• Tidak ada hasil yang ditemukan

JUMLAH PRODI

E. Manajemen Mutu Pendidikan Perguruan Tinggi Islam

3. Model dan Proses Manajemen Mutu

Secara umum memang ada proses dan model dasar yang dijalankan dalam manajemen mutu namun demikian tidak semuanya perguruan tinggi sesuai dengan model yang dasar sehingga adakalanya ada yang lebih condong pada quality control maupun quality audit.

Masing-masing pihak acapkali mengembangkan model manajemen mutu berbeda-beda akibat kepentingan dan tujuan yang berlainan. Perbedaan tersebut bukan hanya karena semata akibat unsur yang ingin dijaminkan, maupun dosen pelaksana manajemen mutu itu tetapi juga karena debat tentang standar mutu itu sendiri masih berlangsung sampai sekarang. Menurut Middlehurst, Robin perdebatan mengenai standar sangat terkait dengan empat kunci yaitu 86:

a. Kesesuaian yaitu terkait dengan kesesuaian antara program pendidikan diselenggarakan dengan standar yang sebelumnya telah ditetapkan.

b. Kemantapan dan kepercayaan yaitu terkait dengan jaminan kemantapan program pendidikan dan lembaga pendidikan dapat menjamin mahasiswa serta dipercaya oleh pihak ekternal. c. Menyangkut apakah standar dirumuskan secara mendasar.

d. Menyangkut rasa kepemilikan dan kehendak untuk melakukan kontrol atas standar.

Keterkaitan yang menyangkut standar dan manajemen mutu akhirnya membawa pada pembedaan model pelaksanaan manajemen mutu sebagaimana terlihat di Inggris. Pada praktek di Inggris

86

memperlihatkan bahwa manajemen mutu dibedakan atas dasar perbedaan prosedur sehingga ada manajemen mutu internal dan manajemen mutu ekternal. Kedua model pelaksanaan ini mempunyai prosedur yang sendiri-sendiri.

Adakalanya, penyelenggaraan manajemen mutu lebih banyak didorong dari internal pendidikan tinggi karena akibat perubahan dan lingkungan organisasi itu sendiri. Dorongan untuk mencari dan menciptakan cara terbaik sistem pendidikan yang efektif dan efisien antara lain menjadi faktor penentu utama keniscayaan untuk menyelenggarakan manajemen mutu.

Penelitian yang dilakukan oleh Johm, Daniel menyimpulkan bahwa secara umum munculnya upaya penyelenggaraan manajemen mutu akibat keinginan menutup kesenjangan antara apa yang dihasilkan di perguruan tinggi (belajar dan lulusan) dengan persyaratan yang dituntut oleh dunia industri.87 Dari sinilah kemudian ada model adaptasi dengan tuntutan dunia industri dalam bentuk manajemen mutu misalnya adanya need assessment.

Hal yang sama juga dilakukan pada masyarakat Canada dan Amerika pada tahun 90 an dengan mengadakan kerjasama industri untuk meningkatkan mutu lulusan. Upaya yang dirintis dalam gerakan Making the Link ini sengaja dilakukan untuk menemukan kesesuaian antara

87

John, Daniel. Globalization and Higher Education: Automobiles, Bananas, Courses, Degrees. (Proceedings) (Paris: UNESCO:2002)h..25

kemampuan ketrampilan yang bisa disediakan oleh perguruan tinggi dengan tuntutan kebutuhan ketenagakerjaan di lapangan pekerjaan. Kondisi ini akhirnya juga mendorong munculnya model manajemen mutu di Perguruan tinggi di berbagai wilayah. Untuk memberikan gambaran mengenai model manajemen mutu selanjutnya dikemukakan beberapa model yang dikembangkan pada beberapa negara maupun para pakar. Berikut contoh model manajemen mutu sebagai berikut :

1. Profesional Model Manajemen Mutu dari Lewis Elton

Model manajemen mutu yang dikembangkan oleh Elton sangat menuntut komitmen semua anggota (sivitas akademika) dari lembaga pendidikan tinggi bersangkutan. Dalam pengembanga manajemen mutu diperlukan sikap profesional yaitu mereka yang mau secara penuh tanggung jawab pada tugasnya menuju keunggulan mutu.88

Model manajemen mutu yang dikembangkan oleh Elton dalam skemanya harus lebih dahulu mensyaratkan adanya : persetujuan mengenai apa kebutuhan yang harus dipenuhi tuntutan kepuasaannya, mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang harus diukur mengenai kualitasnya dan mengadakan prosedur yang digunakan untuk memastikan bahwa kualitas dapat dipenuhi dan dipelihara.

Model Elton di awali dengan tuntutan yang datang dari pihak publik atas profesionalitas penyelenggara pembelajaran yang harus dilaksanakan di perguruan tinggi islam. Model ini juga merupakan

88

Elton, Lewis. University Teaching: A Professional Model for quality.Buckingham: Open university Press:1995)h.132

hasil kombinasi dengan kondisi perguruan tinggi setempat sehingga model manajemen mutu yang dihasilkan merupakan model manajemen mutu yang khas.

Corak kekhasan model manajemen mutu dalam lingkungan perguruan tinggi, dapat dipengaruhi oleh tuntutan pihak pengguna lulusan ataupun pula bisa dipengaruhi dan dibentuk karena perguruan tinggi bersangkutan berusaha menyesuaikan diri dengan tuntutan yang dibuat oleh dunia kerja yang diformulasikan dalam job description. Tuntutan lain juga dapat datang dari organisasi di mana perguruan tinggi bersangkutan bernaung seperti halnya perguruan tinggi Islam. Dalam organisasi Islam, tuntutan terhadap lembaga pendidikan di bawah naungan Islam dirumuskan dalam qaidah Perguruan tinggi Islam yaitu lulusan yang berkualitas secara akademik dan kualitas secara ideology.

Model Elton dikembangkan dengan di awali kegiatan melakukan analisis atas inti job yang harus dikuasai oleh mahasiswa. Job description dalam konteks ini dijadikan acuan dalam kegiatan pembelajaran baik dalam perumusan standar maupun penyusunan materi dan kompetensi.

Walaupun ada kecenderungan model manajemen mutu mengarah pada kekhususan yang merupakan kombinasi antara ketentuan umum dengan situasi dan karakter perguruan tinggi bersangkutan namun tetap saja harus ada model manajemen mutu

yang dijadikan acuan. Menurut Elton, Lewis secara umum pelaksanaan manajemen mutu dilakukan dalam tiga tahapan89:

a. Kesepakatan tentang kebutuhan yang akan dipenuhi agar tercapai kepuasaan

b. Menentukan kegiatan - kegiatan yang akan dinilai kualitasnya c. Melakukan prosedur yang memastikan bahwa kualitas selalu

terpelihara.

Model manajemen mutu ini terkait erat dengan prinsip ajaran Total Quality Management sehingga model ini manajemen mutu mampu menghasilkan professional bagi penyelenggara. Kesulitan yang muncul untuk menuju pembentukan profesional perguruan tinggi adalah mengubah profesionalisme yang semula muncul karena tekanan publik menjadi muncul karena tekanan internal (diri penyelenggara sendiri).

Menurut Elton, Lewis. dalam model di atas yang mengadopsi prinsip-prinsip Total Quality Management memang pada tahapan awal sangat diperlukan profesionalisme kelembagaan sebab dalam pelaksanaan manajemen mutu yang mengikuti model ini diharuskan adanya evaluasi diri. Sangat sulit untuk melakukan evaluasi diri secara obyektif apabila tidak ada sikap kejujuran yang datang dari sikap profesionalisme.90 Dengan demikian sikap profesional merupakan persyaratan awal.

Menyadari bahwa profesionalisme dalam model ini sangat

89

Elton,Lewis.UniversityTeaching:AProfessionalModel... h.135

90

utama dan pokok sebagai dasar bagi pelaksanaan evaluasi diri, namun dalam realitanya penumbuhan profesionalisme yang muncul secara internal sangat sulit, maka model ini dilengkapi dengan adanya tekanan dari ekternal berupa public demand. Proses yang ditempuh dalam menyusun model manajemen mutu secara umum adalah sebagai berikut :

a. Perguruan tinggi menetapkan visi dan misi perguruan tinggi yang bersangkutan

b. Berdasarkan visi dan misi perguruan tinggi tersebut setiap program studi menetapkan visi dan misi program studinya.

c. Visi setiap program studi terangkum menjadi serangkaian standar mutu pada setiap butir mutu sebagaimana disebutkan di atas.

d. Standar mutu dirumuskan dan ditetapkan dengan meramu visi perguruan tinggi (secara deduktif) dan kebutuhan stakeholders (secara induktif). Sebagai standar yang dijadikan acuan maka rumusannya harus jelas.

e. Perguruan tinggi menetapkan organisasi dan mekanisme kerja manajemen mutu

f. Perguruan tinggi melaksanakan manajemen mutu dengan mene- rapkan manajemen kendali mutu.

g. Perguruan tinggi mengevaluasi dan merevisi standar mutu melalui benchmarking secara berkelanjutan.

Adapun pendapat peneliti proses penetapan dan pemenuhan standar pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan sehingga konsumen, produsen dan pihak lain yang berkepentingan memperoleh kepuasan. Dengan demikian, penjaminan mutu Perguruan tinggi adalah proses penetapan dan pemenuhan standar pengelolaan pendidikan tinggi secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga stakeholders memperoleh kepuasan.