• Tidak ada hasil yang ditemukan

ii

RINGKASAN

ANDINI SAFITRI. Pengaruh Kadar Air Media dan Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Jahe (Zingiber officinale Roxb.). (Dibimbing oleh ENDAH RETNO PALUPI dan MELATI).

Perbanyakan jahe putih besar (Zingiber officinale Rosc.) umumnya menggunakan potongan rimpang, walaupun pada praktiknya masih menghadapi beberapa kendala. Kendala utama penggunaan rimpang sebagai bahan perbanyakan yaitu rimpang yang mudah terinfeksi penyakit tular benih, rimpang yang voluminous mempersulit penanganan dan masa simpan rimpang yang pendek yaitu hanya sekitar 2-3 bulan. Oleh karena itu, penggunaan biji dipertimbangkan sebagai salah satu alternatif yang potensial dikembangkan untuk mencari bahan perbanyakan lain yang memungkinkan untuk diterapkan di tingkat petani.

Secara alamiah jahe jarang berbunga dan tidak berbuah, sehingga upaya untuk menghasilkan biji jahe masih menghadapi kendala. Untuk itulah penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mempelajari pengaruh kadar air media (KAM) dan paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan pembungaan jahe putih besar var. Cimanggu I. Penelitian telah dilaksanakan mulai bulan September 2009 hingga Mei 2010 bertempat di Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), Cimanggu, Bogor.

Penelitian ini terdiri atas dua percobaan terpisah, yaitu induksi pembungaan dengan kadar air media yang berbeda dan induksi pembungaan dengan pemberian paclobutrazol, yang disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok satu faktor. Masing-masing percobaan terdiri atas 6 taraf perlakuan, (1) kadar air media: 45-46 %, 42 – 43 %, 39 – 40 %, 36 – 37 %, 33 – 34 % dan kontrol, (2) paclobutrazol: 20, 40, 60, 80, 100 ppm dan kontrol. Pemberian paclobutrazol dilakukan setiap dua minggu sekali dengan volume siram 500 ml diulang sebanyak 5 kali.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kadar air media rendah (33 – 37 %) menurunkan pertumbuhan vegetatif tanaman dan hasil panen rimpang secara signifikan serta tidak mampu menginduksi pembungaan (spika). Pemberian

iii paclobutrazol memberikan hasil yang berbeda. Paclobutrazol pada berbagai tingkat konsentrasi tidak menurunkan pertumbuhan vegetatif tanaman dan hasil panen rimpang. Pengamatan pembungaan menunjukkan bahwa pemberian paclobutrazol dapat menghasilkan spika pada semua tingkat konsentrasi. Walaupun demikian, paclobutrazol 100 ppm mampu meningkatkan jumlah spika per rumpun dua kali dibanding dengan kontrol. Selain itu, paclobutrazol 100 ppm juga memberikan waktu inisiasi spika sekitar 4 minggu, lebih lama di antara konsentrasi lain yang rata-rata berbunga selama 1-3 minggu.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kecenderungan masyarakat untuk menggunakan bahan alam dalam pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit menyebabkan semakin meningkatnya permintaan akan produk obat bahan alam (OBA). Hal ini juga didorong oleh berbagai penelitian ilmiah yang membuktikan bahwa obat-obatan kimia menimbulkan efek samping yang tidak ringan bagi tubuh. Lain halnya dengan obat-obatan herbal yang dipercaya bekerja secara holistik tanpa efek samping.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) (2003) melaporkan bahwa salah satu dari lebih 300 jenis tanaman yang dimanfaatkan secara rutin dalam industri obat tradisional (OT) adalah jahe. Jahe memiliki multifungsi, rimpang jahe banyak digunakan sebagai bumbu masak, minuman dan ramuan obat tradisional. Lebih dari 40 produk OT menggunakan jahe sebagai bahan baku, sehingga jahe dibutuhkan dalam jumlah besar untuk industri kecil obat tradisional (IKOT) maupun industri obat tradisional (IOT). Hasil survey Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik di beberapa IKOT dan IOT di tujuh propinsi utama pengembangan IOT (Bengkulu, Sumatera Utara, Jawa Timur, Aceh, Jawa Tengah, Lampung, Jawa Barat), volume jahe untuk industri mencapai 47 000 ton tiap tahun (Ermiati dan Bermawie, 2007). Angka tersebut belum termasuk kebutuhan industri OT di propinsi lain.

Komoditas biofarmaka Indonesia yang ditujukan untuk ekspor meliputi 13 jenis yaitu jahe, lengkuas, lempuyang, temulawak, temuireng, kejibeling, dringgo, kapulaga, temukunci, mengkudu dan sambiloto. Berdasarkan catatan Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka (2007), jahe memiliki persentase produksi terbesar di antara ke-13 tanaman obat-obatan tersebut yaitu sebesar 37,59 %. Peningkatan permintaan jahe direspon produsen jahe dengan meningkatkan produksi dalam negeri melalui peningkatan luas lahan.

Salah satu permasalahan dalam pengembangan tanaman jahe (Zingiber

benih jahe unggul bermutu dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) terutama penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum, sehingga menjadi penyebab rendahnya produktivitas dan mutu jahe (Sukarman et al., 2007). Rata-rata produktivitas jahe nasional sekitar 7.98 ton/ha atau setara dengan bobot rimpang 199.35 gram per rumpun pada populasi monokultur 40 000 tanaman/ha. Untuk kesinambungan produksi, selain diperlukan bahan tanaman produksi tinggi dengan mutu yang baik, juga terjamin ketersediaannya baik dalam jumlah, waktu dan tempat. Kebutuhan rata-rata benih jahe 2-3 ton/ha dan diperlukan paling sedikit 47 480 ton benih per tahun (Bermawie et al., 2003).

Jahe umumnya diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan rimpang, namun penggunaan rimpang menghadapi beberapa kendala. Beberapa kendala tersebut antara lain benih rimpang membawa penyakit tular benih dan rentan terhadap penyakit busuk rimpang sehingga dapat menurunkan produksi sampai 75 %, sifat rimpang yang voluminous (kebutuhan benih 2-3 ton/ha) membuat penanganannya tidak mudah dan sulit disimpan dalam waktu lama (2 – 3 bulan) (Sukarman et al., 2007) sehingga ketersediaannya tidak kontinyu.

Penggunaan biji jahe sebagai alternatif bahan perbanyakan perlu diupayakan, selain bertujuan untuk perbaikan varietas melalui persilangan. Untuk dapat menghasilkan biji, perlu dilakukan induksi pembungaan karena secara alami tanaman jahe jarang berbunga. Beberapa upaya induksi pembungaan pada tanaman dengan perbanyakan vegetatif yang umum dilakukan yaitu dengan dengan menurunkan status air media pada tanaman tropis (Sheriff dan Muchow, 1984), perlakuan perbedaan ketinggian lahan tanam, pemberian zat pengatur tumbuh, perlakuan fotoperiodisme dan termoperiodisme (Gardner et al., 1991).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar air media dan paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan pembungaan jahe (Zingiber officinale Rosc.)

Hipotesis

1. Kadar air media yang rendah dapat menginduksi pembentukan bunga.

2. Konsentrasi paclobutrazol yang tinggi dapat menginduksi pembentukan bunga.

Dokumen terkait