…………..Bagian dasar dalam penyususnan perencanaan

manajemen mutu perguruan tinggi islam adalah pelaksanaan penjaminan mutu secara sistemik dan terstruktur di IAIM NU Metro. Dalam sistem Penjaminan Mutu telah dikembangkan dengan adanya Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Di dalam kaitan dengan pengembangan SPMI IAIM NU Metro ini, telah disusun 3 (tiga) buku SPMI Agama Islam IAIM NU Metro, yaitu: Kebijakan SPMI (Buku I), Manual SPMI (Buku II), dan Standar (Buku III). Dalam perencanaan perkembangan mutu di tingkat program Magister Pendidikan Agama Islam IAIM NU Metro, SPMI telah berjalan mengikuti apa yang dilaksanakan oleh semua program studi dibawah IAIM NU Metro, hal ini ditunjukkan dengan adanya dokumen-dokumen penting SPMI yaitu:1) Rencana Pengembangan IAIM NU Metro 2014-2019,

Metro,4) Audit Mutu Internal IAIM NU Metro yang dilaksanakan setiap

semester”.(MA/R.K/ W./ F.1/ 10-9-16)

dalam melaksanakan sistem peningkatan mutu perguruan tinggi tidak ada pola baku yang harus digunakan, demikian pula Ditjen Dikti tidak menetapkan pola baku yang harus diikuti. Model pelaksanaan sistem peningkatan mutu perguruan tinggi sepenuhnya wewenang perguruan tinggi namun ketentuannya adalah wajib (PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan) bagi perguruan tinggi. Selain dapat memanfaatkan buku ini sebagai rujukan, perguruan tinggi juga dapat menggunakan rujukan lain dari berbagai sistem yang ada berupa praktik baik yang dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi di Indonesia maupun luar negeri

Dalam pandangan informan 10 MA :

“…memang benar, Institut Agama Islam Ma'arif NU unsure yang

mendapatkan penekanan dalam pelaksanaan penjaminan mutu adalah ursur pemberian anggaran yang khusus dalam pelaksanaan penjaminan mutu melalui kantor penjaminan mutu demikian juga perlu prosedur indikator mutu

evaluasi agar obyektif dalam pelaksanaanya”. (MA/USR/ W./ F.1/ 10-9-16)

Pelaksanaan penjaminan mutu didasarkan atas dokumen, yaitu dokumen akademik dan dokumen mutu. Dokumen akademik sebagai rencana atau standar. Dokumen akademik memuat tentang arah/ kebijakan, visi-misi, standar pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat, serta peraturan akademik. Berbeda dengan dokumen akademik, dokumen mutu

ditetapkan.

Terkait bentuk-bentuk dokumen perencanaan dalam peningkatan mutu, ketua penjaminan mutu membenarkan apa yang disampaikan informan 1. MA, beliau mengatakan :

“Pelaksanaan penjaminan mutu didasarkan atas dokumen, yaitu

dokumen akademik dan dokumen mutu. Dokumen akademik sebagai rencana atau standar. Dokumen akademik memuat tentang arah/ kebijakan, visi-misi, standar pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat, serta peraturan akademik. Berbeda dengan dokumen akademik, dokumen mutu sebagai instrumen untuk mencapai dan memenuhi standar yang telah ditetapkan. Dokumen mutu terdiri dari manual mutu, manual prosedur,

instruksi kerja, dokumen pendukung, dan borang.”( MA/KPM/ W./ F.1/ 10

-9-16)

Untuk mencapai mutu yang standar dari pendidikan itu bukan hanya unsur tenaga kependidikan; yakni dosen tetapi bagaimana pengelolaan perguruan tinggi itu atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan; yang dapat dilaksanaakan oleh suatu badan standarisasi, penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan (Pasal 35 ayat 3 UU RI Nomor 20 Tahun 2003). Badan standarisasi, penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan inilah yang harus disiapkan oleh pemerintah; sehingga mutu pendidikan itu memiliki kriteria minimal yang senantiasa harus dipenuhi oleh pengelola pendidikan, pemerintah daerah dan pemerintah pusat.

Sebagaimana pergunun tinggi Islam lainnya mahasiswa IAIM NU mempunyai kecenderungan bahwa unsur input seperti tersedianya sarana

kualitasnya.

Dalam interview dengan informan 8 MA, beliau menjelaskan

“,,,,,yaa, memang diperlukan suatu pemeriksaan yang sistematis dan

independent untuk menentukan apakah kegiatan menjaga mutu serta hasilnya telah dilaksanakan secara efektif sesuai dengan rencana yang ditetapkan untuk mencapai tujuan. dalam menyususnan laporan untuk Audit Mutu Internal memiliki tujuan Untuk memastikan konsistensi penjabaran kurikulum dan silabus dengan spesifikasi program studi, tujuan pendidikan dan kompetensi lulusan dan untuk memastikan kecukupan penyediaan

sarana-prasarana dan sumberdaya pembelajaran”( MA/KAPROD.2/ W./ F.1/ 10

-9-16)

Ketika penyediaan sarana prasarana sudah berkualitas harus diimbangi dengan kurikulu yang baik sehingga bisa mendukung proses akreditasi. pencapaian akreditasi disetiap program setudi yang standar

“…..ketua prodi juga menegaskan dalam mengelola input agar dapat

menghasilkan output yang berkualitas diperlukan perencanaan manajemen mutu perguruan tingi Islam dalam peningkatan input dan output sebagai tujuan, untuk mengtahui tercapai tidaknya tujuan lembaga, untuk mengetahui umpan balik sebagai perbaikan proses belajar mengajar dan mengetahui dasar dalam menyususnan laporan untuk Audit Mutu Internal untuk memastikan konsistensi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi proses pembelajaran

terhadap pencapaian kurikulum dan silabus”.( MA/MA/KAPROD.1/ W./ F.1/

10-9-16)

Dalam mengelola input agar dapat menghasilkan output yang berkualitas diperlukan perencanaan manajemen mutu perguruan tingi Islam dalam peningkatan input dan output sebagai tujuan kurikulum adalah

pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi. Kurikulum dibagi dalam kurikulum inti dan krikulum lokal (institusional). Kurikulum inti adalah bagian dari kurikulum pendidikan tinggi yang berlaku secara nasional untuk setiap program studi, yang memuat tujuan pendidikan, isi pengetahuan, dan kemampuan minimal yang harus dicapai peserta didik, dalam penyelesaian suatu program studi. Disisi lain kurikulum lokal (institusional) adalah bagian dari kurikulum pendidikan tinggi yang berkenaan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan serta ciri khas perguruan tinggi yang bersangkutan. Untuk mengembangkan kurikulum pendidikan tinggi, perguruan tinggi yang bersangkutan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk setiap program studi dan didukung dengan dosen-dosen yang berkualitas. Dosen harus mempunyai kualifikasi yang diperlukan bagi penyampain ilmunya kepada mahasiswa. Dengan tenaga dosen yang berkompeten dan berkualitas akan memudahkan penyampaian ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga apa yang disampaikan kepada mahasiswa dapat diterima dan dikembangkan sesuai dengan kemampuan mahasiswa dengan kajian bidang ilmu yang dipilihnya.

Sebagaimana hasil interview informan 9 MA terkait kualifikas, beliau menjelaskan :

“,,,,iya benar, dalam menjalankan fungsi akuntabilitas kegiatan

klarifikasi dan verifikasi yang independen dan objektif sangat perlu dilakukan sebagai upaya mempertahankan dan meningkatkan mutu kegiatan akademik.

secara tepat dan efektif serta dilaksanakan secara bertanggung jawab. Fungsi peningkatan dilakukan untuk membantu unit kerja yang bersangkutan agar lebih memahami kondisinya, serta dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam kebijakan, praktik, dan prosedur, sehingga dapat

merumuskan usaha peningkatan mutu secara berkelanjutan.” ( MA/DSN/ W./

F.1/ 10-9-16)

Peningkatan kualitas dosen perlu dimulai dari sistem perekrut, peningkatan kemampuan dosen, sistem penilaian terhadap kemampuan dan kinerja dosen, serta sistem peningkatan karirnya, disamping itu dosen juga harus mempunyai disiplin yang tinggi, juga mempunyai rasa tanggung jawab terhadap ilmu yang diberikan kepada mahasiswa.