3
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistika. 2012. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai tahun 2009-2011 [Internet]. [ diunduh 2012 Okt 2]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php.
[BPS] Badan Pusat Statistika. 2012. Produksi sayur di Indonesia [Internet]. [
diunduh 2012 Okt 15]. Tersedia pada:
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php.
Agrios George N. 2005. Plant pathology.5th ed. New York (USA): Elsevier Academic Press.
Asniwita, Hidayat SH, Suastika G, Sujiprihati S, Susanto S, Hayati I. 2012. Eksplorasi isolat lemah chili veinal mottle potyvirus pada pertanaman cabai di Jambi, Sumatera Barat, dan Jawa Barat. J Hort. 22(2):181-186.
Bastian M. 2008. Prevelensi virus penyebab penyakit mosaik pada cabai besar (Capsicum annuum L.) di Kabupaten Bogor, Cianjur dan Bandung provinsi Jawa Barat[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Blackman RL, Eastop VF. 2000. Aphids on the World’s Crop. An Identification and Information Guide 2ⁿͩ eds. New York : John Wiley and Sons.
Broadbent L. 1964. Control of plant virus disease. Dalam: Corbett MK, Sisler HD, editor. Plant Virology. Gainesville: University of Florida Press.
Caroll GC. 1990. Fungal endophytes in vascular plants. Trans. Mycol. Soc. Japan. 31: 103-116
Clark MF, Adams AN. 1977. Characteristics of the microplate method of enzyme linked Immunosorbent assay for the detection of plant viruses. J. Gen. Virol. 34(3): 475-483. DOI 10.1099/0022-1317-34-3-475.
Dolores LM. 1996. Management of pepper viruses. Proceeding of the AVNET II Midterm Workshop AVRDC, ADB and PCARRD.
Doss RP, Welty RE. 1995. A PCR-based prosedure for detection of Acremonium coenophilum in tall fescue. Phytopathology 85: 913-914
Goodman RN, Kiraly Z, Wood KR. 1986. The Biochemistry and Physiology of plant disease. University of Missouri Press. Columbia.
Habazar T dan Hidrayani. 2005. Penyakit Virus Kuning Keriting Daun Pada Cabai Dan Teknik Pengendaliannya. Diskusi Pemecahan Masalah Aktual Upaya Pengendalian Virus Kuning Keriting Daun (Yellow Leaf Curl Virus) pada Cabai di Padang, Sumatera Barat tgl 28 Mei 2005. 16 hal
Hermawati H. 2007. Pengaruh cendawan endofit terhadap biologi dan pertumbuhan populasi Aphis gossypii Glov. (Homoptera: Aphididae) pada tanaman cabai [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Istikorini Y. 2008. Potensi cendawan endofit untuk mengendalikan penyakit antraknosa pada cabai (Capsicum annuum L.) [disertasi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Knott JE. 1962. Hand book vegetable growers. John Willey and Sons, Inc. New York, London, Sydne. Hlm. 28-46.
3 Khairy M. 2012. Pengaruh cendawan endofit terhadap hama dan pertumbuhan padi di lapangan [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Lehtonen PT, Helander M, Siddiqui SA, Lehto K and Saikkonen K. Endophytic fungus decreases plant virus infections in meadow ryegrass ( Lolium pratense)[internet]. 2006. Biol. Lett. 2: 620-623. Tersedia pada: rsbl.royalsocietypublishing.org
Mejia, L.C., Rojas, E.I., Maynard, Z., Arnold, A.E., Kyllo, D., Robbins, N., and Herre, E.A. 2004. Inoculation of beneficial endophytic fungi into Theobromae cacao tissues. Online Publication. 8 pp.
Narayanasamy P. 2011. Microbial Plant Pathogens –Detection and Disease Diagnosis: Viaral and Viroid Pathogens. Vol 2. India (IND): Grand Parade Apartment.
Niere B. 2002. Banana Endophyte: Potential for Pest Biocontrol. IITA-ESARC. Kampala, Uganda.
Ong CA. 1995. Symptomatic variants of CVMV in Malaysia. Proceeding of the AVNET II Midterm Workshop Philippines 21-25 Februari 1995. AVRDC. Opriana E. 2009. Metode deteksi untuk pengujian respon ketahanan beberapa
genotipe cabai terhadap infeksi chilli veinal mottle potyvirus (ChiVMV) [tesis]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Panda H. 2007. Aromatic Plants Cultivation, Processing And Uses. Delhi (IND): Asia Pacific Business Press
Pracaya. 2003. Hama Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rikmawati N. 2011. Eksplorasi cendawan endofit pada kacang panjang (Vigna sinensis (L.) savi ex has) dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman [tesis]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Rostini N. 2011. Jurus Bertanam Cabai Bebas Hama dan Penyakit. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Semangun H. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sinclair JB, Cerkaukas RF. 1996. Latens infection vs endophytic colonization by fungi. Di dalam: Redlin SC, Carris LM, editors. Endophytic Fungi in Grasses and Woody Plant. St Paul Minnesota: The American Phytopathological Society. P 3-29.
Siriwong P, Kittipakorn K, Ikegami M. 1995. Characterization of chili veinal mottle virus isolated from pepper in Thailand. Plant Pathology 44: 718-727. Soesanto L. 2008. Pengentar pengendalian hayati penyakit tanaman. 1st ed. Jakarta
(ID): Raja Grafindo Persada.
Subekti D, Hidayat SH, Nurhayati E, Sujiprihati S. 2006. Infeksi Cucumber mosaic virus dan Chilli veinal mottle virus terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai. Hayati. 13(2):53-57.
Sulyo Y, Duriat AS, Gunaeni N, Korlina. 1995. Confirmation of Potentially Important Pepper Viruses in Indonesia. Di dalam: Shanmugasundaram S, Cabangbang V, editor. Management of Mayor Viruses of Pepper. Proceeding on the AVNET II Midterm Workshop organized ny AVRDC, ADB, and PCARRD; Los Banos, 21-25 Februari 1995. Shanhua, Tainan, Taiwan: Asian Vegetable Research and Development Center. Pulb. no. 95- 438. Hlm 175-180.
3 Sulyo Y, Duriat AS. 1996. Field evaluation of pepper accessions for resistance to viruses. Proceeding of the AVNET II Final Workshop Philippines. AVRDC- Tainan. Taiwan: Hlm. 36-47.
Suwandi N, Nurtika SS. 1989. Bercocok tanam sayuran dataran rendah. Balai Penelitian Hortikultura Lembang dan Proyek ATA 395, Lembang. Hlm 3.1- 3.6.
Taufik M. 2005. Cucumber mosaic virus dan chilli veinal mottle potyvirus: karakteristik isolat cabai dan strategi pengendaliannya [disertasi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Vasudevan P, Reddy MS, Kavitha S, Velusamy P, Paulraj RSD. 2002. Role of biological preparations in enhancement of rice seedling growth and grain yield. Curr. Sci. 83: 1140-1143.
Wang J, Liu Z, Niu S, Peng M, Wang D, 2006. Natural occurrence of Chilli veinal mottle virus on Capsicum chinense in China. Plant Disease90, 377.
Yoon JY. 1987. Pepper and Chinese cabbage adaptation to the tropics. SPANS. 30: 64-66
Zitter TA. 1984. Vegetable crops virus diseases and disorders of tomato Departement of Plant Pathology, New York State Agricultural Experiment Station, Geneva. Fact Sheet Page: 735.40 Date: 10-1984.
3
3
Lampiran 1. Bahan dan Cara Membuat PDA ( Potato DextroseAgar)
Untuk membuat media PDA sebanyak 1 liter dibutuhkan komposisi bahan : o 200-250 gram kentang segar
o 20 gram dextrose
o 15-20 gram agar-agar powder o 1 liter air aquades
Cara membuat PDA
Buang kulit kentang,cuci,lalu potong-potong kecil. Rebus dengan 1 liter air aquades sampai kentang matang ,tetapi jangan terlalu lama memasaknya.
Saring air rebusan kentang menggunakan kain saring atau penyaring teh dan tambahkan air aquades sampai 1 liter.
Tambahkan 20 gram dextrose, dan 15 gram agar-agar aduk hingga merata selama kurang lebih 30 menit sampai semua agar-agar larut.
Dalam keadaan panas, masukan media yang telah dibuat kedalam cawan petri steril lalu tutup dan beri sil disekeliling cawan petri.
Masukan dalam autoklaf seterilkan dengan suhu 121°C, dengan tekanan 1,5 psi atau 1 atm.
Matikan dan tunggu sampai tekanan dan suhu menunjukan angka nol.
Keluarkan cawan petri dari autoklaf dan PDA siap digunakan. Fungsi bahan yang digunakan pada medium PDA :
Kentang : sumber karbon (karbohidrat), vitamin dan energi
Dextrose : sebagai sumber gula dan energi
Agar : untuk memadatkan medium PDA
3
Lampiran 2. Bahan dan Cara Membuat PDB ( Potato Dextrose Broth )
Untuk membuat media PDB sebanyak 1 liter dibutuhkan komposisi bahan : 200-250 gram kentang segar
20 gram dextrose 1 liter air aquades Cara membuat PDB
Buang kulit kentang, cuci, lalu potong-potong kecil. Rebus dengan 1 liter air aquades sampai kentang matang, tetapi jangan terlalu lama memasaknya.
Saring air rebusan kentang menggunakan kain saring atau penyaring teh dan tambahkan air aquades sampai 1 liter.
Tambahkan 20 gram dextrose, aduk hingga merata selama kurang lebih 30 menit sampai larut.
Ukur 10-15 ml media agar daam keadaan panas, masukan kedalam erlenmeyer steril lalu tutup dengan kapas dan almunium foil,ikat dengan karet kuat
Masukan dalam autoklaf, seterilkan dengan suhu 121°C, dengan tekanan 1,5 psi atau 1 atm.
Matikan dan tunggu sampai tekanan dan suhu menunjukan angka nol.
Keluarkan PDB dari autoklaf dan PDB siap digunakan. Fungsi bahan yang digunakan pada medium PDB :
Kentang : sumber karbon (karbohidrat), vitamin dan energi
Dextrose : sebagai sumber gula dan energi
3
Lampiran 3. Cara Penggunaan Hemositometer
Sampel cendawan endofit di pipet dan letakkan ke dalam kaca chamber Hemositometer
Ratakan sampel cendawan endofit dan diusahakan tidak ada gelembung udara.
Tutup kaca chamber Hemositometer menggunakan kaca penutup atau cover glass.
Letakkan kaca chamber kemudian amati dengan menggunakan mikroskop
Cahaya mikroskop harus terang. Hitung jumlah miselia yang terlihat.
3
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kowang, Tamanmartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta pada tanggal 06 Mei 1991 dari Ibu Susanti dan Bapak Kuncung, dan merupakan anak pertama dari empat bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Kowang Binangun pada tahun 2002 dan Sekolah Menengah Pertama Islam Pambudi Luhur pada tahun 2005. Pada tahun 2005, penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas Islam Pambudi Luhur dan lulus pada tahun 2008. Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman di Institut Pertanian Bogor melalui undangan seleksi masuk IPB (USMI) pada tahun 2008.
Selama menjalani pendidikan di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor penulis aktif dalam berbagai kegiatan kampus, kepanitiaan, dan organisasi mahasiswa. Kegiatan organisasi yang pernah diikuti antara lain: Organic Farming IPB (2009-2010), Himasita (Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman) 2010- 2011, sebagai Ketua Divisi Bisnis dan Kewirausahaan, OMDA Yogyakarta (Organisasi Mahasiswa Daerah Yogyakarta), sebagai ketua OMDA (2009-2010) Penulis juga aktif dalam kegiatan himpunan organisasi di tingkat nasional seperti HMPTI (Himpunan Mahasiswa Perlindungan Tanaman Indonesia) tahun 2010- 2011. Penulis juga aktif sebagai asisten dosen mata kuliah Ilmu Hama Tumbuhan Dasar (2009-2010).