• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN

IRFAN FIRMANSYAH. Penentuan Ukuran dan Teknik Penyimpanan Benih Pisang Kepok (Musa sp. ABB Group) dari Bonggol. (dibimbing oleh M. RAHMAD SUHARTANTO).

Salah satu masalah dalam pengembangan pisang adalah sulitnya perbanyakan dan distribusi benih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ukuran bonggol yang mampu menghasilkan tunas dan untuk mengetahui teknik penyimpanan yang terbaik agar mampu mempertahankan viabilitas dan daya simpan benih pisang dari bonggol. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Pasirkuda, Ciomas, Bogor dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor mulai Februari sampai Mei 2011.

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bonggol pisang kepok Varietas Unti Sayang, media tanah, dan fungisida Dithane M-45. Alat yang digunakan adalah gunting, meteran, ember, timbangan, kertas label, cangkul, termohigrometer, alat vacum Foodsaver tipe Compac II-Vac 550, Impulse Sealer tipe PFS-200P, dan pembungkus bonggol yang terdiri atas plastik PP (p=40 cm, l=25 cm, t=0.8 mm ) dan plastik vacum (p=400 cm, l=26 cm, t=1.2 mm).

Penelitian ini terdiri dari dua percobaan. Percobaan I bonggol diklasifikasikan menjadi lima bagian berdasarkan bobot dan diameternya yaitu B1 (Bonggol dengan bobot rata-rata 733.33 g dan diameter 11.53 cm), B2 (Bonggol dengan bobot rata-rata 1298.3 g dan diameter 14.60 cm), B3 (Bonggol dengan bobot rata-rata 1728.3 g dan diameter 15.73 cm), B4 (Bonggol dengan bobot rata- rata 2644.4 g dan diameter 18.12cm), dan B5 (Bonggol dengan bobot rata-rata 7400 g dan diameter 22.4 cm). Setiap bagian diulang sebanyak 3 kali dan setiap ulangan terdapat 6 bonggol kecuali perlakuan B5 yang hanya menggunakan 1 bonggol, sehingga bonggol yang digunakan sebanyak 75 bonggol. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan grafik dan standar deviasi karena keterbatasan jumlah dan besarnya keragaman benih. Perlakuan dengan rata-rata terbaik dipilih sebagai bahan untuk percobaan kedua.

Percobaan II adalah percobaan lanjutan untuk menentukan cara penyimpanan benih yang tepat agar viabilitas benih tetap terjaga dengan baik. Penelitian ini terdiri dari enam kombinasi perlakuan, yaitu antara jenis kemasan dan aplikasi fungisida. Jenis kemasan terdiri dari tanpa kemasan (A1), plastik PP (p=40 cm, l=25 cm, t=0.8 mm) (A2), dan plastik vacum (p=400 cm, l=26 cm, t=1.2 mm) (A3). Aplikasi fungisida terdiri dari tanpa fungisida (B1) dan menggunakan fungisida (B2). Setiap perlakuan terdiri dari 5 waktu simpan yang berbeda sehingga terdapat 30 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdapat 5 bonggol maka total bonggol yang akan digunakan sebanyak 150 bonggol. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan tabel pada berbagai periode simpan karena keterbatasan jumlah bahan dan besarnya keragaman benih (bonggol).

Hasil percobaan I menunjukkan ukuran bonggol yang tepat untuk dijadikan calon benih adalah B5 (bonggol dengan bobot rata-rata 7400 g dan diameter 22.4 cm). Jumlah tunas dan potensi tumbuh maksimum yang dihasilkan bonggol dengan bobot rata-rata 7400 g dan diameter 22.4 cm paling tinggi daripada bonggol lainnya yaitu masing-masing sebesar 3 tunas per bonggol dan 73.33%. Hasil percobaan II menunjukkan bonggol yang tidak dikemas dan tanpa fungisida mampu mempertahankan viabilitas benih pisang selama 6 minggu dengan potensi tumbuh maksimum sebesar 40%, sedangkan bonggol lainnya tidak tumbuh sama sekali. Selain itu pertumbuhan tinggi tunas bonggol yang tidak dikemas dan tanpa fungsida lebih baik daripada bonggol lainnnya.

Kesimpulan yang didapatkan adalah benih pisang yang diperbanyak menggunakan bonggol dengan bobot 7400 g dan diameter 22.4 cm menghasilkan 3 tunas per bonggol dan potensi tumbuh maksimum 73.33%, terbaik bila dibandingkan dengan ukuran bonggol lainnya.

Bonggol yang dikemas plastik PP dan vacum memiliki viabilitas yang lebih kecil daripada bonggol yang tidak dikemas baik dari segi potensi tumbuh maksimum maupun pertumbuhan tinggi tunas. Selama penyimpanan 6 minggu bonggol yang tidak dikemas tanpa fungisida masih memiliki potensi tumbuh maksimum sebesar 40%.

Irfan Firmansyah

Abstract

This study aims to find out size of the hump that is able to produce seedlings and to find out the best storage techniques to be able to maintain the viability and power shelf. The research was conducted at the Kebun Percobaan Pasirkuda, Ciomas, Bogor and Seed Science and Technology Laboratory, Departmen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. The study began in February to May 2011. The size of the best hump that have the highest potential growth maximum was 73.33% and the highest number of shoots of 3 shoots per hump is B5 (hump with an average weight of 7400 g and diameter 22.4 cm). The size of the best hump will be a reference for future experiments on storage techniques. The best storage method is without packing and without using fungicides. This method is able to make the hump can be stored for 6 weeks.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pisang (Musa spp.) merupakan salah satu komoditas penting di Indonesia. Produksi pisang pada tahun 2008 mencapai 5 741 351 ton. Produksi pisang jauh di atas komoditas buah lainnya seperti mangga (2 243 440 ton), jeruk (2 131 768 ton), dan pepaya (772 844 ton) (BPS, 2008). Namun bila dibagi luas lahan yang berproduksi, produktivitas pisang pada tahun 2008 hanya mencapai 557,1 kuintal/ha. Lebih rendah daripada jeruk besar (163,4 ton/ha), jambu air (88,1 ton/ha), dan melon (18,3 ton/ha) (Deptan, 2009).

Salah satu cara untuk dapat meningkatkan produktivitas pisang adalah melalui penggunaan benih yang bermutu. Pada pengembangan pisang selama ini, ada kendala dalam ketersediaan benih, khususnya benih pisang yang sehat. Biasanya petani memperoleh benih pisang dari anakan yang dipisahkan dari rumpun induknya, sehingga agak sulit untuk mendapatkan benih pisang dalam jumlah banyak dengan cepat. Selain itu, cara ini juga dapat merusak tanaman induknya dan mempermudah timbulnya serangan hama dan penyakit. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya teknologi perbanyakan benih sehat dalam jumlah banyak dengan cepat dan berkualitas yaitu perbanyakan benih dengan menggunakan bonggol pisang (Deptan, 2006).

Ciri-ciri anakan yang baik untuk diambil bonggolnya adalah tinggi anakan yang dijadikan benih 1-1,5 m. Anakan diambil dari pohon yang berbuah baik dan sehat. Bibit anakan terdiri dari dua jenis yaitu anakan muda (tingginya 41-100 cm) dan anakan dewasa (tingginya >100cm). Anakan dewasa lebih baik digunakan karena persediaan makanan di dalam bonggol sudah banyak. Penggunaan bibit yang berbentuk tombak (daun masih berbentuk seperti pedang, helai daun sempit) lebih diutamakan daripada bibit dengan daun yang lebar karena pertumbuhannya lebih baik (Menegristek, 2000).

Anakan yang berasal dari induk pisang yang sehat menjadi salah satu syarat perbanyakan benih pisang dari bonggol. Pisang Kepok Varietas Unti sayang digunakan karena memiliki ketahanan yang baik terhadap berbagai penyakit seperti layu darah (Suhartanto et al., 2009)

Bonggol pisang dapat dikatakan memiliki sifat yang mirip benih rekalsitran. Benih rekalsitran adalah benih yang berkadar air tinggi dan tidak dapat dikeringkan, karena pengeringan akan mematikan benih. Berbeda dengan benih ortodoks yang penanganannya mudah, benih rekalsitran memerlukan penanganan khusus karena kadar airnya tinggi dan umumnya tidak memiliki sifat dormansi dan mudah menurun viabilitasnya. Hal ini menjadi kendala dalam pengadaan bahan tanaman yang diperlukan dalam pengembangan atau peremajaan tanaman tersebut. Upaya untuk meningkatkan daya simpan benih rekalsitran antara lain mengatur kadar air benih, kelembaban nisbi, suhu dan media simpan serta menggunakan fungisida (Budiarti et al., 1993).

Benih pisang cukup mudah terserang penyakit. Cendawan menjadi masalah yang sering merugikan. Masalah yang ditimbulkan seperti terjadi pembusukan sehingga benih rusak dan tidak dapat digunakan. Aplikasi fungisida sebelum penyimpanan diharapkan mampu untuk mengatasi masalah ini. Mekanisme fungisida yang digunakan untuk penanggulangan penyakit pada umumnya adalah menghambat perkecambahan, pertumbuhan, dan perkembangbiakan atau sekaligus membunuh patogen.

Benih dari bonggol yang baik (berasal dari tanaman sehat) diperlukan petani untuk menghasilkan tanaman pisang yang unggul. Ariany (2009) menyatakan kendala utama dalam pengadaan benih rekalsitran adalah menurunnya viabilitas benih seiring dengan lama waktu penyimpanan. Saat pengadaan benih untuk kegiatan penanaman di lapangan, diperlukan kegiatan pengangkutan atau transportasi dari lokasi pengumpulan benih menuju ke lokasi penanaman di lapangan. Yuniarti et al. (2008a) menambahkan benih akan mengalami proses penyimpanan selama transportasi berlangsung. Yuniarti et al. (2009) menyatakan penggunaan wadah pengemasan benih yang tepat akan berperan menekan laju penurunan viabilitas benih Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan pengadaan dan penanganan benih diperlukan suatu penelitian mengenai teknik pengemasan yang dapat mempertahankan viabilitas benih sebelum digunakan dalam penanaman.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ukuran (bobot dan diameter) bonggol yang mampu menghasilkan tunas dan untuk mengetahui teknik penyimpanan yang terbaik agar mampu mempertahankan viabilitas dan daya simpan benih pisang dari bonggol.

Hipotesis

1. Terdapat ukuran bonggol terbaik yang dapat menghasilkan jumlah tunas terbaik.

2. Terdapat teknik penyimpanan terbaik untuk mempertahankan viabilitas dan daya simpan benih pisang dari bonggol.

Dokumen terkait