• Tidak ada hasil yang ditemukan

BELUNTAS, VITAMIN C DAN E DALAM PAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

RINGKASAN

Danang Priyambodo. D14086005. 2011. Pengurangan Off-Odor Daging Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu dengan Pemberian Daun Beluntas, Vitamin C dan E dalam Pakan. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Rukmiasih, MS. Pembimbing Anggota : Dr. Ir.Sumiati, M.Sc.

Itik merupakan salah satu komoditi unggas sebagai sumber protein hewani bagi manusia. Daging itik memiliki gizi yang baik seperti daging ayam, akan tetapi masih banyak yang tidak menyukai daging itik karena dagingnya berbau amis (off- odor). Pemberian antioksidan dalam pakan diharapkan dapat mengurangi bau amis daging itik sebelum proses pengolahan.

Beluntas (Pluchea indica L. Less.) merupakan salah satu tanaman yang mengandung antioksidan alami, sedangkan vitamin C dan vitamin E merupakan sumber antioksidan sintetis. Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh pemberian tepung daun beluntas, kombinasi tepung daun beluntas dengan vitamin C, dan kombinasi tepung daun beluntas dengan vitamin E terhadap off-odor pada daging itik. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan bulan September tahun 2010 di bagian Ilmu produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Daging itik yang digunakan adalah daging itik alabio jantan berumur 10 minggu yang mendapat perlakuan pemberian pakan komersial sebagai pakan kontrol (K), pakan komersial + 0,5% tepung daun beluntas (KB), pakan komersial + 0,5% tepung daun beluntas + vitamin C 250 mg/kg (KBC), pakan komersial + 0,5% tepung daun beluntas + vitamin E 400 IU/kg (KBE). Peubah yang diamati dalam penelitian ini yaitu tingkat intensitas off-odor dan tingkat kesukaan daging dengan kulit itik alabio jantan bagian paha dan dada.

Analisis data sensori yang dilakukan yaitu : (1) Uji intensitas off-odor

dilakukan dengan uji skalar garis ; (2) uji tingkat kesukaan dilakukan dengan uji hedonik. Data hasil uji skalar garis dan uji hedonik dianalisis dengan analisis sidik ragam (ANOVA) dengan metode GLM (Generalized Linear Model) dengan bantuan program SPSS for windows versi 17 dilanjutkan dengan uji Duncan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan KB dapat menurunkan intensitas off-odor daging dengan kulit paha itik sebesar 3,5% dan daging dada dengan kulit itik sebesar 1,9%. Perlakuan KBC meningkatkan intensitas off-odor

daging dengan kulit paha itik sebesar 2,3% dan daging dada dengan kulit itik sebesar 5,3%. Hasil selanjutnya perlakuan KBE dapat menurunkan intensitas off-odor

sebesar 11,2% dan daging dada dengan kulit itik sebesar 10,6%. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah perlakuan KBE merupakan kombinasi yang paling baik dalam menurunkan intensitas off-odor daging itik, dan secara hedonik panelis lebih menyukai aroma daging dengan kulit itik bagian paha dan dada yang mendapat perlakuan KBE.

ABSTRACT

Reducing Off-odor of Alabio’s Male Duck Meat of 10 Weeks Age Fed Beluntas

Leaf Meal, Vitamine C and E

Priyambodo, D., Rukmiasih., and Sumiati

Duck is one of poultry commodities as source of animal protein for the human, however the duck’s meat off-odor limits the consumers preferency. The objective of this research was to observe the effect of feeding beluntas leaf powder, combination

beluntas leaf powder with vitamin C and combination beluntas leaf powder with vitamin E in reducing off-odor of the Alabio duck meat. This research was conducted on May until September 2010 at the Laboratory of poultry production, Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural University. The duck’s meat of 10 weeks age were used in this study. The duck were reared from DOD up to 10 weeks old. The diet treatments were commercial diet as control (K); commercial feed + 0.5%

beluntas leaf meal (KB), commercial feed + 0.5% beluntas leaf meal + vitamin C 250 mg/kg (KBC), commercial feed + 0.5% beluntas leaf meal + vitamin E 400 IU/kg (KBE). The parameters observed were off-odor intensity and preference test of thigh and breast meat of male alabio duck. The data were analyzed with analyses of variance (ANOVA) with the method of GLM (Generalized Linear Model) and using SPSS program for windows version 17. If there were any significant differences, the data were further analyzed using Duncan multiple range test. The results shows that feeding of 0.5% beluntas leaf meal (KB) reduced off-odor intensity of thigh meat (3.5%) and breast meat (1.9%). Feeding of 0.5% beluntas leaf meal + vitamin C 250 mg (KBC) increased off-odor intensity of thigh meat (2.3%) and breast meat (5.3%). Feeding beluntas leaf meal of 0.5% + vitamin E 400 IU (KBE) reduce off-odor intensity of thigh meat (11.2%) and breast meat (10.6%). Conclusion of this research was that feeding beluntas leaf meal of 0.5% + vitamin E 400 IU (KBE) was the best treatment in reducing the intensity off-odor of duck meat (thigh, breast), and this meat was most prefered by the panelists compared other treatments.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Daging itik merupakan salah satu sumber protein asal daging unggas yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia. Hal ini karena daging itik memiliki kandungan gizi yang baik seperti daging ayam. Akan tetapi daging itik kurang disukai dibandingkan dengan daging ayam. Berdasarkan data Direktorat Jendral Peternakan Departemen Pertanian (2009), produksi daging ayam ras pedaging sebanyak 1.101.765 ton, daging ayam buras sebanyak 247.725 ton, daging ayam ras petelur sebanyak 55.099 ton, dan produksi daging itik sebesar 25.782 ton (1,80% dari total produksi asal daging unggas). Kurang disukainya daging itik oleh sebagian masyarakat, diantaranya karena daging itik memiliki bau khas yaitu bau amis (off-odor).

Bau amis pada daging itik merupakan hasil proses oksidasi lemak yang terjadi dalam tubuh itik. Proses oksidasi lemak terjadi karena terdapat radikal bebas yang berikatan dengan asam lemak tidak jenuh di dalam tubuh itik. Upaya untuk mengurangi bau amis daging itik tersebut salah satunya yaitu dengan pemberian antioksidan di dalam pakan. Antioksidan berfungsi sebagai pendonor atom hidrogen dan atom tersebut dalam waktu yang cepat akan berikatan dengan radikal bebas sehingga radikal bebas tidak berikatan dengan asam lemak tidak jenuh di dalam tubuh itik.

Sumber antioksidan terbagi menjadi dua yaitu antioksidan alami dan sintetis. Beluntas (Pluchea indica L. Less.) merupakan salah satu tanaman obat yang mengandung antioksidan alami yang banyak digunakan manusia sebagai penghilang bau badan. Vitamin C dan vitamin E juga merupakan bahan yang sudah diketahui manfaatnya sebagai sumber antioksidan. Berdasarkan manfaat berbagai bahan sumber antioksidan tersebut, penggunaan beluntas, vitamin C dan vitamin E diharapkan dapat menurunkan bau amis daging itik.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Febriana (2006) menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun beluntas dalam pakan pada taraf 1% dapat menurunkan bau amis daging itik jantan lokal, tetapi itik dengan pemberian daun beluntas tersebut menghasilkan konversi pakan 21,9% lebih tinggi dari itik yang

tidak diberi daun beluntas (Gunawan, 2005). Pemberian vitamin C dan vitamin E dalam pakan juga dapat menurunkan bau amis pada daging itik (Randa, 2007).

Pada penelitian saat ini digunakan beluntas dalam taraf yang lebih rendah yaitu sebesar 0,5% dengan tujuan menurunkan bau amis daging itik dan memperbaiki performa itik. Berkurangnya penggunaan daun beluntas dalam pakan menyebabkan antioksidan yang disumbangkan dalam pakan menurun, oleh karena itu pada penelitian ini ditambahkan vitamin C dan vitamin E sebagai sumber antioksidan.

Daging itik dapat diperoleh dari itik jantan dan itik betina afkir, daging yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daging itik alabio jantan. Itik alabio ini di daerah asalnya Kalimantan Selatan sudah biasa dijadikan sebagai itik pedaging karena komposisi karkasnya yang besar.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan bau daging itik dan tingkat kesukaan daging itik dengan penambahan antioksidan dalam pakan berupa tepung daun beluntas, vitamin C dan vitamin E.

Dokumen terkait