Sedangkan, kadar etanol yang paling rendah dihasilkan dari fermentasi media
dengan waktu fermentasi 3 hari (X1) yaitu 3,01 %. Pada hari ke-3 S. cerevisiae
belum berkerja secara optimal karena masih dalam tahap beradaptasi, tumbuh dan memperbanyak diri sendiri sehingga kadar etanol yang terbentuk masih sedikit. 5.2 Saran
Saran yang diberikan pada penelitian ini yaitu perlunya penelitian lanjutan pada pembuatan etanol untuk meningkatkan kadar dan rendemen etanol dengan perlakuan faktor yang lain, diantaranya hidrolisis enzim, konsentrasi khamir, pemurnian, pengaruh suhu dan lain-lain. Sehingga hasil penelitian dapat diaplikasikan di masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association of Official Analytical Chemyst. 2005. Official Method of
Analysis of The Association of Offial Analytical of Chemist. Arlington,:The Association of Official Analytical Chemyst, Inc.
Almatsier S. 2000. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Archunan. 2004. Microbiology First Edition. Sarup and Sons,
Astuti T, Sri D. 2010. Perkembangan serat batang rosella (Hibiscus sabdariffa)
dengan perlakuan naungan dan volume penyiraman yang berbeda. Buletin
Anatomi dan Fisiologi 18(2): 47-55.
Berg L. 2008. Intoductory Botany Plants, People, and The Environment. United
States of America: Thomson Brooks Cole.
Buckle KA, Edward RA, Fleet H, Wootton M. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah : Purnomo dan Adiono. UI-Press, Jakarta.
Caylak B, Sukan FV. 1998. Comparison of Different Production Processes for
Bioethanol. Journal Turk Chem 22: 351-359.
Coimbra MC, Jorge N. 2011. Proximate composition of guariroba (Syagrus
aculeate) palm fruits. Rad Researc International 44 (1): 2139-2142.
Cui SW. 2005. Food Carbohidrates Chemistry, Physical Properties, and Aplications. CRC Press, Boca Raton, London, New York, Singapores
Devis HF. 2008. Bioetanol Berbahan Dasar Ampas Rumput Laut Kappaphycus
alvarezli [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor.
Dickison WC. 2000. Integrative Plant Anatomy. United States of America:
Elsevier.
Dombek KM, Ingram LO. 1987. Ethanol production during batch fermentation
with Saccharomyces cerevisiae changes in lycolytic enzyme and internal
pH. Appl Environ Microbial 53 (6): 1286-1291.
Duke NC, James A. 2006. Bruguiera gymnorrhiza (large-leafed mangrove).
Species Profiles for Pacific Island Agroforestry Apr; Ver 2.I. www.traditionaltree.org
European Bioformatics Institute. 1996. Eurkaryotes Genomes-Saccharomyces
cerevisiae. http://www.embl ebi.com/Saccharomyces_cerevisiae.html [5 Juli 2012]
Fardiaz S. 1987. Penuntun Praktek Mikrobiologi Pangan Bogor: Lembaga
Surnberdaya Informasi.UPT-Institut Pertanian Bogor
. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Febrianti F. 2010. Kandungan Total Fenol, Komponen Bioaktif, dan Aktivitas
Antioksidan Buah Pedada (Sonerattia caseolaris) [skripsi]. Bogor:
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor.
Fortuna J. 2005. Ditemukan Buah Bakau Sebagai Makanan Pokok. http//www. ebookpangan.com. 2006 [10 Oktober 2011].
Glen HF. 2005. Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lam.KwaZulu-Natal Herbarium. the
South African National Biodiversity Institute's. www.plantzafrica.com. [22 Juli 2012].
Gozan M, Samsuri M, Fani SH, Bambang P, Nasikin M. 2007. sakarifikasi dan fermentasi bagas menjadi etanol menggunakan enzim selulase dan
enzim sellobiase. Jurnal Teknologi 3: 1-6.
Greethlein. 1978. Chemical Breakdown of Cellulosic Material. Journal Appl.
Graham S. 2003. Fundanmental of Organic Chemistry Fifth Edition. NewYork: John Wiley and Sons.p. 409
Guillemin F, Devaux MF, Guillon F. 2004. Evaluation of plant histology by outomatic clustering based on individual cell morphological features. Image Anal Stereol of Original Reserch Paper. Vol. 23: 13-22.
Hambali E, Mujdalipah S, Tambunan AH, Pattiwiri AW, Hendroko R. 2008. Teknologi Bioenergi. Jakarta: Agro Media.
Harris RS, Karmas E. 1989. Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan Pangan.
Edisi ke-2. Bandung: ITB Press.
Hidayat EB.1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: Penerbit ITB
Hidayat NMC, Padaga, Suhartini S. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta.
Himiyati N, Sandrie YN. 2008. Pembuatan Bioetanol dari Limbah Kulit Singkong
Melalui Proses Hidrolisa Asam dan Enzimatis. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.
Humason GL. 1967. Annimal Tissue Techniques. San Fransisco:W.H. Freemen
and Company
Jirasak K, Sornvoraweat B. 2011. Comparative study of bioetanol production from
cassava peels monoculture and co-culture of yeast. Journal Kasetsart
(Nat.Sci.) 45: 268-274.
Johansen 1940. Plant Microtechnique. New York: McGraw-Hill Book Company,
Inc.
Judoamidjojo M, Darwis AA, Said EG. 1992. Teknologi Fermentasi. Jakarta:
Rajawali Press.
Junk BE, Pancoast T. 1973. Hand Book of Sugar. The Avi Publishing Company.
Inc Westport-Connecticut.
Kosaric N, Velayudhan R. 1991. Biorecovery Processes: Fundamental and Economic Consideration, Bioconversion of Waste Material to Industrial
Product. Elviser Applied Science 22: 24-25
Kristiono SS. 2009. Analisis mikroskopis dan fitokimia semanggi air (Marsilea
crenata Presl (Marcileaceae) [skripsi]. Bogor : Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Kusmiyati T. 2010. Comparasion of iles-iles and cassava tubers as a Saccharomyces cerevisiae substrate fermentation for bioethanol
production. Journal Bioscience 2 (1): 7-13.
Kusnandar S. 2010. Kimia Pangan: Komponen Makro. Jakarta: Dian Rakyat.
Leloup LM, Colonna P, Buleon A. 1991. Influence of amylase-amylopektin on
gel properties. J. Cereal Sci., 13, 1-13.
Liu R, Shen F. 2007. Impacts of main factors on bioethanol fermentation from
stalk juice of sweet sorghum by immobilizes Saccharomyces cerevisiae.
Biores Technol 99: 847-854.
Mathewson SW. 1980. Drying the Alcohol Chapter 12. In: The Manual For the
Home and Farm Production of Alcohol Fuel. California: Ten Speed Press. Muslimin LW. 1996. Mikrobiologi Lingkungan. IPB-Press. Bogor.
Nugroho H, Purnomo, Sumardi I. 2006. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.
Jakarta: Penebar Swadaya..
Nowak J. 2000. Bioethanol yield and productivity of zymomonas mobilis in
various fermentation methods. Electronic Journal of Publish Agricultural
Universities 3(2): 121-132.
Papong S, Malakul P. 2010. Life-Cycle Energy And Environmental Analysis Of
Bioethanol Production From Cassava In Thailand. Bioresource Technology
101 : 112-118.
Pelczar MJ, Chan ES. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi Edisi ke-2. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia.
Prabandari R, Mangalik A, Achmad J, Agustiana. 2005. Pengaruh waktu perebusan dari dua jenis udang yang berbeda terhadap kualitas tepung
limbah udang putih (Penaeus indicus) dan udang windu
(Penaeus monodon). Enviroscienteae 1(1): 24-28.
Prihardana A, Samsuri M. 2008. Bioethanol Ubi Kayu Bahan Bakar Masa Depan
Edisi ke-4. Jakarta: PT Agro Media Pustaka.
Qiu H, Huang J, Yang J, Ronzele S, Zhang Y, Zhang Y, Zhang Y. 2010. Bioethanol Development in China and The Potential Impacts on its
Agricultural Economy. Journal Applied Energy 87: 76-83.
Retnowati D, Sutanti R. 2009. Pemanfaatan Limbah Padat Ampas Singkong dan
Lindur Sebagai Bahan Baku Pembuatan Etanol. Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.
Subekti H. 2006. Produksi Etanol Dari Hidrolisat Fraksi Selulosa Tongkol Jagung [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Setyawati H, Rahman AN. 2009. Bioetanol dari Kulit Nanas dengan Variasi
Massa Saccharomyces ceriviceae dan Waktu Fermentasi. Malang: Program
Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional.
Shen Y, Zhan Y, Ma T, Bao X, Du F, Zhang G, Qu Y. 2008. Simultaneous saccharification and fermentation of acid-preatreatment corncorb with
recombinant Saccharomyces cerevisiae expressing b-glukosidase.
Biores technol 99: 5099-5103
Sutrian Y. 1992. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan. Jakarta: Rineka Cipta.
Suntoro H. 1983. Metode Pewarnaan (Histologi dan Histokimia). Jakarta:
Penerbit Bhatara Karya Aksara
Swinkle JJM. 1985. Source o Strach, Its Chemistry and Physic. Di Dalam
Beynum Van, G. M. A. and Roles, J. A. Strach Convention Technology.1985. Marcell Dakker, Inc., New York and Bassel
Tjitrosoepomo G. 1987. Taksonomi Tumbuhan. Jogjakarta : Gajah Mada
University Press
Waller JC. 1981. Feeding Value of Ethanol Production By-product. National
Academy Press, Washington D.C.
Wibowo C, Cecep K, Ani S, Yekti H, Poppy O. 2009. Pemanfaatan pohon
mangrove api-api (Avecennia spp.) sebagai bahan pangan dan obat. Di
dalam Prosiding seminar hasil-hasil penelitian IPB.
Wilkins MR, Widmer W, Grohmann K. 2007. Simultaneous saccharification and
fermentation of citrus peel waste by Saccharomyces cerevisiae to produce
ethanol. Process Biochem 42: 1614-1619.
Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
Wirakusumah ES. 2007. Kandungan Gizi Buah dan Sayuran. Jakarta: Penebar
Lampiran 1. Tabel pH akhir media
pH Ulangan 1 (%) Ulangan 2 (%) Rata-rata (%)
X1 4,43 4,39 4,41
X2 4,25 4,31 4,28
X3 3,92 4,02 3,97
Lampiran 2. Tabel kadar etanol
Uji kadar alkohol Ulangan 1 (%) Ulangan 2 (%) Rata-rata (%)
X1 3,04 2,98 3,01
X2 3,48 3,54 3,51
X3 3,3 3,1 3,2
Tepung lindur Biakan Saccharomyces cerevisiae
Hasil hidrolisis buah lindur Pembuatan starter
Fermentasi alkohol ulangan I
RINGKASAN
HELMY, Analisis Jaringan Tanaman Lindur (Bruguiera gymnorrhiza) dan Pemanfaatannya sebagai Bahan Baku Pembuatan Bioetanol. Dibimbing oleh AGOES M. JACOEB dan PIPIH SUPTIJAH.
Bioetanol merupakan bahan bakar alternatif yang berpotensi
menggantikan bahan bakar minyak. Bioetanol adalah etanol (alkohol) yang diproduksi dari proses fermentasi dengan bantuan mikroorganisme. Bahan-bahan yang bisa digunakan sebagai penghasil bioetanol biasanya mengandung karbohidrat, seperti pati, gula dan selulosa. Salah satu sumber hayati yang dapat
dikaji dalam pembuatan bioetanol adalah buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza),
yang merupakan buah dari tumbuhan mangrove, yang cukup banyak ditemui di Indonesia. Kandungan karbohidrat yang tinggi menjadikan buah ini digunakan sebagai sumber alternatif pembuatan bioetanol.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari jaringan tanaman
lindur (B. gymnorrhiza), memanfaatkan buah lindur sebagai bahan baku
pembuatan bioetanol dan menentukan waktu optimum fermentasi untuk menghasilkan bioetanol, serta menghasilkan kadar etanol yang terbaik.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perairan dan Laboratoriurn Biokimia Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, penelitian histologi buah lindur dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor dan pengujian kadar bioethanol di Laboratorium Terpadu, Institut Pertanian Bogor. Penelitian terdiri dari penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan meliputi karakterisasi bahan baku (buah lindur), analisis histologi, uji proksimat, pembuatan starter (regenerasi kultur dan starter media cair), pembuatan media fermentasi, penambahan nutrient, pengaturan pH dan pasteurisasi. Penelitian utama meliputi pembuatan bioetanol, yaitu fermentasi alkohol, perlakuan inkubasi, pengujian (uji pH akhir dan uji kadar etanol).
Daun lindur tersusun atas jaringan epidermis, bunga karang, parenkim palisade dan jaringan pengangkut. Bagian batang lindur terdiri dari jaringan epidermis, jaringan korteks yang mengandung butiran pati dan jaringan pengangkut. Sedangkan, buah lindur tersusun atas jaringan epidermis, jaringan korteks yang terdapat pati dan jaringan pengangkut. Hasil uji proksimat buah
lindur (B. gymnorrhiza) segar memperlihatkan kadar air 62,92 %, abu 1,29 %,
lemak 0,79 %, protein 2,11 % dan karbohidrat 32,91 %. Semakin lama fermentasi, maka pH akhir fermentasi cenderung semakin rendah. Nilai pH paling tinggi dari fermentasi 3 hari (XI) yaitu 4,41 dan pH paling rendah pada waktu fermentasi 7 hari (X3) yaitu 3,97. Kadar etanol paling tinggi dihasilkan dari fermentasi dengan waktu 5 hari (X2) yaitu 3,51 %. Kadar etanol yang paling rendah dihasilkan dari fermentasi dengan waktu fermentasi 3 hari (XI) yaitu sebesar 3,01 %.