• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia pada saat ini disesuaikan dengan kebutuhan hidup manusia yang semakin bertambah dan semakin kompleks. Manusia pada dasarnya sama dengan semua makhluk ciptaan Tuhan, membutuhkan tempat yang layak yang dapat dimiliki sendiri, menentukan terestrial, tempat untuk berlindung, menyimpan hartanya dan mempergunakan dengan baik waktu yang dimilikinya (Simonds, 1994). Kebutuhan primer manusia tersebut saat ini sebagian besar telah dapat dipenuhi. Sehingga pada saat ini dengan kesibukan manusia yang terus meningkat dan disertai dengan meningkatnya pendapatan yang dihasilkan, maka kebutuhan sekunder manusia terhadap tempat rekreasi juga mengalami peningkatan. Hal ini juga berpengaruh pada meningkatnya kebutuhan manusia akan keberadaan taman dan ruang terbuka lainnya.

Taman atau garden adalah penghubung antara manusia dengan dunia tempat tinggalnya, bagi manusia pada berbagai umur mempunyai perasaan untuk mendamaikan kembali dirinya dengan lingkungan sekitarnya dan harus membuat taman untuk memuaskan cita-cita dan aspirasinya (Crowe, 1981). Taman dapat juga berarti park yaitu ruang dengan penggunaan yang terbatas dan bentukan yang fleksibel, dikembangkan dengan sedikit konstruksi, digunakan untuk relaksasi sampai menikmati pemandangan, merenung, meditasi, tidur, bermimpi, bercinta, bersosialisasi dan bermain bebas (Eckbo, 1964). Taman dapat dipergunakan untuk berbagai kepentingan dan terdapat dalam berbagai skala. Taman tergolong ruang yang dapat memberikan kesenangan bagi penggunanya. Sehingga apabila akan direalisasikan dan dinikmati, sebuah taman harus direncanakan dan dirancang dengan baik.

Perancangan taman adalah proses kreatif yang mengintegrasikan aspek teknologi, sosial, ekonomi, dan biologi serta efek psikologis dan fisik yang ditimbulkan dari bentuk, bahan, warna dan ruang, tekstur dan kualitas lainnya yang merupakan hasil pemikiran yang saling berhubungan untuk menghasilkan taman (Simonds, 1983).

Dalam menghasilkan desain dan produk taman yang fungsional dan estetik, maka tahapan dan proses perancangan harus dilakukan dengan benar dan terarah. Guna mendukung keberhasilan dalam merancang taman dengan baik, maka kegiatan magang dilakukan untuk mempelajari proses perancangan taman- taman ini.

PT. Envirospace Consultants Indonesia merupakan sebuah konsultan lanskap yang ada di Indonesia yang telah menangani banyak proyek di bidang

landscape architecture, master planning, urban design, environmental research

dan project manajement. Bidang urban design yang sering ditangani salah satunya adalah mengenai perancangan taman dalam berbagai kepentingan dan skala. Sehingga PT. Envirospace Consultants Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang sesuai sebagai tempat untuk dilakukannya kegiatan magang ini. Kegiatan magang ini sangat membantu dalam peningkatan keterampilan dan profesionalisme seorang mahasiswa arsitektur lanskap khususnya dalam menghadapi dunia kerja yang sangat kompetitif saat ini.

Tujuan Magang

Tujuan umum kegiatan magang ini adalah untuk mempelajari dan meningkatkan keterampilan merancang serta soft skill dalam lingkup keprofesian arsitektur lanskap yang berfokus pada proses perancangan taman-taman yang dilaksanakan di PT. Envirospace Consultants Indonesia. Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah:

1. Mempelajari sistem dan teknik perancangan serta mengikuti proses perancangan taman-taman yang dilaksanakan oleh PT. Envirospace Consultants Indonesia.

2. Mengenal berbagai jenis alat, bahan, metode, teknologi, dan sumberdaya yang digunakan oleh PT. Envirospace Consultants Indonesia dalam proses perancangan taman di studio, survei dan pengawasan di lapangan.

3. Mengidentifikasi dan menganalisis berbagai masalah dan kendala dalam proses perancangan taman terutama bagi pekerjaan di studio, survei lapangan dan pengawasan pekerjaan taman.

Manfaat Magang

Manfaat dari kegiatan magang yang dilakukan di Envirospace Consultants Indonesia ini adalah :

1. Mengembangkan sikap profesionalisme kerja dalam lingkup keilmuan arsitektur lanskap yang terwujud melalui kegiatan praktek perancangan lanskap dan taman.

2. Meningkatkan softskill mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja, khususnya pada proses perancangan sebuah taman.

3. Meningkatkan keterampilan teknik perancangan dan menambah pengalaman, serta sebagai media pertukaran informasi, ilmu dan teknologi dalam arsitektur lanskap antara mahasiswa dengan PT. Envirospace Consultants Indonesia. 4. Menjalin hubungan dan kerjasama yang baik antara mahasiswa magang, PT.

Envirospace Consultant Indonesia dan Departemen Arsitektur Lanskap.

Kerangka Pikir Magang

Kegiatan magang yang dilakukan di PT. Envirospace Consultants Indonesia dilatarbelakangi oleh meningkatnya kebutuhan warga masyarakat akan taman sebagai ruang terbuka untuk berinteraksi, berekreasi, dan memanfaatkan waktu luangnya. Taman harus direncanakan dan dirancang dengan baik agar taman tersebut fungsional dan estetik, serta dapat meningkatkan kualitas lingkungan disekitarnya. Proses perancangan yang diikuti selama kegiatan magang dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka Pikir Magang Kelembagaan

Manajemen administrasi

Kegiatan administrasi Kegiatan lapangan

Peningkatan keterampilan, pengalaman dan profesionalisme di bidang Arsitektur Lanskap Peningkatan kebutuhan manusia akan taman-taman

yang fungsional, estetik dan dapat meningkatkan kualitas lingkungan disekitarnya

Kegiatan magang di

PT. Envirospace Consultants Indonesia

Proyek perancangan taman

Manajemen teknis

Ragam produk perancangan taman Kegiatan studio

Permasalahan dan solusi perancangan taman

TINJAUAN PUSTAKA

Lanskap

Lanskap berdasarkan Simonds (2006) merupakan suatu bentang alam yang memiliki karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia, dimana setiap elemen lanskap memiliki keharmonisan dan kesatuan juga alami sehingga memperkuat karakter lanskapnya. Lanskap merupakan wajah dan karakter lahan atau tapak dan bagian dari muka bumi dengan segala sesuatu dan apa saja yang ada di dalamnya baik bersifat alami ataupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia beserta makhluk hidup lainnya.

Lanskap adalah dunia di sekeliling kita. Lanskap adalah semua yang kita lihat atau rasakan kemanapun kita pergi. Merupakan suatu pengalaman yang berlanjut pada waktu dan ruang sepanjang hidup setiap kehidupan manusia. Terdapat dua jenis lanskap yaitu lanskap fisik dan lanskap sosial yang bersama secara terus-menerus dan saling memberikan aksi dan reaksi satu sama lain. Lanskap fisik pada kenyataannya tidak dapat dibagi dari lanskap sosial yang merupakan hubungan antar manusia (Eckbo, 1964).

Dalam bukunya, Simonds (2006) menjelaskan bahwa dalam lanskap terdapat dua jenis elemen lanskap, yaitu elemen lanskap mayor dan elemen lanskap minor. Elemen lanskap mayor terdiri dari dari bentuk alam seperti topografi, pegunungan, lembah sungai dan kekuatan alam seperti angin, suhu, curah hujan yang relatif sulit diubah oleh manusia. Sedangkan yang disebut elemen lanskap minor adalah elemen yang masih dapat dimodifikasi atau diubah oleh manusia, seperti bukit, anak sungai dan hutan-hutan kecil. Perubahan yang dilakukan secara garis besar dapat menimbulkan beberapa efek, diantaranya melestarikan, merusak, mengubah dan memberi penekanan pada lanskap.

Secara umum elemen lanskap dibagi menjadi dua, yaitu elemen lanskap material lunak (soft material) dan elemen lanskap material keras (hard material). Karakter tapak yang menarik harus dipertahankan atau diciptakan, sehingga semua elemen lanskap yang banyak variasinya dapat menjadi satu kesatuan yang harmonis (Simonds, 2006).

Perancangan Lanskap

Perancangan secara umum adalah proses kreatif yang mengintegrasikan aspek teknologi, sosial, ekonomi dan biologi serta efek psikologis dan fisik yang ditimbulkan dari bentuk, bahan, warna dan ruang, tekstur dan kualitas lainnya yang merupakan hasil pemikiran yang saling berhubungan (Simonds, 1983). Perancangan merupakan ilmu dan seni dalam mengorganisasikan ruang dan massa dengan mengkomposisikan elemen lanskap alami dan non alami beserta kegiatan yang ada di dalamnya agar tercipta suatu karya tentang ruang yang fungsional dan estetik.

Proses perancangan lanskap menurut Hakim (2000) merupakan suatu alur atau cara berfikir untuk bertindak dalam mengumpulkan, memilih, mengolah (analisis), menyusun (sintesis) serta mengambil keputusan dalam menyelesaikan suatu karya rancang lanskap yang menjadi pedoman desain. Proses perancangan mempunyai banyak ragam tergantung dari pemikiran yang bersangkutan.

Booth (1983) mengemukakan bahwa proses perancangan lanskap mempunyai beberapa tahapan, yaitu :

1. Penerimaan Proyek (Project Acceptance)

Dalam tahap pertama ini proposal proyek telah diterima dan disetujui oleh kedua belah pihak yaitu arsitek lanskap dan klien. Pada pertemuan pertama klien menjelaskan keinginannya kepada lanskap arsitek, kemudian terjadi kesepakatan diantara kedua belah pihak. Selanjutnya arsitek lanskap mempersiapkan proposal detail yang mencakup pelayanan, produk, dan biaya. Jika klien setuju maka kedua belah pihak menandatangani kontrak.

2. Riset dan Analisis (Research and Analysis)

Selanjutnya arsitek lanskap membutuhkan persiapan rencana dasar tapak dan mengadakan inventarisasi tapak atau tahap pengumpulan data kemudian melakukan analisis (evaluasi data). Mengunjungi (survei) langsung ke tapak merupakan hal yang penting untuk melengkapi tahap ini. Selanjutnya adalah mewawancarai pemilik tapak dan menyusun program pada tahap ini.

3. Desain (Design)

a. Diagram fungsi ideal (Ideal Functional Diagram), yaitu permulaan dari pembuatan grafis suatu perancangan. Tujuan dibuat diagram ini adalah

untuk mengidentifikasi hubungan yang paling tepat antara fungsi usulan utama dengan ruang perancangan.

b. Diagram fungsi keterhubungan tapak (Site-Related Functional Diagram), tahap ini mengadopsi hubungan yang telah terbetuk dalam diagram fungsi ideal untuk mengetahui kondisi dari tapak tersebut.

c. Rencana konsep (Concept Plan) merupakan perkembangan langsung menjadi besar dari diagram keterhubungan fungsi tapak. Secara keseluruhan, area terdiri dari diagram fungsi keterhubungan tapak dan membagi semuanya ke dalam beberapa penggunaan yang spesifik pada area tersebut.

d. Studi tentang komposisi bentuk (Form Composition Study) dalam tahap ini perancang telah setuju dengan rasional, pertimbangan yang praktis dari fungsi dan lokasi. Dengan kata lain perancang telah mampu menyelesaikan masalah.

e. Desain awal (Preliminary Master Plan), dalam desain awal semua elemen desain dimasukan dan dipelajari kesatuan antara satu dengan yang lainnya, gaya grafis semi komplit. Semua elemen desain dipertimbangkan, untuk pertama kalinya, sebagai komponen yang berhubungan dalam keseluruhan lingkungan. Desain awal ini merupakan usulan dari beberapa alternatif dengan konsep tertentu dan dipresentasikan untuk mendapat masukan dari pihak lain.

f. Desain skematik (Schematic Design), untuk beberapa proyek pada proses perancangan dilanjutkan dengan rencana skematik. Pada skala kecil seperti perumahan atau vest-pocket park, rencana induk dan rencana skematik dianggap sama. Namun, pada skala yang besar dengan tata guna lahan yang banyak, desain skematik dipelajari lagi lebih dalam dengan detail yang dalam pula.

g. Rencana induk (Master Plan) merupakan perbaikan atau penghalusan dari rancangan awal. Perbedaannya dengan rancangan awal yaitu revisi rancangan dalam gaya grafis. Walaupun sama memakai gambar tangan tapi memiliki ketepatan bagian-bagian tertentu seperti garis properti, garis

bangunan, dan batas dari struktur elemen keras (dinding, lantai, jalan, dek, dll.). Rencana induk ini menggambarkan rencana garis besar suatu proyek. h. Design development merupakan tahap terakhir dalam proses perancangan.

Dalam tahap ini perancang lebih konsentrasi terhadap detail penampilan dan kesatuan dari material.

4. Gambar- gambar konstruksi (Construction Drawings)

Pada tahap ini gambar-gambar konstruksi dipersiapkan sebagai komunikasi bagaimana membangun semua elemen dalam proyek agar kontraktor lebih mudah dalam proses pelaksanaan. Gambar konstruksi yang dimaksud terdiri dari rencana pelaksanaan (layout plan), rencana bertahap (grading plan), rencana penanaman (planting plan), rencana penataan pohon- pohon, perdu, semak, tanaman hias, dan tanaman rumput termasuk didalamnya komposisi dari berbagai jenis tanaman sesuai dengan ketentuan standar perancangan dan gambar detil konstruksi.

5. Pelaksanaan (Implementation)

Setelah semua gambar-gambar konstruksi komplit, membuat tawaran yang tersedia. Setelah kontrak ditandatangani, kemudian kontraktor melakukan proses pembangunan dan memasukan rancangan yang telah dibuat sebelumnya. Meskipun tahap ini biasanya ditangani oleh kontraktor, arsitek lanskap masih tetap diperbolehkan memantau tahap pembangunan untuk memberikan saran apabila diperlukan.

6. Evaluasi setelah konstruksi (Post-Contruction Evaluation an Maintenance) Proses desain tidak akan pernah selasai begitu saja dalam sauatu proyek. Perancang harus mengobservasi dan menganalisis proyek tersebut dari waktu ke waktu untuk melihat bagaimana kerjanya dan perkembangannya seiring dengan perubahan waktu.

7. Pemeliharaan (Maintanance)

Agar berhasil, sebuah rancangan seharusnya tidak hanya berupa hasil kerja yang bagus dalam kertas tetapi juga dapat dilakukan pembangunan dengan pemeliharaan sepenuhnya dan juga berkualitas. Suatu hasil atau produk desain harus dipelihara sebagaimana mestinya dengan sepenuhnya agar kondisinya

tetap terjaga dengan baik, mencakup seluruh elemen soft material dan hard material.

Menurut Dahl dan Molnar (2003), terdapat tiga prinsip yang digunakan sebagai kerangka acuan dalam merancang, yaitu:

1. Must have a purpose, rancangan yang dibuat harus memiliki tujuan yang jelas. 2. Design for people, rancangan yang dibuat dapat digunakan oleh manusia,

sehingga dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan. Rancangan yang dibuat dapat berfungsi secara maksimal.

3. Both functional and aesthetic requirements must be met, fungsional dan keindahan harus terdapat dalam suatu rancangan. Kedua faktor tersebut menyatu sehingga menghasilkan rancangan yang maksimal dan dapat dinikmati oleh pengguna.

Lebih lanjut dikemukakan bahwa kegiatan perancangan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia, dimana bertujuan agar fleksibel dan dapat mengakomodasi sarana yang kuno dengan yang baru. Perancangan merupakan kombinasi ilmu dan seni yang berfokus pada penggabungan manusia dengan aktifitas di ruang luar (Booth, 1983). Menurut Gold (1980), hubungan antara manusia, kota, waktu luang, rekreasi ruang luar, ruang terbuka dan bentukan kota merupakan intisari dari perencanaan dan perancangan rekreasi.

Reid (1993) mengemukakan bahwa konsep merupakan ide untuk mewujudkan tapak spesifik sehingga dapat memiliki identitas fungsi dan keindahan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam merancang antara lain adalah: konsep, prinsip desain, elemen desain dan tahapan-tahapan dalam merancang menjadi satu kesatuan dalam proses perancangan. Suatu konsep dalam merancang suatu karya lanskap dapat mendorong manusia untuk merencanakan, mengintegrasikan, mengkoordinasikan bentuk buatan manusia dan bentukan alam. Menurut Ingels (2004), terdapat enam prinsip desain yang digunakan dalam seni murni maupun seni aplikasi pada saat ini, yaitu:

1. Balance (keseimbangan)

Merupakan sesuatu yang baik untuk dilihat. Secara fisik kita merasakan ketidaknyamanan saat kita tidak seimbang. Terdapat tiga tipe keseimbangan yaitu simetrik, asimetrik dan proksimal. Keseimbangan simetrik adalah

keseimbangan yang terdapat pada taman-taman formal, satu sisi merupakan pencerminan dari sisi yang lainnya. Keseimbangan asimetrik adalah keseimbangan yang informal, komposisi satu sisi dengan sisi yang lainnya tidak sama, hanya saja berbeda dalam penggunaan materialnya. Keseimbangan proksimal memiliki kesamaan dengan keseimbangan asimetrik, hanya saja pendistribusiannya lebih jauh dan dalam.

2. Focal Point

Merupakan prinsip desain yang memiliki posisi penglihatan yang kuat dalam suatu komposisi lanskap. Focal point dapat dibentuk dari tanaman, perkerasan, elemen arsitektural, warna, tekstur, atau kombinasi dari semuanya. Istilah lain dari focal point adalah emphasis yaitu yang menjadi pusat perhatian dan paling menonjol dibandingkan benda lain di sekitarnya.

3. Simplicity (kesederhanaan)

Prinsip ini akan menimbulkan perasaan lebih nyaman dalam suatu lanskap kompleksitas tidak selalu menjadi lawan dari kesederhanaan tergantung bagaimana desain lanskap itu difokuskan.

4. Rhythmandline (ritme dan garis)

Prinsip ritme terwujud dengan menunjukan adanya pengulangan pada sesuatu objek dengan standar interval yang berpola tertentu. Pada desain lanskap biasanya terukur dalam suatu ruang. Garis tercipta ketika material yang berbeda bertemu. Kesatuan dari dua batas suatu material akam membentuk garis pula.

5. Proportion (proporsi)

Difokuskan dengan menghubungkan ukuran antara pola-pola dalam suatu lanskap. Proporsi termasuk bentuk hubungan vertikal dan horisontal yang ada dalam spasial. Crowe (1981) kemudian dalam bukunya menyebutkan bahwa proporsi atau skala harus menghadapi bidang yang luas tanpa batas dari langit dan horison.

6. Unity (kesatuan)

Merupakan penyatuan dari bagian-bagian yang terpisah yang berperan untuk mengkreasikan keseluruhan dari desain. Dalam bukunya Crowe (1981) menjelaskan bahwa prinsip unity sangat jarang dijumpai di berbagai taman

saat ini. Prinsip unity merupakan kualitas yang dibangun di lanskap yang baik dengan berdasarkan pada ritme dari landform yang natural, dominasi dari satu tipe vegetasi dan terjaganya kepedulian yang nyata kepada lingkungan sekitar dari manusia dan bangunan yang didirikan.

Taman

Garden atau taman merupakan tempat untuk menghabiskan waktu luang dari ekspansi dan pembebasan. Sebuah taman dalam skala kecil ataupun besar harus tetap terhubung dengan bentukan manusia pada satu cara atau lainnya. Bukan merupakan suatu hal yang mengejutkan bahwa saat ini terdapat ketertarikan yang besar terhadap suatu taman dibandingkan dahulu. Saat ini banyak taman yang tidak hanya menunjukan sebagai tempat berlindung yang damai di dunia yang sangat ramai tetapi juga kesempatan untuk berekspresi kreatif dan lebih dekat dengan alam (Crowe, 1981).

Taman adalah sebuah tempat yang terencana atau sengaja direncanakan dibuat oleh manusia, biasanya diluar ruangan dibuat untuk menampilkan keindahan dari berbagai tanaman dan bentuk alami. Taman dapat dibagi dalam taman alami dan taman buatan. Taman yang sering dijumpai adalah taman rumah tinggal, taman lingkungan, taman bermain, taman rekreasi dan taman botani (Ahira, 2007).

Menurut Eckbo (1964), park adalah ruang dengan penggunaan yang terbatas dan bentukan yang fleksibel, dikembangkan dengan sedikit konstruksi, digunakan untuk relaksasi sampai menikmati pemandangan, merenung, meditasi, tidur, bermimpi, bercinta, bersosialisasi yang tidak ramai, dan permainan bebas. Ruang ini mempunyai intensitas yang terbatas dan tidak spesifik. Sebagai contoh yang tergolong park adalah halaman depan rumah, kolam air atau waduk, saluran drainase, dan area tangkapan air, pertambangan, lahan pembuangan, lahan pertanian, dan cagar alam. Park juga dapat diartikan sebagai area terbuka yang disediakan untuk digunakan sebagai tempat rekreasi, biasanya dimiliki dan dipelihara oleh pemerintah daerah.

Elemen taman dibagi menjadi dua, yaitu elemen taman material lunak (soft material) dan elemen taman material keras (hard material). Soft material terdiri

dari tanaman dengan berbagai ragamnya (rumput, lumut, herba, semak, dan pohon-pohonan), dan satwa. Hard material merupakan semua elemen taman yang sifatnya keras dan tidak hidup, terdiri dari tanah, batuan, perkerasan atau paving, jalan setapak, pagar halaman (adukan semen, besi dan kayu), bangunan taman (bangku taman, shelter atau gazebo, pergola, kolam, kandang ayam atau burung, dan ayunan), dan bangunan rumah. Soft material yang memiliki kesan lembut, bersahabat dan alami dengan hard material yang memiliki kesan kaku, keras, tidak bersahabat dan gersang sangat baik jika dihadirkan secara bersama dalam perancangan sebuah taman (Sulistyantara, 1992). Dalam merancang sebuah taman, elemen manusia menjadi faktor yang penting untuk dipertimbangkan dalam menentukan rancangan yang digunakan. Karena manusia merupakan pengguna utama dari sebuah taman.

Dalam bukunya yang berjudul Garden Design, Crowe (1981) menyebutkan bahwa terdapat enam material dalam perancangan taman, yaitu: 1. Land form adalah bentukan lahan alami yang merupakan sebuah pondasi bagi

setiap lanskap juga merupakan basis dari semua taman terbaik didunia.

2. Plant material merupakan salah satu material yang digunakan untuk berkreasi dalam merancang sebuah taman. Tanaman sebagai salah satu struktur bagian dalam dekorasi interior taman. Secara fisik, fungsi tanaman adalah untuk

shelter, shade dan protection. Secara visual memiliki fungsi menentukan proporsi dan bentuk dari taman, memberikan kontras pada ruang terbuka dan tertutup. Material ini memberikan tekstur, batas atau frame, latar belakang,

tone dan bentukan sculpture.

3. Water merupakan salah satu material desain yang penting, karena hampir semua taman terbaik di dunia membuat taman dengan menggunakan unsur air didalamnya dengan menyesuaikan dengan keinginan dan klimatnya. Penggunaan elemen air sebagai elemen taman memberikan kesan kehidupan dan pergerakan kedalam taman disamping adanya keberadaan burung dan manusia. Permukaan air yang luas memberikan rasa unik pada ruang dan kesatuan.

4. Sculptural forms merupakan bentuk seni dari taman yang telah ada sejak zaman Roma dan telah saling melengkapi. Dapat hanya berupa patung atau

pahatan yang terbuat dari batu saja yang dari kejauhan sudah tampak sangat menarik, membuat mata memandang kearahnya dibanding penutup lahan. Ini merupakann aturan yang dimainkan sebagai pusat keistimewaan pada vista klasik atau focal point dari sebuah taman kecil.

5. Garden Boundaries adalah salah satu elemen yang penting dalam sebuah taman. Berfungsi sebagai batas taman dengan area disekitarnya, biasanya berupa pagar yang terbuat dari tanaman, kayu, beton, besi, berupa elemen air. ataupun berupa ha-ha wall yang disebut sebagai invisible barrier.

6. Ground pattern merupakan pola yang diterapkan sebagai penutup tanah, dapat berupa material tanaman seperti rumput atau terbuat dari perkerasan seperti paving. Rumput adalah penutup lahan yang esensial yang berfungsi sebagai pelindung dan dasar yang menonjolkan segala sesuatu yang tumbuh diatasnya dan juga bentukan tanah dibawahnya. Membuat lahan yang berkontur dapat memberikan tindakan besar untuk perlindungan.

Crowe (1981) mengemukakan bahwa taman dapat dibedakan menjadi taman privat dan taman publik. Taman privat adalah taman yang dibuat khusus sesuai dengan keinginan, umur dan kondisi pemiliknya. Setiap orang pada umur yang berbeda untuk membuat sebuah taman privat meminjam dan mengadaptasi dari kejadian masa lalu dan gaya dari taman mewakili dari sebuah kota yang telah dikunjunginya, seringkali mengalami perubahan bentuk ke bentuk lainnya. Taman privat biasanya dimiliki oleh individu tertentu atau pebisnis dan dipergunakan pemiliknya dengan ciptaannya sendiri.

Taman publik atau disebut juga the shared garden adalah taman yang harus digunakan secara bersama oleh banyak orang pada sebuah perumahan disekitar tempat tinggal. Biasanya memiliki kesulitan dan masalah dalam membuat perancangannya. Taman publik yang berhasil adalah taman yang mampu menyediakan masyarakat kota ruang-ruang taman yang dapat dinikmati. Yang menjadi masalah utama pada taman publik adalah sejauh mana kepuasan