• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan 2 Penentuan teknik penyimpanan

Bonggol yang digunakan pada percobaan kedua adalah bonggol anakan dengan tinggi rata-rata 1.87 m (Gambar 6a). Anakan yang telah memiliki tinggi rata-rata 1.87 biasanya telah memiliki tunas pada bonggolnya (Gambar 6b). Jumlah tunas yang tersedia biasanya 2 mata tunas per bonggol. Jumlah bonggol yang tersedia di lapang cukup terbatas dan beragam. Oleh karena itu cukup sulit untuk mendapatkan jumlah bonggol yang sesuai dan seragam.

(a) (b)

Gambar 6. Contoh bonggol (a) dan contoh mata tunas pada bonggol (b)

Tabel 1. Persentase terkena cendawan sebelum tanam (%)

Perlakuan Waktu Simpan (Minggu) 0 2 4 6 8 Tanpa Kemasan Tanpa Fungisida 0 100 100 100 100

Fungisida 0 100 100 100 100 Plastik PP Tanpa Fungisida 0 40 100 100 100 Fungisida 0 60 100 100 100 Pastik Vacum Tanpa Fungisida 0 0 0 0 0

Fungisida 0 0 0 0 0

Bonggol yang terkena cendawan sebelum tanam ditunjukkan oleh Tabel 1. Bonggol yang terkena cendawan sebelum tanam pada perlakuan tanpa kemasan dan tanpa fungisida dengan penyimpanan 2 minggu, 4 minggu, 6 minggu, dan 8 minggu mencapai 100%, demikian pula pada perlakuan tanpa kemasan menggunakan fungisida. Sama halnya pada bonggol yang dikemas plastik PP baik tanpa fungisida maupun menggunakan fungisida dengan penyimpanan 4 minggu,

6 minggu, dan 8 minggu juga mencapai 100%. Hasil berbeda didapatkan pada penyimpanan 2 minggu. Bonggol yang dikemas plastik PP tanpa fungisida dan plastik PP dan menggunakan fungisida terkena cendawan masing-masing sebesar 40% dan 60%. Bonggol yang dikemas plastik vacum baik tanpa fungisida maupun menggunakan fungisida tidak terserang cendawan selama penyimpanan.

Bonggol yang tidak dikemas maupun dikemas dengan plastik PP masih terserang cendawan selama penyimpanan, baik diberi perlakuan fungisida maupun tidak (Gambar 7a). Bonggol yang dikemas plastik vacum baik tanpa fungisida maupun dengan fungisida sama sekali tidak terkena cendawan (Gambar 7b).

Cendawan datang dari udara atau tanah yang masih menempel pada benih yang tidak dibersihkan secara baik. Oleh karena itu benih yang kedap udara lebih memungkinkan untuk terhindar dari terserang cendawan karena tidak ada pertukaran udara antara di dalam dan di luar kemasan.

Cendawan yang diduga sering menyerang benih pisang dalam penyimpanan adalah Fusarium sp. non patogen, menurut Djaafar et al. (2001) keberadaan genera Fusarium dan kapang dengan miselia putih bersepta selama penyimpanan berasal dari kontaminasi selama penanganan lepas panen misalnya dari tanah, debu atau wadah untuk pengeringan. Hal ini juga diperkuat oleh hasil penelitian Hernadi (1981) yang menyatakan dari hasil pengujian berbagai varietas pisang lokal di Samarinda didapatkan bahwa pisang Kepok, Pisang Susu, Pisang Raja, dan Pisang kapas memiliki ketahanan yang rendah terhadap cendawan Fusarium oxysporium f. cubens. Oleh karena itu, pisang kepok yang digunakan dalam penelitian ini mudah terserang cendawan

(a) (b)

Gambar 7. Contoh bonggol terserang cendawan (a) dan contoh bonggol yang tidak terserang cendawan (b)

Tabel 2. Persentase terkena cendawan setelah tanam (%)

Perlakuan Waktu Simpan (Minggu)

0 2 4 6 8

Tanpa Kemasan Tanpa Fungisida 0 0 0 0 0 Fungisida 0 0 0 0 0 Plastik PP Tanpa Fungisida 0 0 0 0 0 Fungisida 0 0 0 0 0 Pastik Vacum Tanpa Fungisida 0 0 60 90 0 Fungisida 0 0 40 40 0

Tabel 2 menunjukkan pada saat setelah ditanam, bonggol tetap berpotensi untuk terkena cendawan. Bonggol yang tidak dikemas maupun yang dikemas plastik PP tidak terkena cendawan setelah penanaman di persemaian, baik diberi perlakuan fungisida maupun tidak. Sebaliknya bonggol yang dikemas plastik vacum tanpa fungisida terkena cendawan setelah penanaman di persemaian dengan penyimpanan 4 minggu dan 6 minggu sebesar 60% dan 90%. Sama halnya dengan bonggol yang dikemas plastik vacum menggunakan fungisida terkena cendawan setelah penanaman di persemaian dengan penyimpanan 4 minggu dan 6 minggu yang mencapai 40%, namun pada penyimpanan 2 dan 8 minggu bonggol yang dikemas plastik vacum, baik dengan fungisida maupun tanpa fungisida tidak terkena cendawan sama sekali.

Cendawan yang menyerang di persemaian diduga dari jenis cendawan saprofit, berwarna putih, terdapat batang sebagai penopang tajuk yang juga berwarna putih, dan muncul dari dalam tanah (Gambar 8). Cendawan ini hanya muncul pada bonggol yang dikemas plastik vacum tanpa fungisida dan plastik vacum dan menggunakan fungisida dengan penyimpanan 4 minggu dan 6 minggu.

Gambar 8. Contoh cendawan saprofit yang tumbuh pada bonggol yang membusuk di persemaian

Tabel 3. Potensi Tumbuh Maksimum (%) pada empat minggu setelah tanam

Perlakuan Waktu Simpan (Minggu) 0 2 4 6 8 Tanpa

Kemasan

Tanpa Fungisida 40 20 20 40 0 Fungisida 20 20 20 0 0 Plastik PP Tanpa Fungisida 20 80 0 0 0 Fungisida 40 80 20 0 0 Pastik Vacum Tanpa Fungisida 0 0 0 0 0 Fungisida 20 0 0 0 0

Potensi tumbuh maksimum pada empat minggu setelah tanam ditunjukkan oleh Tabel 3. Bonggol yang tidak dikemas dan tanpa fungisida mampu tumbuh dengan baik sampai waktu simpan 6 minggu yaitu sebesar 40%, sedangkan bonggol yang tidak dikemas dan menggunakan fungisida dan bonggol yang dikemas plastik PP dan menggunakan fungisida mampu tumbuh baik sampai waktu simpan 4 minggu yaitu sebesar 20%. Bonggol yang hanya mampu tumbuh baik setelah disimpan 2 minggu adalah bonggol yang dikemas plastik PP tanpa fungisida yaitu sebesar 80%. Bonggol yang dikemas plastik vacum, baik tanpa fungisida maupun menggunakan fungisida tidak mampu tumbuh sama sekali setelah penyimpanan.

Potensi tumbuh maksimum adalah kemampuan benih untuk tumbuh baik normal maupun abnormal pada kondisi tertentu. Semakin tinggi nilainya maka semakin baik benih tersebut. Bonggol yang masih bisa disimpan selama 6 minggu adalah bonggol yang tidak dikemas dan tanpa fungisida dengan presentase potensi tumbuh maksimum sebesar 40%. Artinya 2 bonggol masih sanggup bertunas dari 5 bonggol yang disemaikan. Bonggol sudah tidak bisa lagi disimpan selama 8 minggu karena presentase tumbuh maksimum untuk semua perlakuan bernilai 0%. Khusus untuk presentase potensi tumbuh maksimum pada bonggol yang dikemas plastik PP baik menggunakan fungisida maupun tidak dengan penyimpanan selama 2 minggu nilainya lebih besar daripada bonggol dengan perlakuan lainnya. Ini dikarenakan bonggol pada perlakuan tersebut telah memunculkan tunas di penyimpanan sehingga pada saat penanaman di lapang potensi tumbuh maksimumnya menjadi lebih tinggi.

Bonggol yang tidak tumbuh sama sekali setelah disimpan adalah perlakuan bonggol yang dikemas plastik vacum tanpa fungisida dan dengan fungisida. Perlakuan ini menggunakan kemasan kedap udara sehingga tidak memungkinkan terjadinya pertukaran udara yang menyebabkan benih berespirasi anaerob. Hasil dari respirasi anaerob salah satunya adalah alkohol yang dapat meracuni bonggol pisang.

Darussamin (1979) yang meneliti benih karet mengemukakan bahwa konservasi anaerobik menyebabkan laju kemunduran benih lebih cepat dibandingkan dengan konservasi aerobik akibat kandungan alkohol dan kebocoran membrannya yang lebih tinggi.

Tabel 4. Rata-rata waktu munculnya tunas (hari) pada empat minggu setelah tanam

Perlakuan Waktu Simpan (Minggu) 0 2 4 6 8 Tanpa Kemasan Tanpa Fungisida 28 28 28 14 0 Fungisida 28 28 28 0 0 Plastik PP Tanpa Fungisida 28 14 0 0 0 Fungisida 28 25 28 0 0 Pastik Vacum Tanpa Fungisida 0 0 0 0 0 Fungisida 28 0 0 0 0

Rata-rata waktu munculnya tunas pada empat minggu setelah tanam ditunjukkan oleh Tabel 4. Bonggol yang tidak dikemas, baik tanpa fungisida maupun menggunakan fungisida rata-rata bertunas 28 hari setelah tanam pada penyimpanan 2 minggu dan 4 minggu, namun bonggol yang tidak dikemas tanpa fungisida memunculkan tunas lebih cepat pada penyimpanan 6 minggu yaitu 14 hari setelah tanam.

Bonggol yang dikemas plastik PP tanpa fungisida rata-rata memunculkan tunas 14 hari setelah tanam pada penyimpanan 2 minggu. Bonggol yang dikemas plastik PP dan menggunakan fungisida rata-rata memunculkan tunas 25 hari dan 28 hari setelah tanam pada penyimpanan 2 minggu dan 4 minggu. Bonggol yang dikemas plastik vacum, baik tanpa fungisida maupun menggunakan fungisida tidak mampu tumbuh sama sekali setelah penyimpanan.

Rata-rata waktu munculnya tunas menunjukkan kecepatan tumbuh dari bonggol yang disemaikan. Semakin cepat benih bertunas maka akan semakin baik. Bonggol rata-rata bertunas 28 hari setelah tanam. Waktu munculnya tunas ditunjukkan lebih cepat oleh bonggol yang dikemas plastik PP tanpa fungisida dan plastik PP menggunakan fungisida dengan penyimpanan 2 minggu yaitu 14 hari dan 25 hari setelah tanam serta bonggol yang tidak dikemas tanpa fungisida dengan penyimpanan 6 minggu sebesar 14 hari setelah tanam. Ini disebabkan bonggol telah bertunas pada saat penyimpanan.

Bonggol diduga tetap mengalami pertumbuhan pada saat di penyimpanan, tetapi pertumbuhannya sangat lambat. Saat bonggol disemaikan di lapang barulah pertumbuhan bonggol kembali cepat. Biasanya pada 2 minggu setelah tanam bonggol mulai memunculkan akar, tetapi belum memunculkan tunas. Penyebabnya adalah kebutuhan benih untuk penyerapan air dan hara. Barulah setelah penanaman sekitar 4 minggu atau 28 hari bonggol mulai memunculkan tunas (gambar 8).

Gambar 9. Contoh akar yang muncul pada bonggol yang berumur dua minggu setelah tanam

Tabel 5. Rata-rata jumlah daun per tunas pada empat minggu setelah tanam Perlakuan Waktu Simpan (Minggu)

0 2 4 6 8 Tanpa Kemasan Tanpa Fungisida 0 1 0 1.5 0 Fungisida 0 0 0 0 0 Plastik PP Tanpa Fungisida 0 0 0 0 0 Fungisida 0 0 0 0 0 Pastik Vacum Tanpa Fungisida 0 0 0 0 0 Fungisida 1 0 0 0 0

Tabel 5 menunjukkan jumlah daun per tunas pada empat minggu setelah tanam. Bonggol yang tidak dikemas tanpa fungisida memunculkan daun pada penyimpanan 2 minggu dan 6 minggu sebesar 1 daun dan 1.5 daun. Bonggol dengan perlakuan lainnya tidak memunculkan daun sama sekali pada penyimpanan 2 minggu sampai 8 minggu.

Biasanya bonggol belum aktif memunculkan daun pada 4 minggu setelah tanam sehingga belum banyak bonggol yang memunculkan daun pada 4 minggu setelah tanam. Oleh karena itu, pada persemaian bonggol pisang, benih biasanya disemaikan minimal selama 3 bulan setelah tanam agar setidaknya telah tumbuh 2 sampai 3 helai daun sebelum di pindah ke kebun (Mulyani et al., 2008).

Tabel 6. Rata-rata tinggi tunas yang muncul pada empat minggu setelah tanam

Perlakuan Waktu Simpan (Minggu) 0 2 4 6 8 Tanpa Kemasan Tanpa Fungisida 0.37 10 7 14 0 Fungisida 2 1.6 2.5 0 0 Plastik PP Tanpa Fungisida 1 3.7 0 0 0 Fungisida 3.05 3.78 6.7 0 0 Pastik Vacum Tanpa Fungisida 0 0 0 0 0 Fungisida 15.1 0 0 0 0

Tinggi tunas yang muncul pada empat minggu setelah tanam ditunjukkan oleh Tabel 6. Bonggol yang tidak dikemas dan tanpa fungsida memiliki rata-rata pertumbuhan tinggi tunas yang lebih baik daripada bonggol yang tidak dikemas dan menggunakan fungisida. Bonggol yang dikemas plastik PP dan tanpa fungisida rata-rata pertumbuhan tinggi tunasnya lebih rendah daripada bonggol yang dikemas plastik PP dan menggunakan fungisida. Bonggol yang dikemas plastik vacum baik tanpa fungisida maupun menggunakan fungisida dengan penyimpanan 2 minggu sampai 8 minggu tunasnya tidak tumbuh sama sekali.

Kemasan yang digunakan dalam penyimpanan bonggol diduga berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas bonggol. Bonggol yang tidak dikemas pertumbuhannya lebih baik daripada bonggol yang dikemas plastik PP dan plastik vacum. Kemasan yang digunakan dalam penyimpanan bonggol diduga menyebabkan pertumbuhan tinggi tunas menjadi lambat akibat respirasi anaerobik

yang terjadi di dalam kemasan. Respirasi anaerobik ini menyebabkan benih mengalami keracunan dan dapat menghambat pertumbuhan benih.

Dokumen terkait