• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK

DWI DINAR MURJANI. Pengujian Umbi Gadung (Dioscorea hispida Dennst.) sebagai Rodentisida Botanis Siap Pakai dalam Pengendalian Tikus Rumah (Rattus rattus diardii Linn.) dan Tikus Sawah (Rattus argentiventer Rob. & Klo.). Dibimbing oleh SWASTIKO PRIYAMBODO.

Tikus merupakan satwa liar yang sangat sering berhubungan dengan manusia. Dua spesies tikus yang berperan penting sebagai hama yaitu tikus rumah (Rattus rattus diardii) dan tikus sawah (Rattus argentiventer). Kerugian yang ditimbulkan oleh tikus tersebut yaitu seperti merusak alat-alat rumah tangga bahkan dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang tinggi dalam sistem pertanian. Diperlukan cara pengendalian yang tepat untuk menekan serangan hama tersebut. Umbi gadung merupakan tumbuhan yang efektif untuk mengendalikan hama tikus. Rodentisida botanis adalah penemuan yang sangat baik dan merupakan sistem pengendalian yang efektif dan efisien, karena memanfaatkan tanaman yang tersedia dan ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formulasi umbi gadung yang tepat dalam mengendalikan populasi tikus rumah dan tikus sawah yang banyak tersebar di permukiman maupun lahan pertanian. Terdapat dua pengujian dalam percobaan perlakuan rodentisida gadung bentuk blok yaitu pengujian tanpa pilihan dan pengujian pilihan. Pada pengujian tanpa pilihan, menggunakan bahan aktif umbi gadung dengan lima macam konsentrasi sebesar 0% (kontrol), 10% (G1), 20% (G2), 25% (G3), 30% (G4) terhadap tikus rumah dan tikus sawah dengan sepuluh ulangan. Perakitan umpan dalam bentuk blok cukup efektif bagi ketertarikan tikus untuk mengonsumsi serta secara umum terdapat penurunan bobot tubuh tikus sebagai akibat dari perlakuan. Pada perlakuan G1 terhadap tikus rumah dikonsumsi sebanyak 5.292 g/100 g bobot tubuh kemudian menimbulkan kematian mencapai 30%. Perlakuan G3 terhadap tikus sawah dikonsumsi sebanyak 4.585 g/100 g bobot yang dapat menimbulkan kematian mencapai 70%. Perlakuan G3 menimbulkan hasil yang cukup efektif dalam ketertarikan dan kematian tikus. Percobaan kedua yaitu pengujian pilihan untuk membandingkan ketertarikan tikus terhadap bahan yang diberikan dalam perlakuan. Metode pilihan dilakukan dengan masing-masing tikus diberi blok yang paling efektif dalam pelakuan rodentisida gadung blok dan beras yang dicampur ekstrak gadung (BG). Hasil percobaan menunjukkan perlakuan BG lebih efektif dalam menarik tikus untuk mengonsumsi dibandingkan dengan umpan G3.

ABSTRACT

DWI DINAR MURJANI. Examination of Gadung Tuber (Dioscorea hispida

Dennst.) as a Ready to Use Botanical Rodenticides to Control House Rat (Rattus rattus diardii Linn.) and Ricefield Rat (Rattus argentiventer Rob. & Klo.). Supervised by SWASTIKO PRIYAMBODO.

Rodent is a wild animal that are very frequent in connection with human. Two species of rodent that play an important role as pests are R. rattus diardii and

R. argentiventer. Many losses could be caused by rodent, such as causing damage to household tools and even it can cause economical high losses in agricultural systems. Appropriate controls are needed to suppress the pest attack. Gadung tuber is an effective plant controlling rodent pests. Botanical rodenticide is an excellent invention and a control system that effective and efficient, because it uses available plants and environmental friendly. This study aims to determine the exact formulation of gadung tuber in controlling the population of R. rattus diardii and R. argentiventer that are mostly spread at settlements and farms. There are two experiments of block form gadung rodenticide: no choice and choice test. In no choice test, gadung tubers active ingredient were divided in to five concentration 0% (control), 10% (G1), 20% (G2), 25% (G3), 30% (G4) to R. rattus diardii and R. argentiventer with ten replication. The block form bait is quite effective for rodents to consume and it generally decreases the rats body weight as a result of this treatment. G1 treatment to house rat was consumed as many as 5.292 g/100 g of body weight and cause of death of this treatment reaches 30%. G3 treatment to ricefield rat was consumed as many as 4.585 g/100 g of body weight that can cause death to 70%. G3 treatment caused quite effective results in the attraction and the death of rat. The second experiment aims to compare the interest to the given materials treatment. In choice test, each rat was given the most effective bait in the block form rodenticide treatment and rice mixed with extracts gadung (BG). The experimental results showed that the BG treatment is more effective in attracting the rats to consume compared to the G3 treatment.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertanian merupakan proses produksi yang didasarkan pada pertumbuhan tanaman dan atau hewan. Sistem peranian yang tidak merusak, tidak mengubah, serasi, selaras, dan seimbang dengan lingkungan atau pertanian yang patuh dan tunduk pada kaidah-kaidah alamiah merupakan sistem pertanian yang berkelanjutan. Pertanian memiliki visi dan misi yang tangguh, untuk mewujudkannya dibutuhkan kualitas sumberdaya petani yang dapat menguasai ilmu dan teknologi pertanian, memiliki jiwa wirausaha, dan siap menghadapi kompetisi bisnis baik dalam tataran lokal, nasional, regional, maupun global (Salikin 2003).

Produktivitas pertanian dapat terganggu oleh adanya OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Organisme pengganggu tanaman ini dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis terhadap petani maupun masyarakat. Hama adalah salah satu yang termasuk dalam OPT yang merupakan pengganggu dari jenis makhluk hidup yang termasuk kepada kelompok hewan. Apabila OPT ini dibiarkan atau terlambat untuk dikendalikan, maka selain menimbulkan kerugian secara ekonomis, akan menimbulkan penurunan kuantitas dan kualitas, penambahan biaya rutin dalam bercocok tanam, gangguan bagi langkah-langkah budidaya pertanian, pencemaran lingkungan, dan perubahan pola kehidupan serta tata cara hidup masyarakat (Djafaruddin 1995).

Tikus merupakan satwa liar yang sangat sering berhubungan dengan manusia. Tikus sering menimbulkan gangguan dalam berbagai hal, seperti dalam bidang pertanian tikus sering menjadi ancaman bagi pengelola pertanian dalam usaha budidaya tanaman baik komoditas pangan maupun hortikultura. Menurut Hone (1996) terdapat beberapa spesies tikus yang berperan penting sebagai hama yaitu tikus rumah (Rattus rattus diardii) dan tikus sawah (Rattus argentiventer). Kerugian yang ditimbulkan oleh tikus tersebut yaitu seperti merusak alat-alat rumah tangga bahkan dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang tinggi dalam sistem pertanian (Priyambodo 2006).

Pada daerah permukiman sering timbul gangguan yang diakibatkan oleh tikus rumah, seperti rusaknya peralatan rumah tangga, timbulnya penyakit, lingkungan kotor, bahkan mengakibatkan tempat pembuangan sampah menjadi tidak teratur. Pada hasil pengamatan terhadap intensitas kerusakan tanaman padi akibat serangan tikus sawah di lapangan, menunjukkan bahwa terdapat intensitas kerusakan yang berbeda diantara stadium padi. Intensitas kerusakan tertinggi terjadi pada stadium padi bunting (Priyambodo 2003, Sudarmaji 2004).

Berbagai teknik pengendalian tikus telah diupayakan penerapannya, namun pelaksanaannya masih belum optimal sehingga belum diperoleh hasil yang diterapkan. Salah satu teknik yang sering dilakukan masyarakat adalah penggunaan rodentisida. Rodentisida digolongkan atas rodentisida fumigan dan umpan beracun. Umpan beracun ini dapat berupa racun akut dan racun kronis. Segala jenis rodentisida yang digunakan sangat tergantung pada bahan aktif yang digunakan, selain itu keefektifan penggunaan rodentisida dalam pengendalian tikus dapat dilihat pada daya tarik umpan yang digunakan (Priyambodo 2003).

Pengendalian tikus yang sering digunakan dan didapatkan hasil yang efektif, dilakukan dengan rodentisida sintetik. Rodentisida yang diaplikasikan dengan baik akan didapatkan hasil produksi yang melebihi hasil rata-rata petani (Utama 2003). Beberapa tanaman dilaporkan menunjukan aktivitas yang efektif menjadi rodentisida dan telah diuji sebagai rodentisida yang umum digunakan dalam keperluan pertanian (Prakash & Rao 1997).

Rodentisida termasuk dalam jenis pestisida yang berarti pembunuh atau pengendali hewan pengerat. Pestisida ini pada umumnya bahan kimia atau campuran bahan kimia serta bahan-bahan lain. Artinya pestisida dengan satu atau beberapa cara mempengaruhi kehidupan, misalnya menghentikan pertumbuhan bahkan membunuh hama. Pestisida selalu mengandung resiko dalam penggunaannya seperi resiko bagi keselamatan pengguna serta resiko bagi lingkungan yang menyebabkan pencemaran air, tanah, dan udara (Djojosumarto 2000).

Pestisida dapat terbuat dari bahan-bahan yang berasal dari tanaman atau tumbuhan yang sering disebut pestisida botanis. Pestisida botanis adalah penemuan yang sangat baik dan merupakan sistem pengendalian yang efektif dan

efisien, karena memanfaatkan tanaman tersedia yang mungkin kurang berguna. Namun banyak jenis pestisida botanis kurang dikembangkan pengguna, selain kalah bersaing dengan pestisida sintetis juga karena ekstrak dari tanaman biasanya kadar bahan aktifnya tidak tetap, bervariasi, dan tidak stabil (Natawigena 2000).

Penggunaan rodentisida botanis selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan, harga relatif lebih murah dibandingkan dengan rodentisida sintetik. Rodentisida botanis dapat dibuat secara sederhana berupa larutan hasil perasan, rendaman, eksrak, dan rebusan bagian tumbuhan. Keunggulan rodentisida botanis yaitu murah dan mudah dalam proses pembuatan, aman terhadap lingkungan, serta sulit menimbulkan resistensi pada tikus. Selain itu terdapat pula kelemahannya yaitu daya kerja relatif lambat, kurang praktis, serta tidak tahan disimpan (Sudarmo 2005).

Kelompok tumbuhan rodentisida nabati adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hewan rodentia. Tumbuh-tumbuhan ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai penekan kelahiran (efek aborsi atau kontrasepsi) dan penekan populasi (efek mortalitas). Tumbuhan yang termasuk kelompok penekan kelahiran umumnya mengandung steroid, sedangkan yang tergolong penekan populasi biasanya mengandung alkaloid. Dua jenis tumbuhan yang sering digunakan sebagai rodentisida nabati adalah jenis umbi gadung (Anonim 2004).

Daya tarik umpan sangat berpengaruh pada perilaku makan tikus karena bahan racun yang digunakan sebagai rodentisida tidak disukai oleh tikus. Pencampuran racun dengan umpan dalam pembuatan rodentisida diperlukan karena dalam pertumbuhan normal tikus membutuhkan karbohidrat, protein, dan lemak secara berimbang. Selain komponen utama tersebut, bahan tambahan

additive seperti gula, garam, MSG, dan aroma tertentu dapat menjadi faktor penentu konsumsi umpan oleh tikus. Selain kualitas kimia, kualitas fisik (tekstur, bentuk luar, serta ukuran) juga dapat menentukan daya tarik umpan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formulasi umbi gadung yang tepat dalam mengendalikan populasi tikus rumah dan tikus sawah yang banyak tersebar di permukiman maupun lahan pertanian.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data formulasi dari campuran umbi gadung dengan bahan tambahan lain untuk kebutuhan dalam mengendalikan populasi tikus. Selanjutnya penelitian diarahkan pada pengembangan dan pembuatan formulasi yang dapat digunakan di lapangan dengan efektif, efisien, dan ramah lingkungan yang dapat menjadikan solusi dalam pengendalian hama tikus.

Dokumen terkait