• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aspek Fisik Kondisi Umum Tapak

Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) adalah suatu yayasan yang bergerak dalam pembinaan insan pertanian. Pembinaan insan pertanian adalah kegiatan pendidikan atau pelatihan pada insan pertanian mengenai unit-unit usaha yaitu unit usaha pertanian pangan dan hortikultura, peternakan, serta perikanan. Yayasan ini berfungsi sebagai tempat pelatihan aktivitas unit usaha tersebut. Program pendidikan pertanian yang ditawarkan sesuai dengan unit usaha yang terdapat di tapak antara lain usaha beternak domba garut serta unit usaha kebun buah naga.

Status kepemilikan yayasan ini adalah milik privat. Sasaran dari program pendidikan ini adalah petani, peneliti, komunitas pemberdayaan petani dan peternak, anak-anak sekitar lokasi, dan masyarakat umum yang ingin mempelajari cara-cara bertani atau memerlukan fasilitas pertanian sekaligus dapat berekreasi di setting pertanian.

Lokasi tapak terletak pada 6’35’ 49,56’’LS dan 106’45’ 22,08” BT dengan luas total 6,38 Ha. Kawasan ini memiliki batas tapak di sebelah utara adalah Jalan Desa Bojongsari dan area pertanian serta di sebelah selatan terdapat area pertanian. Di sebelah timur dibatasi oleh Desa Bojongsari dan sebelah barat berbatasan dengan area pertanian serta Desa Ciherang Cutak. Tapak YAPIPI didominasi lahan tanam dan kolam budi daya ikan. Hal ini disebabkan orientasi kegiatan pendidikan adalah praktik di lapangan walaupun disertai dengan seminar atau penyuluhan di dalam ruangan. Kondisi umum lokasi dapat dilihat pada Gambar 9.

Lokasi tapak berada di Kabupaten Bogor dan cukup sulit untuk diakses. Hal ini disebabkan akses jauh dari jalan utama yaitu Jalan Raya Dramaga. Dalam mengakses menuju pintu utama pun tidak ada kendaraan umum, sehingga pejalan kaki biasanya menggunakan jasa ojek masyarakat setempat. Bagi pengguna kendaraan pribadi dapat menyusuri jalan desa menuju pintu utama.

Berdasarkan permasalahan tersebut perlu dibuat peta orientasi dengan arah yang jelas di beberapa titik. Hal ini untuk mengarahkan pengguna menuju lokasi. Peta tersebut dapat diletakkan di persimpangan seperti Pertigaan Caringin, Pertigaan Pasar Ciherang, dan Pertigaan Stamplas (Gambar 10).

Sumber: Wikimapia, 2011.

Gambar 10 Lokasi penempatan peta orientasi menuju tapak.

Topografi dan Tanah

Tanah di kawasan Desa Ciapus Kecamatan Ciomas memiliki jenis latosol coklat dan regosol. Tanah pada tapak YAPIPI termasuk jenis regosol (Gambar 11). Sifat dari tanah regosol adalah endapan abu vulkanik baru yang memiliki tekstur kasar dengan konsistensi lepas sampai gembur serta keasaman tanah (pH) sekitar 6-7. Tanah regosol memiliki drainase tanah sangat cepat, namun tanah ini cukup subur. Tanah ini dapat meresapkan air sehingga area dengan jenis tanah ini sering difungsikan sebagai kawasan lindung untuk resapan air.

Berdasarkan kondisi jenis tanah tersebut, tanaman pertanian pada tapak seperti padi dan palawija dinilai sesuai untuk dibudidayakan. Beberapa jenis sayur yang sesuai dibudidayakan di tempat tersebut antara lain kacang panjang (Vigna sinensis), beberapa jenis cabai (Capsicum sp.), ketimun (Cucumis sativus), terong

(Solanum melongena), tomat (Solanum lycopersicum), bayam (Amaranthus sp.), dan labu siam (Sechium edule). Jenis buah-buahan yang dapat dibudidayakan pada tanah regosol seperti beberapa jenis jeruk (Citrus sp.), rambutan (Nephelium lappaceum), dan pisang (Musa paradisiaca).

Gambar 11 Peta jenis tanah Kecamatan Ciomas.

Berdasarkan peta kontur dapat diketahui bahwa secara umum topografi di YAPIPI memiliki kemiringan lahan yang bervariasi dari datar, bergelombang, hingga curam. Peta kontur dapat dilihat pada Gambar 12. Titik tertinggi tapak ini berada di ketinggian 240 mdpl yang terletak di sebelah selatan tapak (sekitar rumah inap) dan titik terendah berada pada 221 mdpl yang terletak di utara tapak (sekitar pintu masuk kawasan). Titik tertinggi ini berpotensi untuk dijadikan viewing point utama dari tapak.

Area pada titik terendah tapak memiliki kendala berupa ancaman genangan air, terutama pada area masuk, sehingga diperlukan desain drainase yang memadai untuk mengalirkan kelebihan air tersebut. Sirkulasi yang berada pada kemiringan tanah curam dapat dilakukan pelandaian maupun desain sirkulasi yang memutar mengikuti kontur agar mudah diakses serta tidak berakibat pada terjadinya erosi.

Topografi eksisting masih dipertahankan ketika bangunan didesain, namun di beberapa tempat yang curam mulai terlihat potensi erosi parit, tepatnya di dekat sirkulasi menuju kebun buah naga. Kemiringan lahan diklasifikasikan berdasarkan kriteria penggunan lahan dari kemiringan lahan pada area pertanian (Lyle, 1994). Lahan diklasifikasikan menjadi 3 kriteria dengan peruntukannya masing-masing (Gambar 13).

Keragaman topografi yang ada menyebabkan arah drainase akan menuju daerah cekungan pada tapak, dalam hal ini adalah area pertanian. Hal tersebut dapat menjadi potensi sebagai sumber irigasi area pertanian dan kolam ikan. Hal ini sekaligus sebagai kendala bagi tapak yaitu penyebab genangan maupun kelebihan air pada tanaman pertanian yang menyebabkan kebusukan. Sehingga perlu diperhatikan struktur drainase dan sistem irigasinya.

Aksesibilitas dan Sirkulasi

Lokasi YAPIPI terletak di sebelah barat Kota Bogor. Akses menuju tapak dari pusat Kota Bogor dapat ditempuh dalam waktu 1-2 jam. Rute pertama pengunjung yang keluar dari jalan tol dapat menempuh Jalan Pajajaran kemudian Jalan Soleh Iskandar hingga mencapai perempatan lampu merah. Perjalanan dilanjutkan ke arah Dramaga dan 200 m dari Perumahan Pakuan Regency terdapat pertigaan Ciherang lalu belok kiri dan lurus sampai bertemu pertigaan berikutnya. Pengunjung dapat memasuki Jalan Ciherang Kaum dan sampai di pertigaan dengan plang nama YAPIPI. Pengunjung kemudian belok ke kiri yaitu Jalan Desa Bojongsari sejauh 250 m dan akan sampai di gerbang masuk YAPIPI.

Rute kedua adalah dari Jalan Pajajaran menuju Jalan Sindangbarang, kemudian ke arah Terminal Laladon. Dari terminal menempuh Jalan Raya Dramaga dan mengikuti rute Ciherang yang sama dengan sebelumnya. Kelemahan rute kedua ini adalah banyaknya titik kemacetan yang akan dilalui dibandingkan rute pertama. Apabila menggunakan angkutan kota, dari terminal Baranangsiang pengunjung naik angkot 03 jurusan Baranangsiang Bubulak lalu turun di pertigaan Gunung Batu. Selanjutnya naik angkot 05 jurusan Ciomas turun di Perumahan Ciomas Permai lalu naik ojek/becak menuju YAPIPI (Gambar 14).

Pintu masuk YAPIPI terdapat di sebelah utara yang menghubungkan gerbang masuk dan parkir di sebelah barat. Pintu masuk lainnya dapat melalui jalan yang berada di sebelah timur tapak yang terhubung dengan parkiran timur tapak. Keberadaan parkir di sebelah timur ini kurang efektif karena pengunjung lebih memilih memasuki kawasan dari sebelah barat yang lebih dekat. Sementara untuk mencapai parkir timur pengguna tetap memasuki tapak dari arah Jalan Desa Bojongsari hanya saja memutar lebih jauh.

Pintu masuk yang terdapat di sebelah timur sering menjadi jalan pintas masyarakat sekitar yang akan melintasi tapak untuk sampai ke sebelah barat tapak. Hal tersebut diantisipasi dengan dibuatnya pagar kecil di bagian timur tapak. Pemagaran ini dapat menghambat akses masyarakat yang memotong jalan namun menjadi kendala ketika pengunjung datang dari pintu masuk timur ini. Pengelola harus membuka dan menutup pagar tiap kali pengunjung datang sehingga solusinya hanya digunakan satu pintu masuk saja yaitu di sebelah utara tapak. Sebagai batas tapak pada tempat yang berbatasan dengan desa dipasang pagar beton. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola YAPIPI, tapak ini dipagar untuk memberikan kejelasan batas area.

Bagi pejalan kaki dapat mengakses jalan dari pintu gerbang sekitar 250 m menuju area parkir. Akibat jalur sirkulasi belum didesain, maka sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki masih dalam satu jalur. Oleh karena itu diperlukan ruang bagi pejalan kaki yang akan memasuki area melalui desain pedestrian. Potensi visual yang menarik menjadi potensi adanya jalur sepeda sehingga pengguna dapat berkeliling kawasan dengan pengalaman baru, dalam hal ini jalur sepeda yang akan dirancang harus dapat menjangkau tempat-tempat yang menarik dengan nyaman dan aman.

Sirkulasi yang ada di tapak berupa jalan aspal dan jalan tanah pada jalan masuk sedangkan di dalam tapak sirkulasi yang ada berupa jalan beton dan jalan semen. Beberapa sirkulasi masih tegak lurus dengan kontur saat ini sehingga menyebabkan pengguna merasa kelelahan dalam mengakses. Solusi dari permasalahan ini adalah desain sirkulasi yang dibuat mengikuti kontur atau pembuatan tangga dengan landings yang memadai.

Hidrologi

Pada tapak ini, aspek hidrologi terdiri atas air yang mengalir dan menggenang. Air yang mengalir berupa parit dan dam, sedangkan yang menggenang berupa kolam. Air yang mengalir berasal dari mata air di luar tapak untuk dialirkan menuju dam. Struktur dam ini menampung air dari mata air maupun air hujan. Air dari dam lalu didistribusikan ke parit-parit (Gambar 14).

Distribusi berlanjut menuju kolam-kolam dan petak pertanian. Air yang berlebih akan dikeluarkan melalui struktur drainase dan akan dialirkan ke parit yang melintas di sebelah utara tapak. Curah hujan di Bogor yang tinggi menjadi ancaman karena dapat meningkatkan debit air pada dam yang berakibat air berlebih pada parit, sehingga area pertanian terancam tergenang oleh air. Namun dengan drainase yang cukup lebar dan air yang selalu mengalir, tapak tidak tergenang oleh air. Hal ini juga didukung dengan ada perbedaan ketinggian sehingga air dapat bergerak terus menuju outlet.

Hal yang sebaiknya diperhatikan adalah mengelola area dam baik dari segi struktur maupun kebersihannya. Dam didesain untuk menjaga aliran di daerah aliran air serta mengalirkan kembali airnya dengan kecepatan yang menyebabkan kerusakan secara minim. Dam merupakan salah satu strategi untuk mengontrol banjir dalam hal struktur (Brooks, 1988).

Solusi yang dapat dilakukan untuk menjamin kelancaran supply air pada tapak dapat dilakukan melalui pembuatan drainase dengan memperhatikan kemiringan lahan. Penggunaan material dan konstruksi yang mampu menyerap air penting untuk dilakukan. Hal ini disebabkan penggunaan material dengan daya serap tinggi dan tekstur sedikit kasar dapat memperbesar resapan air (Grey dan Deneke, 1978). Disamping itu dapat dilakukan melalui pemeliharaan saluran secara intensif atau pemasangan rambu jalan bila diperlukan.

Mikroklimat

Iklim di Kabupaten Bogor menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, termasuk Iklim Tropis tipe A (Sangat Basah) di bagian Selatan dan tipe B ( Basah) di bagian utara. Suhu rata-rata pada tapak berkisar antara 200C sampai 30 0C. Curah hujan tahunan antara 2.500 mm sampai lebih dari 5.000 mm/tahun, kecuali di wilayah bagian utara curah hujannya kurang dari 2.500 mm/tahun. Data unsur iklim Kecamatan Ciomas ditampilkan pada Tabel 6.

Berdasarkan perhitungan THI (Thermal Humidity Index) dengan menggunakan rumus THI= 0,8T + (RHxT/500) diperoleh nilai temperatur rata-rata 25,830C dan nilai kelembaban rata-rata 84,83 % sehingga diperoleh nilai THI sebesar 24, 61. Nilai THI yang dikategorikan nyaman untuk daerah tropis adalah < 27. Hal ini mengindikasikan bahwa tapak YAPIPI memiliki mikroklimat yang nyaman. Menurut Laurie (1986), kondisi suhu di dalam tapak dikategorikan ideal bagi penggunanya karena kisaran suhu yang nyaman bagi manusia adalah antara 27-280C dengan kelembaban udara 40-75% (Comfort Zone). Tapak YAPIPI termasuk kategori tapak yang nyaman berdasarkan kriteria tersebut.

Definisi nyaman merupakan fungsi persepsi dan aktivitas individu, tergantung pada psikologis individu sendiri serta psikologis individu terhadap lingkungan. Manusia dapat merasa nyaman karena memiliki elemen untuk merasakannya yaitu indera pendengaran, penciuman, ataupun peraba (Brooks, 1988). Comfort Zone

menurut Brooks (1988), merupakan range temperatur dan kelembaban ketika individu berada di ruang indoor atau ternaungi secara normal dan melakukan aktivitas, tanpa adanya tiupan angin. Comfort zone dipengaruhi oleh temperatur udara, kelembaban, radiasi, pergerakan udara, dan kondisi individu di dalamnya. Kisaran suhu yang nyaman menurut Brooks (1988) adalah 25-280C dengan kelembaban relatif sebesar 30-80% serta kecepatan angin ≤ 0.57 mph. Oleh karena itu dengan temperatur 25,830C dan nilai kelembaban rata-rata 84,83 % tapak dikategorikan nyaman untuk aktivitas manusia.

Tabel 6 Data unsur iklim Kecamatan Ciomas

Bulan Unsur iklim

Curah hujan (mm) Hari hujan (hari) Tempera tur rata-rata (0C) Tempera tur min (0C) Tempera tur maks (0C) Sinar mata-hari (%) Kelembaban udara (%) 1 388,8 27 25,0 22,0 29,3 31 88 2 228,8 24 25,0 22,1 30,2 42 88 3 342,3 24 25,7 22,3 30,5 39 88 4 376,6 21 25,5 22,2 31,2 60 87 5 363,4 22 25,7 21,8 31,5 61 85 6 222,1 15 25,4 21,3 31,1 70 83 7 282,2 15 24,9 20,1 31,2 80 81 8 254,4 13 25,2 20,7 31,4 91 81 9 224,9 17 25,5 27,1 31,9 72 82 10 322,9 19 25,8 21,4 32,3 74 82 11 332,4 22 25,8 22,2 31,2 52 85 12 343,3 22 25,1 21,7 29,8 42 88 Rata-rata 306,8 20,1 25,4 22,1 30,9 59,5 84,8

Sumber: BMKG Stasiun Dramaga Bogor, 2010 (250 mdpl).

Curah hujan tahunan yang dapat mencapai lebih dari 5.000 mm/tahun akan meningkatkan jumlah jatuhan air hujan pada tapak sehingga diperlukan struktur yang mampu menahan air hujan agar tidak langsung jatuh ke tanah serta mengakibatkan erosi. Solusi permasalahan ini adalah dengan menggunakan vegetasi yang berkanopi lebar untuk mengurangi intensitas air hujan yang jatuh. Hal ini didukung pernyataan Grey dan Deneke (1978) bahwa pemilihan vegetasi

yang dapat menangkap air hujan dapat dilakukan dengan penggunaan jenis tanaman conifer yang mampu menangkap air hujan sebesar 40%, penggunaan tanaman kanopi lebar yang dapat mengurangi jatuhan air hujan sebesar 20%, serta tanaman dengan percabangan horizontal yang lebih efektif menahan air hujan.

Penyinaran dari cahaya matahari yang mencapai 59,5% dapat dikontrol melalui pengunaan vegetasi, elemen arsitektur, dan tata letak bangunan. Menurut Brooks (1988), penggunaan vegetasi seperti perdu, groundcover, dan rumput mampu mengurangi pantulan sinar matahari. Penggunaan elemen pada lanskap akan membentuk bayangan pada ruang luar. Elemen yang digunakan sebaiknya menggunakan warna yang tidak memantulkan sinar secara sempurna untuk mengurangi cahaya yang menyilaukan, contohnya: biru, abu-abu, dan coklat. Disamping itu komposisi bangunan baik tunggal maupun kelompok dapat memunculkan bayangan yang teduh. Kontrol pantulan sinar untuk di dalam ruang dapat digunakan selasar di muka bangunan, Brooks (1988) menyatakan bahwa bahan permukaan pada tapak juga dapat mempengaruhi sinar matahari yang dipantulkan. Semakin terang dan halus permukaan tapak, maka semakin banyak cahaya matahari yang akan dipantulkan.

Pengendalian temperatur juga dapat dilakukan dengan elemen arsitektur misalnya penggunaan elemen air. Elemen ini diletakkan pada daerah yang terlindung dari angin, dengan pergerakan udara dingin yang turun ke daerah lembah maka udara ini akan terkumpul, berhenti di titik terendah untuk membentuk kumpulan udara dingin (Brooks, 1988). Oleh karena itu adanya kolam budidaya pada tapak YAPIPI menjadi potensi dan harus dioptimalkan fungsinya.

Fasilitas dan Utilitas

Fasilitas pada tapak dapat dibagi berdasarkan tiga jenis yaitu fasilitas pertanian, fasilitas wisata, dan utilitas. Fasilitas pertanian adalah segala bentuk fasillitas yang mampu menujang aktivitas produksi pertanian. Fasilitas wisata merupakan segala bentuk fasilitas yang mampu menunjang aktivitas wisata pengunjung. Utilitas pada tapak akan dijelaskan dari segi utilitas drainase (Gambar 16).

Fasilitas Pertanian

Fasilitas pertanian terdiri atas beberapa petak kebun sayur, beberapa blok petak sawah, paranet tempat budidaya bibit sayuran, kebun buah naga, serta lahan tanaman holtikultura menjadi bagian yang dominan pada lokasi ini. Disamping itu terdapat kandang domba garut, kandang ayam, tempat budidaya cacing, tempat pembenihan (hatchery) ikan mas yang berhadapan dengan kolam besar yang berisi ikan budidaya, kolam pemancingan, madrasah sebagai sarana pendidikan anak-anak masyarakat sekitar, mushola, toilet, serta area parkir di sebelah barat dan timur tapak (Gambar 17).

(a) (b)

Gambar 17 Kondisi fasilitas kolam dan kandang ternak saat ini.

Beberapa fasilitas bangunan masih diperlukan seperti bangunan untuk menyimpan peralatan serta bangunan pascapanen. Selama ini peralatan masih disimpan di area kantor pengelolaan. Beberapa bangunan disekitar kolam masih belum ditata lanskapnya sehingga akan lebih menarik bagi pengguna apabila ruang terkoneksi dan didesain taman display disekitar bangunan-bangunan tersebut.

Petak tanam sayuran maupun tanaman buah-buahan sebaiknya membujur dari utara ke selatan agar mendapatkan sinar matahari yang cukup. Petak tanam juga sebaiknya mengikuti arah kontur hal ini telah diterapkan oleh YAPIPI dalam menata petak tanam. Ruang tanam yang  

       

ada saat ini belum optimal digunakan dari segi luasan tanam. Solusinya adalah membentuk petak tanam tersebut menjadi teras-teras agar ruang yang dihasilkan menjadi lebih luas sehingga tersedianya petak tanam yang memadai untuk aktivitas edukasi pertanian.

Area kolam pada tapak telah dibuat berdasarkan tahap budi daya ikan seperti adanya kolam pemijahan, tempat penetasan, dan kolam pembesaran atau pemeliharaan. Desain kolam yang ada masih sama, sedangkan jenis ikan yang dibudidayakan berbeda-beda. Kolam yang akan didesain sebaiknya menyesuaikan dengan ikan budi daya yang ada di dalamnya. Beberapa jenis ikan seperti nila memerlukan penghijauan kolam sebagai supply makanan. Beberapa jenis lainnya seperti lele dapat berkembang pada lingkungan yang kotor dengan sarang berupa lumpur pada dasar kolam. Penentuan lokasi kolam berdasarkan debit air juga diperlukan. Jenis ikan yang memerlukan debit air tinggi sebaiknya diletakkan di dekat sumber air.

Kolam di lokasi YAPIPI belum menyediakan ruang penghijauan pada kolam sehingga akan berdampak pada ketergantungan terhadap pakan tambahan. Area kolam dapat mengundang satwa ataupun tumbuhan yang menjadi makanan alami ikan. Ketergantungan terhadap pakan dapat diminimalisasi dengan mengalokasikan seperempat persen dari luas masing-masing kolam untuk dijadikan area penghijauan pada kolam nila dan ikan mas.

Hal tersebut mengacu pada pernyataan Motloch (1991) bahwa kolam atau disebut pond merupakan badan air tergenang dengan bentukan natural atau alami dan sering diimbangi dengan penanaman alami. Pada umumnya terletak pada ketinggian terendah dari tapak untuk menjaga keseimbangan gravitasi. Area penghijauan dapat berupa bahan organik seperti rumput yang dipotong bersama sampah berprotein yang ditebar di sudut kolam dan diberi pagar agar tidak mengotori seluruh kolam. Hal ini sangat baik diaplikasikan pada skala produksi yang relatif kecil.

Secara fisik atau struktur kolam sebaiknya didesain secara aman. Aman dalam arti aman untuk pengguna maupun isi kolam tersebut. Seperti

halnya pada kolam YAPIPI, saluran drainase kolam yang lebar dengan aliran air yang deras menjadi kendala karena letaknya yang berada diantara pematang dan jalur pejalan kaki. Pengamanan terhadap pengguna dilakukan untuk menghindari orang yang terperosok ke dalam kolam. Solusinya digunakan penutup drainase dan menyediakan ruang gerak pengunjung pada salah satu sisi yang lebih luas. Pengamanan isi kolam dapat dilakukan dengan pemasangan struktur bilah bambu pada kolam agar jaring tersangkut dan terhindar dari upaya pencurian.

Dunnet dan Andy (2007) menyatakan bahwa beberapa solusi yang dapat dilakukan dalam mendesain kolam yang aman yaitu menghalangi akses langsung ke dalam kolam misalnya dengan penutup kolam, dalam kasus kolam budidaya hal ini tidak dapat dilakukan. Solusi yang dapat dilakukan adalah kolam didesain dengan perbedaan kedalaman untuk menghindari pengunjung jatuh sehingga membantu menjangkau ke pinggir kolam. Hal ini dilakukan terutama untuk pengunjung anak-anak. Kolam sebaiknya juga ditempatkan pada area yang aksesibel dan mudah dipantau orang.

Fasilitas kandang ternak untuk budi daya menjadi aspek penting dalam mengembangkan komoditi. Pada tapak kondisi kandang domba maupun kambing sudah cukup baik dibangun oleh pengelola. Seperti diketahui bahwa kandang domba dan kambing ini sebaiknya kokoh, awet, dan umumnya berbentuk panggung, ventilasi lancar, sebaiknya dinding ditutup untuk menghindari angin, serta atap yang tidak menimbulkan panas (Sarwono, 2008).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah lanskap di sekitar kandang tersebut. Menurut Sarwono (2008), kandang sebaiknya cukup mendapat sinar matahari sehingga disekitarnya tidak terlalu banyak tanaman atau struktur yang dapat menghalangi sinar matahari untuk masuk ke dalam kandang. Hal ini bermanfaat agar kandang tetap kering dan tidak lembab karena penyakit akan mudah dijumpai pada kondisi lembab.

Kambing dan domba secara periodik akan dilepas ke luar kandang (umbaran) maka akses terhadap pakan yaitu rumput harus mudah. Oleh

karena itu, dipilih tempat umbaran yang dapat dilalui ternak dengan mudah misalnya dari segi kemiringan dan di lokasi yang dekat dengan kandang sehingga dengan mudah terjangkau oleh kambing dan peternak. Disamping itu, tempat umbaran yang dekat dengan kandang juga dapat memudahkan dalam kegiatan pemupukan (pupuk kandang), sehingga penempatan area umbaran ternak yang biasa digunakan di sebelah utara kandang sudah sesuai.

Berkebalikan dengan ternak domba dan kambing, dalam budidaya cacing diperlukan tempat hidup yang ternaungi dan lembab agar ternak cacing optimal. Sehingga dalam mendesain tempat hidupnya ini sebaiknya digunakan struktur rangka menyerupai rumah yang diberi dinding penutup serta atap. Cacing dibudidayakan dalam rak-rak yang tersusun dalam struktur tersebut. Kondisi lingkungannya dibuat lembab dengan penataan tanaman yang memfilter cahaya matahari.

Fasilitas Wisata

Fasilitas wisata digunakan untuk memudahkan pengunjung melakukan aktivitas wisata. Pada pintu masuk terdapat papan nama serta pos keamanan. Pos keamanan sudah tidak digunakan sehingga kondisinya kurang baik. Pengunjung dapat mencari informasi di kantor pengelola YAPIPI yang letaknya disebelah utara rumah pemilik. Yayasan mengakomodasi pengunjung yang akan menginap sehingga terdapat fasilitas berupa rumah inap. Rumah ini dapat menampung 30 pengunjung.

Fasilitas lainnya adalah rumah pemilik dengan gaya arsitektural Sulawesi yang digunakan untuk menerima tamu. Teras luar bangunan ini menghadap langsung ke arah gunung Gede Pangrango, sehingga tamu akan dihadapkan pemandangan Puncak Pass di waktu senja. Lantai bawah bangunan adalah aula yang dapat dipergunakan serta menampung sampai 50 orang. Fasilitas penunjang seperti mushola, toilet, serta ruang untuk pertemuan juga terdapat pada bagian timur tapak.

Dokumen terkait