• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan 2: Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Jahe

1. Tinggi Tanaman, Jumlah Tunas dan Diameter

Pengaruh konsentrasi paclobutrazol terhadap tinggi tanaman pada tanaman jahe tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada semua perlakuan, bahkan masih mengalami penambahan tinggi tanaman hingga 10 MSA (Lampiran 10, 11 dan 12). Pada 12 MSA pertumbuhan tinggi tanaman mulai mengalami penurunan terutama pada paclobutrazol 80 ppm (Tabel 8). Menurunnya tinggi tanaman diduga berhubungan dengan terhambatnya produksi giberelin akibat pemberian paclobutrazol (Wattimena, 1988) di samping karena pertumbuhan vegetatif yang sudah selesai.

Konsentrasi tertinggi pada penelitian ini (100 ppm) belum efektif menghambat tinggi tanaman hingga akhir pengamatan. Menurut Menhennet (1979) konsentrasi paclobutrazol yang tidak mempengaruhi tanaman disebabkan (1) kemampuan yang berbeda dari daun, batang dan akar untuk absorpsi dan translokasi senyawa kimia; (2) adanya mekanisme penonaktifan pada beberapa spesies dan (3) perbedaan pola aksi retardan dalam tanaman.

Pemberian paclobutrazol juga tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter tunas. Hanya pada 6 MSA diameter tunas pada kontrol lebih rendah daripada tanaman yang diberi paclobutrazol. Pengaruh paclobutrazol juga tidak nyata terhadap jumlah tunas. Tanaman masih mengalami pertambahan jumlah tunas hingga 6 – 8 MSA. Dua minggu setelah aplikasi dihentikan (10

MSA) tanaman mengalami penurunan jumlah tunas, namun penurunan ini diduga karena tanaman memang sudah memasuki akhir fase vegetatif (+ 4-5 bulan).

Tabel 8. Pengaruh konsentrasi paclobutrazol terhadap tinggi tanaman, jumlah tunas dan diameter tunas.

Konsentrasi paclobutrazol

(ppm)

Waktu Pengamatan (MSA)

0 2 4 6 8 10 12 14

Tinggi tanaman (cm)

0 53.7a 59.47a 67.27a 68.76a 70.39a 73.06a 72.97a 72.04a

20 53.16a 58.36a 63.77a 67.96a 68.70a 72.04a 61.19ba 61.73ba

40 52.37a 55.87a 62.20a 64.82a 70.15a 69.53a 62.88ba 58.15ba

60 52.73a 56.60a 63.93a 64.10a 65.32a 69.96a 63.83ba 59.66ba

80 49.35a 53.35a 60.18a 60.60a 63.09a 67.17a 55.06b 51.76b

100 52.64a 56.65a 61.10a 65.16a 67.87a 66.91a 61.54ba 62.87ba

Diameter Tunas (mm)

0 7.86a 9.27a 9.40a 7.86b 7.86a 7.86a 7.86a 8.33a

20 7.92a 9.66a 9.55a 9.21a 8.94a 8.44a 8.20a 7.19a

40 7.75a 9.22a 9.37a 8.58ba 8.93a 8.66a 7.96a 7.05a

60 7.23a 8.58a 8.66a 8.27ba 7.98a 8.52a 8.53a 7.49a

80 7.51a 9.07a 9.06a 8.34ba 8.24a 8.53a 8.29a 7.34a

100 7.89a 9.47a 9.42a 8.77ba 8.57a 8.10a 7.69a 7.55a

Jumlah tunas (buah)

0 10.95a 15.00a 17.10a 20.45a 19.58a 18.98a 18.85a 16.65a

20 10.85a 13.65a 16.30a 17.65a 17.55a 16.15a 13.25ba 11.60a

40 9.45a 13.35a 15.11a 16.93a 16.23a 14.68a 13.25ba 11.15a

60 9.05a 13.10a 15.05a 16.75a 16.58a 15.05a 14.32ba 12.70a

80 8.75a 12.25a 14.95a 16.35a 17.62a 16.21a 12.35b 11.37a

100 9.50a 12.50a 14.95a 15.28a 14.75a 13.05a 11.76b 10.91a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %. Tanda garis menunjukkan akhir perlakuan paclobutrazol.

Secara umum, pengaruh pemberian paclobutrazol hingga dosis 100 ppm yang diulang sebanyak lima kali dengan selang dua minggu tidak menghambat pertumbuhan vegetatif. Hal ini dapat dilihat dari penurunan yang terjadi pada tinggi tanaman, diameter tunas, dan jumlah tunas yang merupakan penurunan pertumbuhan secara proporsional sebagai indikasi berakhirnya pertumbuhan vegetatif. Setelah perlakuan dihentikan, tidak banyak tunas-tunas baru yang muncul. Diduga hasil fotosintesis tidak digunakan untuk membentuk tunas baru, melainkan dihambat kemunculannya oleh paclobutrazol untuk pertumbuhan generatif.

2. Luas Daun

Hasil analisis ragam perlakuan paclobutrazol terhadap luas pada 2 dan 8 MSA tidak memberikan pengaruh nyata pada semua taraf perlakuan (Lampiran 13). Walaupun secara statistik tidak berbeda nyata, namun penurunan luas daun dari 2 MSA hingga 8 MSA terjadi secara proporsional. Penurunan luas daun pada 8 MSA diduga lebih disebabkan karena tanaman sudah memasuki akhir fase pertumbuhan vegetatif (Tabel 9).

Tabel 9. Pengaruh konsentrasi paclobutrazol terhadap luas daun Konsentrasi paclobutrazol (ppm) Pengamatan 2 MSA 8 MSA ………...……….cm2….……… 0 41.79a 22.14a 20 41.57a 19.68a 40 44.50a 21.07a 60 37.27a 20.37a 80 100 40.08a 40.72a 20.31a 19.73a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %

Hasil penelitian Santiasrini (2009) menunjukkan bahwa aplikasi paclobutrazol 400 ppm dapat menurunkan ukuran panjang dan lebar daun. Akan tetapi Khrisnamoorthy dalam Santiasrini (2009) menyatakan bahwa efek fisiologis retardan yaitu menghambat sel-sel meristem sub apikal, sedangkan pertumbuhan daun terletak pada meristem apikal sehingga jumlah daun dan luas daun tidak terpengaruh oleh pemberian paclobutrazol.

3. Bobot kering tajuk dan bobot kering akar

Hasil analisis ragam perlakuan paclobutrazol berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk pada konsentrasi 80 ppm dan tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar dan rasio akar/tajuk (Lampiran 14). Pemberian paclobutrazol sebanyak lima kali dengan konsentrasi 80 ppm menghasilkan bobot kering tajuk (biomassa) terendah yaitu 25.83 (Tabel 10). Hasil ini berbeda nyata dengan tanaman yang diberi konsentrasi 20 ppm, yang menghasilkan bobot kering tajuk rata-rata tertinggi yaitu 49.15. Pemberian paclobutrazol tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot kering akar pada semua perlakuan. Pemberian

paclobutrazol juga memberikan nilai rasio tajuk/akar yang tidak berbeda nyata, diduga karena tanaman jahe pada perlakukan paclobutrazol tetap berada pada kondisi lapang sehinga pertumbuhan tajuk dan akar tetap seimbang.

Tabel 10. Pengaruh konsentrasi paclobutrazol terhadap bobot kering tajuk dan bobot kering akar

Konsentrasi paclobutrazol

(ppm)

Pengamatan Bobot kering tajuk

(g)

Bobot kering akar (g)

Rasio akar/tajuk

0 39.53ba 9.45a 0.25a

20 49.15a 9.49a 0.20a

40 36.70ba 9.37a 0.27a

60 32.48ba 8.66a 0.28a

80 100 25.83b 34.65ba 9.06a 9.50a 0.40a 0.38a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan

tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %

Menurut Wattimena (1988), paclobutrazol termasuk zat pengatur tumbuh dari golongan retardan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan metabolisme tanaman pada meristem sub apikal yang dapat menghalangi pemanjangan sel, sehingga perpanjangan buku terhambat. Penelitian Santiasrini (2009) menunjukkan semakin tinggi konsentrasi paclobutrazol menyebabkan tanaman semakin pendek, sehingga dapat berakibat pada semakin rendahnya berat kering tanaman. Namun, pada penelitian ini peningkatan konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetaif tanaman sebagaimana ditunjukkan pada peubah tinggi tanaman, diameter tunas, jumlah tunas, berat kering tajuk dan rasio akar/tajuk. Diduga konsentrasi yang digunakan (sampai dengan 100 ppm) tidak cukup memadai untuk menghambat pertumbuhan tanaman jahe.

4. Pembungaan

Fase pertumbuhan generatif umumnya ditandai dengan munculnya tunas- tunas bunga. Pembungaan merupakan tahapan selanjutnya dari pertumbuhan tanaman setelah masa vegetatif. Pengaruh konsentrasi paclobutrazol untuk menginduksi pembungaan tidak memberikan pengaruh nyata (Tabel 11). Namun demikian tanaman jahe yang diberi paclobutrazol 100 ppm menghasilkan jumlah spika per rumpun yang cukup tinggi dibandingkan kontrol.

Tabel 11. Pengaruh paclobutrazol terhadap jumlah spika per rumpun Konsentrasi paclobutazol (ppm) Jumlah spika per rumpun

0 1.53a 20 1.73a 40 1.46a 60 2.06a 80 1.80a 100 3.40a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %

Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa pemberian retardan pada berbagai tanaman tidak selalu dapat menginduksi pembungaan dengan lebih cepat. Pengaruh pemberian retardan terhadap pembungaan juga masih belum konsisten. Hasil penelitian Sirait dalam Santiasrini (2009) menunjukkan bahwa pemberian paclobutrazol 75 ppm pada tanaman gardenia tidak berpengaruh terhadap saat terbentuknya kuncup bunga, sementara Santiasrini (2009) menyatakan bahwa tanaman kontrol gloksinia memiliki jumlah bunga yang paling banyak dibandingkan dengan tanaman yang diberi perlakuan paclobutrazol (100 – 400 ppm), diduga karena konsentrasi paclobutrazol yang diberikan terlalu tinggi sehingga menghambat pembungaan.

Walaupun pengaruh paclobutrazol dalam menginduksi pembungaan tidak memberikan pengaruh nyata pada semua perlakuan, paclobutrazol 100 ppm dapat memperpanjang periode pembungaan. Konsentrasi paclobutrazol 100 ppm menginduksi spika pertama sekitar 6 MSA dan spika akhir sekitar 10.66 MSA (Gambar 5). Spika jahe lebih cepat muncul pada konsentrasi paclobutrazol 100 ppm setelah aplikasi ke-4.

Gambar 5. Periode kemunculan spika pada perlakuan paclobutrazol Tidak semua spika yang muncul tersebut tumbuh langsung dari rimpang (Gambar 6a), karena ada beberapa spika yang baru muncul pada tunas vegetatif (Gambar 6b). Hal ini diduga bahwa tanaman mulai merespon pemberian paclobutrazol setelah tunas vegetatif muncul, sehingga terjadi perubahan metabolisme pada meristem apikal dan mengalihkannya menjadi tunas generatif. Perkembangan bunga jahe dari mulai muncul tunas generatif (spika) hingga bunga mekar melalui beberapa tahap (Tabel 12). Spika terdiri dari helaian braktea, setiap helaian braktea (kantong bunga) terdapat satu bunga, mekarnya bunga jahe tergantung pada kondisi lingkungan selama pembungaan (Gambar 7).

Gambar 6. Spika yang muncul langsung dari rimpang (a) dan spika yang muncul pada tunas vegetatif (b)

Tabel 12. Fase perkembangan dan pembungaan spika

Tahap Perkembangan Hari setelah

muncul spika Keterangan

1.

Muncul tunas generatif dengan ujung membulat

0

Bentuk tunas generatif ujung membulat, sedangkan bentuk tunas vegetatif meruncing (Gambar 8a).

2.

Spika membulat dan perbedaan antara spika dengan tangkai spika terlihat jelas

5 – 10

Diameter spika semakin membesar. Batas antara spika dengan tangkai spika semakin jelas (Gambar 8b).

3.

Braktea mulai

membuka dan muncul bunga pertama

10 – 20

Jumlah helaian braktea antara 20- 30. Bunga yang akan mekar ditandai dengan munculnya kuncup bunga dari braktea (Gambar 8c). 4. Bunga pertama hingga bunga berikutnya mekar 20 – 35

Bunga akan muncul satu per satu dari setiap braktea, bunga yang mekar sempurna berwarna merah tua (Gambar 8d).

5. Bunga terakhir mekar

hingga spika luruh 30 – 35

Bunga yang telah mekar, akan layu pada keesokan harinya. Beberapa spika sudah luruh, walaupun belum semua braktea menghasilkan bunga (Gambar 8e).

Gambar 7. Struktur spika jahe Bunga jahe yang telah mekar Calon bunga Braktea Spika

Keluarnya bunga pada spika berdasarkan pada susunan braktea, dimulai dari bunga pada braktea yang paling bawah. Rata-rata bunga mekar dalam sehari berkisar 1-3 bunga/spika. Jika bunga pada semua braktea dapat mekar, waktu pembungaan hingga spika luruh akan semakin panjang. Waktu bunga mekar bervariasi, mulai pukul 13.00 hingga 16.00 dan akan layu pada keesokan harinya (Bermawie et al.,2003). Bunga jahe dapat mekar sempurna dan lebih cepat jika udara cerah dan berangin.

Gambar 8. Tahapan pembungaan pada tanaman jahe

Hasil pengamatan pada parameter pertumbuhan vegetatif yang memberikan hasil tidak berbeda nyata membuktikan bahwa agar tanaman jahe dapat menghasilkan bunga, pertumbuhan vegetatif tanaman dan kondisi lingkungan selama pembungaan dijaga tetap tinggi. Hal ini berkaitan dengan penggunaan asimilat dari hasil fotosintesis selama pertumbuhan vegetatif, akan digunakan untuk pengisian rimpang dan pembungaan.

b

e

a c

5. Berat rimpang dan tebal rimpang

Hasil analisis ragam (Lampiran 15) perlakuan paclobutrazol terhadap berat rimpang menunjukkan pengaruh nyata pada konsentrasi 80 ppm, namun konsentrasi 100 ppm menghasilkan berat rimpang yang lebih rendah dari kontrol dan konsentrasi 80 ppm. Pengaruh konsentrasi paclobutrazol terhadap tebal rimpang tidak menunjukkan kecenderungan yang jelas (Tabel 13).

Tabel 13. Pengaruh konsentrasi paclobutrazol terhadap berat dan tebal rimpang Konsentrasi paclobutrazol

(ppm)

Pengamatam

Berat rimpang (g) Tebal rimpang (mm)

0 520.00ba 24.90a 20 359.59b 26.05a 40 450.21ba 25.39a 60 508.75ba 25.22a 80 100 565.00a 387.59b 23.92a 24.62a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %

Penelitian Rosita et al. (1993) menunjukkan pengaruh paclobutrazol dengan konsentrasi 250 ppm pada umur 4 bulan memberikan berat rimpang kunyit tertinggi. Bahan aktif paclobutrazol akan menghambat sintesa giberelin, sehingga mengurangi ukuran dan laju pembelahan sel tanaman. Akibatnya pertumbuhan vegetatif tertekan dan secara tidak langsung mengalihkan fungsi ke pertumbuhan reproduktif. Namun, pemberian paclobutrazol 100 ppm yang diulang lima kali pada penelitian ini menurunkan berat rimpang dibanding tanaman kontrol. Meskipun berat rimpang menurun, namun tidak diikuti dengan menurunnya tebal rimpang, yang menunjukkan kualitas yang sama dengan kontrol.

Dokumen terkait