• Tidak ada hasil yang ditemukan

YAYASAN PENGEMBANGAN INSAN PERTANIAN INDONESIA (YAPIPI) DESA BOJONGSARI

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

RINGKASAN

VINA PRATIWI, Desain Lanskap Pertanian Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) Desa Bojongsari Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh ANDI GUNAWAN.

Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) adalah suatu yayasan yang bergerak dalam pembinaan insan pertanian. Status kepemilikan yayasan adalah milik privat dan dilengkapi dengan struktur kelembagaan. Tujuan YAPIPI adalah menjadi arus utama dalam pembangunan pertanian modern berbasis kawasan dan komunitas. Tujuan ini dicapai dengan mengembangkan sumber daya insan pertanian yang maju, profesional, dan berdaya saing. Sasaran dari program pendidikan pertanian adalah petani, peneliti, komunitas pemberdayaan petani dan peternak, anak-anak sekitar lokasi, dan masyarakat umum yang ingin mempelajari cara-cara bertani atau memerlukan fasilitas pertanian sekaligus dapat berekreasi di setting pertanian.

Penelitian ini bertujuan mendesain lanskap pertanian YAPIPI yang mengakomodasi aktivitas pendidikan pertanian yang ditunjang aktivitas wisata yang mampu meningkatkan pengetahuan pengguna mengenai komoditas dan lingkungan pertanian. Tempat kegiatan penelitian berlokasi di Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) yang berlokasi di Kp. Bojongsari RT 03 RW 05 Desa Bojongsari, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dengan luas total 6,381 Ha.

Metode kerja yang digunakan adalah metode deskriptif melalui survei dan wawancara dengan mengakomodasi kebutuhan yayasan. Tahapan desain yang digunakan adalah tahapan “Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksana dalam Arsitektur Lanskap” (Rachman, 1984 dalam Lubis, 2006) meliputi tahap inventarisasi, analisis, sintesis, konsep, serta perencanaan dan perancangan. Aspek yang dibahas antara lain aspek fisik, aspek biofisik, daya dukung, aspek sosial, dan aspek regulasi dalam desain lanskap wisata pertanian. Analisis dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif melalui analisis deskriptif, spasial, tabular, dan scoring pada aspek yang dibahas.

Lahan Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia memiliki kemiringan yang bervariasi dari datar (0-10%), bergelombang (10-40%), hingga curam ( >40%). Titik tertinggi tapak ini berada di ketinggian 240 mdpl. Titik tertinggi ini berpotensi untuk dijadikan viewing point utama dari tapak untuk pengamatan keseluruhan ke dalam tapak maupun view ke luar tapak. Keragaman topografi yang ada menyebabkan arah drainase akan menuju daerah cekungan pada tapak. Hal ini dapat menjadi potensi sebagai sumber irigasi area pertanian dan kolam ikan, tetapi sekaligus menjadi kendala bagi tapak yaitu penyebab genangan dan kelebihan air pada tanaman pertanian sehingga menyebabkan kebusukan. Solusinya perlu memperhatikan struktur drainase dan sistem irigasinya.

Jenis tanah di YAPIPI adalah regosol yang memiliki drainase tanah sangat cepat, tetapi tanah ini cukup subur. Tanah ini cukup dapat meresapkan air sehingga dapat difungsikan sebagai kawasan lindung untuk resapan air. Tanah

regosol sesuai untuk tanaman pertanian pada tapak seperti padi dan palawija, beberapa jenis sayur, dan beberapa jenis buah-buahan. Akses menuju YAPIPI dari pusat Kota Bogor dapat ditempuh dalam waktu 1-2 jam dengan jalur Laladon serta dilanjutkan ke arah Ciherang hingga Pertigaan Stamplas. Kendaraan bermotor dapat melanjutkan menuju jalan Ciherang Kaum kemudian masuk ke Jalan Desa Bojongsari sepanjang 250 m dan sampai di pintu gerbang YAPIPI. Akses yang cukup sulit menyebabkan perlunya dibuat peta orientasi dengan arah yang jelas di beberapa titik. Hal ini untuk mengarahkan pengguna menuju lokasi.

Aspek hidrologi terdiri atas air yang mengalir dan menggenang. Air yang mengalir berupa parit dan dam, sedangkan yang menggenang berupa kolam. Struktur dam perlu diperhatikan karena fungsinya yang mencegah banjir pada tapak sehingga dalam pengembangan tapak tidak boleh ada struktur yang memotong aliran drainase atau mengganggu fungsi dam. Temperatur rata-rata pada tapak 25,830C dan nilai kelembaban rata-rata 84,83 % sehingga diperoleh nilai THI sebesar 24, 61. Berdasarkan analisis, tapak dikategorikan nyaman untuk aktivitas manusia dan memiliki mikroklimat yang nyaman.

Fasilitas saat ini pada tapak kondisinya cukup baik, tetapi masih diperlukan fasilitas yang menunjang fungsi pendidikan dan wisata yang akan dimunculkan di tapak seperti tempat pengolahan (pascapanen), tempat menyimpan peralatan, peralatan outbound, dan sign system. Potensi visual yang terdapat di tapak adalah view ke arah timur, yaitu ke arah Gunung Gede-Pangrango serta ke selatan tapak ke arah Gunung Salak. Titik-titik pengamatan dimanfaatkan sebagai area duduk untuk menikmati potensi visual tersebut.

Vegetasi pada tapak didominasi oleh tanaman budi daya sayur, padi dan palawija, serta buah. Vegetasi lainnya merupakan vegetasi non-budidaya seperti akasia (Acacia auriculiformis), bunga kertas (Zinnia elegans), bayam merah (Iresine herbstii), bambu (Bamboosa sp.), pohon kirai, kelapa (Cocos nucifera), dan sente (Alocasia macrorrhiza) yang tumbuh di sekitar pematang kolam. Vegetasi tersebut ditentukan kemampuan hidupnya untuk dibandingkan dengan kondisi fisik tapak sehingga diketahui kesesuaiannya. Satwa yang terdapat pada tapak pada umumnya ternak budi daya, terdapat juga satwa alami seperti serangga dan burung. Hal yang penting adalah menganalisis cara hidup ternak tersebut dan lingkungan yang optimal bagi ternak, misalnya dalam hal kandang.

Konsep dasar dari desain lanskap ini adalah mendesain lanskap pertanian untuk pendidikan proses pertanian dari tahap produksi hingga pascapanen. Ide desain terinspirasi dari sebuah dongeng berjudul Jack and the Beans Stalk (Jack dan Pohon Kacang. Alur cerita yang ada diaplikasikan pada konsep sekuens, sehingga pengunjung dapat mendapatkan pengalaman menarik. Salah satu tanaman pertanian pada dongeng diaplikasikan sebagai konsep desain. Konsep desain yang diterapkan adalah kecambah kacang. Pemilihan konsep desain ini dilakukan karena perkecambahan kacang mudah dikenali dan dipelajari sehingga kecambah kacang bermakna bahwa lanskap pertanian yang didesain dapat dengan mudah menjadi sumber ilmu bagi masyarakat luas yang ingin mempelajari pertanian. Motif perkecambahan yang dinamis memberi kesan rileks dan menyenangkan untuk aktivitas edukasi dan wisata pada area pertanian.

Tapak direncanakan menjadi 5 ruang utama. Ruang–ruang tersebut adalah ruang penerimaan (10%), ruang pelayanan (15%), ruang edukasi (30%), ruang wisata (25%), dan ruang konservasi (20%). Sirkulasi yang akan didesain

diperuntukan bagi kendaraan pengguna serta kendaraan produksi, pejalan kaki, jalur sepeda, pengelola, dan ternak budi daya. Pola sirkulasi memiliki pola organik. Sirkulasi kendaraan didesain dengan lebar 3,5 m dengan kapasitas mobil 2 arah. Material permukaan jalan yang direkomendasikan adalah aspal. Sirkulasi pedestrian memiliki lebar 2 m dengan material berupa conblock. Konsep sekuens yang direncanakan mengacu pada konsep desain yaitu dongeng Jack dan Pohon Kacang (Jack and the Beans Stalk), yang menceritakan perjalanan Jack menuju puncak pohon kacang raksasa dan mendapatkan emas. Pengunjung yang berkunjung ke tapak seolah-olah akan mengalami pengalaman seperti tokoh tersebut ketika berwisata pendidikan di YAPIPI.

Secara umum vegetasi yang akan didesain di YAPIPI meliputi vegetasi dengan aspek arsitektural, aspek produksi, dan aspek ekologis. Utilitas dan fasilitas yang akan didesain diperuntukkan bagi pendidikan proses produksi dan pelayanan bagi pengguna. Penggunaan warna pada fasilitas dapat digunakan warna-warna yang tidak memantulkan cahaya misalnya abu-abu atau dapat dikombinasikan dengan warna teduh lainnya.

Berdasarkan evaluasi objek wisata konsep wisata dibagi berdasarkan lama aktivitas wisata dan obyek wisata. Kegiatan wisata dibagi atas kegiatan wisata harian (day use) dan kegiatan wisata menginap (overnight use). Kegiatan wisata harian (day use) adalah lama kegiatan sampai dengan 7 jam (≤ 7 jam). Kegiatan wisata menginap (overnight use) adalah kegiatan wisata selama 2 hari 1 malam. Masing-masing kegiatan tersebut terdiri atas obyek wisata utama dan obyek wisata penunjang.

Fasilitas yang didesain, antara lain, petak tanam sayur dan buah, tenda bazaar outdoor, kafetaria, pergola, tempat duduk, boardwalks, paranet house, ruang pascapanen, kolam budi daya, area peternakan dan kandang, area outbound, jalur sepeda, signage, name sign, fasilitas sosial, dan pencahayaan. Hal yang dicapai dari penelitian ini adalah dengan didesainnya lanskap pertanian YAPIPI sebagai tempat pendidikan proses pertanian dengan bidang pertanian, perikanan, dan peternakan. Fungsi edukasi dioptimalkan dengan desain ruang edukasi beserta fasilitasnya. Fungsi edukasi ini didukung juga dengan fungsi wisata agar pengunjung dapat menikmati obyek dan atraksi wisata lanskap pertanian YAPIPI.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertanian memiliki peranan penting di Indonesia. Pertanian penting dalam menentukan perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk. Hasil dari bidang pertanian berkontribusi sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto (BPS, 2002).

Usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama dimulai dari pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit, metode budi daya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, hingga pemasaran. Pertanian sebagai suatu usaha, memiliki dua ciri penting yaitu selalu melibatkan barang dalam volume besar dan proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya sehingga diperlukan ruang untuk kegiatan serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi.

Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) sebagai sebuah yayasan yang bergerak dalam pendidikan pertanian, memiliki kawasan pertanian yang telah dimanfaatkan selama 3 tahun. Yayasan berfungsi dalam pemberdayaan petani maupun pemuda tani, melalui pendidikan dan pembangunan pertanian terpadu serta modern dalam lingkungan pesantren pertanian. Yayasan ini memiliki rencana dalam pengembangan lanskap pertaniannya untuk mencapai yayasan yang mandiri. Aktivitas yang ditawarkan YAPIPI saat ini masih ditujukan untuk pendidikan pertanian dengan lingkungan pesantren.

Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia memiliki struktur bangunan yang telah didesain namun untuk lanskap secara umum belum didesain. Kawasan YAPIPI didominasi oleh lahan tanam dan kolam ikan. Topografi yang terdapat kawasan ini bervariasi. Hal ini menjadi salah satu potensi sekaligus kendala dalam mendesain kawasan. Desain yang dilakukan akan menambahkan fungsi wisata sebagai penunjang fungsi pendidikan. Pengembangan fungsi menjadi agrowisata berkontribusi tidak hanya pada  pariwisata namun juga

memberikan kontribusi terhadap sektor pertanian, hal ini yang membedakan agrowisata dengan model pariwisata yang lainnya (Utama, 2009). Pengembangan ini diharapkan dapat mewujudkan YAPIPI sebagai yayasan yang mandiri. Kepentingan sektor pertanian, kepentingan YAPIPI dalam sektor pertanian, dan keperluan YAPIPI untuk didesain ini yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian mengenai desain lanskap pertanian YAPIPI.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendesain lanskap pertanian Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia yang mengakomodasi aktivitas pendidikan pertanian yang ditunjang aktivitas wisata serta meningkatkan pengetahuan pengguna mengenai komoditi dan lingkungan pertanian.

Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari desain lanskap pertanian ini adalah sebagai; 1. acuan desain lanskap pertanian bagi pemilik dan pengelola yayasan untuk

membangun lanskap tersebut;

2. referensi bagi perencana dan desainer dalam mendesain lanskap pertanian pada umumnya.

Batasan Penelitian

Penelitian dibatasi hingga tahap desain lanskap pertanian dengan produk utama berupa site plan. Produk lainnya berupa: (1) gambar rencana yang meliputi: gambar rencana penanaman, rencana sirkulasi, dan rencana pencahayaan, (2) gambar detil dimensi yang meliputi gambar detil penanaman, detil hardscape, detil perkerasan, detil pencahayaan, detil signage, gambar konstruksi hardscape, potongan tampak, ilustrasi perspektif, dan peta jalur wisata.

       

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Ekosistem

Ekosistem adalah segala sesuatu dalam area spesifik meliputi udara, tanah, air, kehidupan organisme, dan struktur fisik dalam berbagai skala. Ekosistem dapat dimulai dari skala kecil seperti kolam, hutan, dan lahan pertanian hingga skala besar seperti lanskap pedesaan, perkotaan, dan lanskap regional (Marten, 2001). Tiga hal penting mengenai konsep ekosistem adalah skala (scale), proses desain (design process), dan order. Skala merupakan konsep ekosistem sebagai subsistem dari sistem yang lebih besar. Sistem tersebut akan membentuk fenomena fisik yang merepresentasikan aktivitas pada berbagai skala, hal ini yang disebut dengan proses desain. Order yaitu kemampuan pemenuhan kebutuhan manusia dan komponen lain oleh lingkungannya (Lyle, 1985).

Pada area produksi pangan tapak dilihat sebagai bagian dari lanskap pertanian. Secara umum terdapat 3 hal yang berkaitan dengan lanskap pertanian, yaitu adanya lokasi penanaman, lokasi bangunan, dan fasilitas serta hubungan yang saling menguntungkan antara satu bagian dengan bagian lain (Lyle, 1985).

Lanskap Pertanian

Lanskap pertanian tidak hanya lahan pertanian atau ekosistem pertanian tetapi meliputi ekosistem yang menyeluruh seperti vegetasi non-crop, jalan raya, dan perkampungan disekitarnya (Forman dan Godron, 1986). Ekosistem pertanian di Indonesia memiliki struktur lanskap mulai dari sederhana sampai dengan kompleks. Berdasarkan Forman dan Godron (1986) struktur merupakan pola spasial yang dibentuk oleh pertanaman vegetasi non-crop dan lain-lain. Tiga struktur dasar dalam lanskap adalah matriks (matrix), bidang lahan (patch), dan koridor (corridor).

Matriks merupakan elemen lanskap yang ukurannya paling luas dan berkelanjutan dan biasanya matriks mengelilingi bidang lahan serta memiliki peran penting dalam fungsi lanskap. Bentuk matriks kaitannya dengan lanskap pertanian adalah lahan pertanaman padi. Bidang lahan adalah elemen yang memiliki permukaan yang tidak lurus yang berbeda penampakannya dari matriks

yang mengelilinginya. Struktur lanskap bidang lahan pada lanskap pertanian adalah berbagai bidang lahan seperti pertanaman sayur, palawija, kebun campuran, semak-semak, dan perkampungan. Kerusakan yang terjadi pada bidang lanskap disebut juga disturbance patch (Forman dan Godron, 1986).

Koridor merupakan lahan sempit dengan dua sisi linier yang berfungsi sebagai habitat. Koridor dapat berupa koridor perpindahan (movement corridor), dan koridor perintang (barrier corridor). Koridor perpindahan berfungsi sebagai penghubung yang membantu perpindahan atau pemencaran habitat dari satu bidang lahan ke bidang lahan lainnya. Koridor perintang adalah koridor yang menghambat pergerakan spesies tertentu dalam melintasi lanskap (Forman dan Godron, 1986). Struktur lanskap koridor dalam lanskap pertanian dapat berupa pematang sawah dan tumbuhan pagar (koridor perpindahan) serta saluran irigasi dan pinggiran sungai (koridor perintang).

Menurut Cao (2001), dalam menangani area pertanian terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan terutama dalam pengelolaan area yang telah terdegradasi. Hal tersebut yaitu pemilihan varietas tanaman pertanian dan spesies asli atau lokal, pengembangan praktik pertanian, rotasi penanaman, dan memperkaya tanaman sekunder (melalui agroforestri).

Pemilihan spesies vegetasi lokal lebih direkomendasikan sebagai tanaman budi daya karena kemampuannya bertahan dalam kondisi kekurangan air serta tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Penerapan praktik pertanian seperti metode bercocok tanam secara multikultur, dinilai lebih efektif dan efisien dalam penggunaan sumber daya lahan dibandingkan monokultur. Hal itu disebabkan pada metode monokultur akan dihasilkan limbah sumber daya yang terbuang. Rotasi tanaman merupakan kegiatan penggantian tanaman pertanian setelah tanaman yang berbeda jenis sebelumnya dipanen. Hal ini akan meningkatkan unsur hara tanah. Tanaman yang dirotasi akan tahan terhadap hama dan penyakit (Cao, 2001).

Pada lahan dengan kemiringan tertentu, kepekaan erosi, serta kedalaman solum tertentu dapat didesain model pola usaha tani (Deptan, 1991). Model pola usaha tani ini menggabungkan usaha tanaman pertanian dengan usaha peternakan. Pola usaha tani ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Model pola usaha tani dengan kemiringan serta kedalaman solum tertentu

Kedalaman solum (cm)

Kepekaan erosi

>90 90-40 <40

kurang tinggi kurang tinggi kurang tinggi Kemiringan (%)

<15 B B B B C C

15-30 B B B C C C

30-45 B C C C C D

>45 D D D D D D

Keterangan: A= Model pola usaha tani yang umumnya dilakukan oleh petani; B= Teras bangku dengan tanaman pangan + tanaman tahunan + rumput pakan + ternak; C= Teras gulud dengan tanaman pangan + tanaman tahunan + rumput pakan + pohon+leguminosa + ternak; D= Teras individu dengan tanaman tahunan + leguminosa penutup tanah dan leguminosa + pohon + rumput pakan + ternak.

Sumber: Deptan, 1991.

Metode penggunaan lahan dapat dilakukan secara optimal dengan mengkombinasikan sistem produksi biologis (berotasi pendek dan panjang) dengan suatu cara berdasarkan azas kelestarian yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan rakyat (Anonim, 2010c). Agroforestri merupakan sistem penggunaan lahan teknologi, dimana tanaman keras berkayu ditanam bersamaan dengan tanaman pertanian dan hewan dengan suatu tujuan tertentu dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau urutan temporal (Anonim, 2010c). Pada agroforestri terdapat interaksi-interaksi ekologi dan ekonomi diantara berbagai komponen yang bersangkutan. Sistem ini, akan menciptakan keanekaragaman tanaman dalam suatu luasan lahan sehingga akan mengurangi risiko kegagalan dan melindungi tanah dari erosi, serta mengurangi kebutuhan pupuk atau zat hara dari luar kebun karena adanya daur ulang sisa tanaman.

Menurut definisi tersebut agroforestri dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria-kriteria dasar struktural, dasar fungsional, dasar sosial ekonomi, dan dasar ekologi. Dasar struktural menyangkut komponen seperti sistem silvikultur, silvopastur, dan agrosilvopastur. Dasar fungsional berkaitan dengan fungsi utama atau peranan dari sistem, terutama komponen kayu-kayuan. Dasar sosial ekonomi

berkaitan dengan tingkat masukan dalam pengelolaan (masukan rendah, masukan tinggi), intensitas dan skala pengelolaan, serta tujuan-tujuan usaha (subsistem, komersial, dan intermedier). Dasar ekologi berkaitan dengan kondisi lingkungan, kecocokan ekologi, dan sistem (Widianto, Nurheni dan Didik, 2003).

Salah satu sasaran utama dari usaha pertanian termasuk agroforestri adalah produksi berkelanjutan (sustainable) yang dicirikan oleh stabilitas produksi dalam jangka panjang. Beberapa indikator sistem pertanian yang berkelanjutan: (a) dapat dipertahankannya sumber daya alam sebagai penunjang produksi tanaman dalam jangka panjang, (b) penggunaan tenaga kerja yang cukup rendah, (c) tidak adanya kelaparan tanah, (d) tetap terjaganya kondisi lingkungan tanah dan air, (e) rendahnya emisi gas rumah kaca, serta (f) terjaganya keanekaragaman hayati (Van der Heide et al., 1992 dalam Widiantoet al., 2003). Tidak adanya kelaparan tanah pada sistem tersebut, dapat diartikan sebagai cukupnya kandungan bahan organik tanah, terpeliharanya kesetimbangan unsur hara, terpeliharanya struktur dan kondisi biologi tanah, serta adanya perlindungan tanaman terhadap gulma, hama, dan penyakit.

Agroforestri lebih banyak memanfaatkan tenaga ataupun sumber daya sendiri (internal) dibandingkan sumber-sumber dari luar (eksternal). Disamping itu, agroforestri diharapkan dapat meningkatkan daya dukung ekologi manusia, khususnya di daerah pedesaan. Pada daerah tropis, beberapa peranan agroforestri dalam menangani masalah ekonomi dan ekologi: (1) perbaikan kebutuhan bahan pangan, (2) perbaikan penyediaan energi lokal, khususnya produksi kayu bakar, (3) peningkatan, perbaikan secara kualitatif dan diversifikasi produksi bahan mentah kehutanan maupun pertanian, (4) perbaikan kualitas hidup daerah pedesaan, khususnya pada daerah dengan persyaratan hidup yang sulit di mana masyarakat miskin banyak dijumpai, serta (5) pemeliharaan, bila mungkin perbaikan kemampuan produksi dan jasa lingkungan setempat (Von Maydell, 1986 dalam RLPS DephutRI, 2010).

Peranan tersebut dapat dicapai dengan mengoptimalkan interaksi positif antara berbagai komponen penyusunnya (pohon, produksi tanaman pertanian, ternak/satwa) atau interaksi antara komponen tersebut dengan lingkungannya. Beberapa keunggulan agroforestri dibandingkan sistem penggunaan lahan lainnya

yaitu dalam hal: (1) produktivitas (productivity), (2) diversitas (diversity), (3) kemandirian (self-regulation), dan (4) stabilitas (stability) (Von Maydell, 1986 dalam RLPS DephutRI, 2010).

Penentuan jenis tanaman agroforestri perlu memperhatikan kemampuan tumbuh serta kesesuaian antara tanaman pertanian dengan tanaman tahunan (berkayu). Berikut disertakan pasangan kesesuaian spesies pohon dan tanaman penyela dalam metode multikultur pada daerah tropis lembab (Tabel 2).

Tabel 2 Daftar kesesuaian spesies pohon dan tanaman penyela dalam metode multikultur pada daerah tropis lembab

No Spesies Pohon Intercrops/ Tanaman Penyela

1 Anacardium occidentale Amaranthus spp.

2 Bambusa sp. Ananas comosus

3 Betula sp Cajanus cajan

4 Cassia siamea Citrullus vulgaris

5 Cedrela sp. Colocasia esculenta

6 Durio zibethinus Curcuma longa

7 Eucalyptus spp. Dioscorea spp.

8 Gmelina arborea Glycine max

9 Hibiscus elatus Hibiscus esculentus

10 Hopea odorata Ipomoea batatas

11 Morus alba Manihot esculenta

12 Pinus sp. Musa spp.

13 Prunus pudam Phaseolus spp.

14 Shorea robusta Vigna sp.

15 Terminalia superba Zingiber officinale

Sumber: Cao, 2001.

Pendekatan Agroekologi dan Agroekosistem

Pendekatan agroekologi merupakan interaksi antara tanaman pertanian dan peternakan dengan lingkungan yang merupakan faktor biofisik untuk pertumbuhan tanaman dan satwa. Pada pendekatan ini terdapat agroekosistem. Agroekosistem yang disebut juga land use unit adalah proses pengubahan input pertanian menjadi output pertanian yang dapat bermanfaat untuk manusia. Agroekosistem dipengaruhi oleh sistem luar (external). Pengaruh luar tersebut diantaranya adalah lingkungan perkotaan, lanskap sekitar, dan ketersediaan air tanah (Huizing, 1990).

Menurut Huizing (1990), agroekosistem dapat dikombinasikan dengan land use spesifik lain sehingga menjadi sebuah land use system. Salah satu bentuk kombinasi tersebut adalah unit lahan pertanian yang dikombinasikan dengan penggunaan lahan perkotaan, lingkungan kehutanan, maupun dengan aktivitas rekreasi. Gambar 1 merupakan elemen-elemen pembentuk agroekosistem.

Gambar 1 Ilustrasi elemen-elemen pembentuk agroekosistem.

Pada agroekosistem terdapat konsep yang lebih spesifik, yang disebut Eco-Ecological Garden (EEG). Konsep tersebut merupakan interaksi dari 3 sistem, yaitu manusia sebagai faktor utama, sosial ekonomi, dan sistem alam. Ketiganya berinteraksi membentuk taman berbasis ekologi (Gambar 2). Interaksi manusia dengan alam memungkinkan adanya dua kondisi. Kondisi pertama adalah bahwa manusia mengintervensi alam, sedangkan kondisi kedua manusia dapat mengembangkan pemahamannya mengenai alam (Cai, 2001).

Keunggulan konsep EEG adalah merupakan ilmu yang mampu diterapkan (aplikatif) dan mudah diterima oleh masyarakat. Konsep EEG dipengaruhi oleh 2 faktor yang berkaitan yaitu faktor ekologi dan faktor ekonomi. Desain pembangunan EEG pada dasarnya membentuk kembali sistem baru melalui ilmu dan teknologi baik modern maupun tradisional (Gambar 3).

Gambar 2 Konsep Eco-Ecological Garden (EEG). batasan

input komponen interaksi komponen output

Sistem Alam Sistem

sosial-ekonomi

m d P d p a a d m b m i l m s p t Menu masing-mas dengan kon Prinsip lainn dari keseluru Gamba Desa penataan tan alam (VanD adalah pemb dan berkelan masalah yan budaya. Men masalah des integrasi hu lanskap yang Sebu mengintegra sebagai suat penting untu teknologi, da EE urut Cai (20 ing kompon disi lokal, s nya adalah uhan sistem ar 3 Faktor ain lanskap a naman dan st Der Zanden d bentukan su njutan. Desa ng dialami s nurut VanD sain lanskap uman landsc g didesain d uah desain asikan antar tu bagian int uk mengert an kebudaya EG 001), prinsip nen memiliki serta terdapa berkemamp akan menuju yang memp Des adalah ilmu truktur dalam dan Rodie, 2 uatu bentang ain lanskap d suatu lingku Der Zanden d p meliputi a cape, komu engan baik. lanskap ya ra pengaruh tegral dari be

Dokumen terkait