• Tidak ada hasil yang ditemukan

ﺮ “ Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak

4. Instrumen Investasi Syariah

Berdasarkan ketentuan dari fatwa DSN No. 40/DSN/MUI/X/2003 maka produk – produk investasi di pasar modal yang sesuai dengan prinsip syariah dapat berupa:

a. Saham

28

Saham menunjukkan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas ( PT ). Pemilik saham suatu perusahaan disebut sebagai pemegang saham, merupakan pemilik perusahaan. Tanggung jawab pemilik perusahaan yang berbentuk PT terbatas pada modal yang disetorkan.

Para ahli fiqh berpendapat bahwa suatu saham dapat dikategorikan memenuhi prinsip syariah apabila kegiatan perusahaan emiten tidak tercakup pada hal – hal yang dilarang dalam syariah islam, seperti:

1) Alkohol 2) Perjudian

3) Produksi yang bahan bakunya berasal dari babi 4) Pornografi

5) Jasa keuangan yang bersifat konvensional 6) Asuransi yang bersifat konvensional

Selain dilihat dari sektor kegiatan usahanya, penilaian kesyariahan suatu saham perusahaan juga harus dilihat dari sisi permodalannya, seperti:

1) Rasio atas utang dan ekuitas (debt to equity rati) 2) Cash & interest bearing securities to equity ratio 3) Rasio atas kas dan asset (cash to asset ratio)

Fatwa diatas telah menentukan bagaimana memilih saham – saham yang sesuai dengan ajaran islam. Dalam perkembangannya

beberapa institusi keuangan telah membuat batasan – batasan untuk kategori saham syariah, Seperti Amerika Serikat melalui Dow Jones Islamic Index, Islamic com, dan di Indonesia dengan Jakarta Islamic Index.

Untuk menetapkan saham – saham yang masuk dalam perhitungan indeks JII dilakukan dengan urutan seleksi sebagai berikut: 1) Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak

bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 (tiga) bulan, kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar.

2) Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau semesteran terakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal 90%.

3) Memilih 60 saham dari saham – saham diatas berdasarkan urutan rata – rata kapitalisasi pasar terbesar selama 1 (satu) tahun terakhir.

4) Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata – rata nilai perdagangan reguler selama 1 (satu) tahun terakhir.

b. Obligasi

Obligasi merupakan surat utang dari suatu lembaga atau suatu perusahaan yang dijual kepada investor untuk mendapatkan dana segar.

Sebagai surat utang, penerbitan obligasi melibatkan perjanjian kontrak yang mengikat antara pihak penerbit (iusser) dengan pihak pembeli pinjaman atau investor (bondholder). Kontrak perjanjian yang

mengikat antara penerbit dengan pihak pemberi pinjaman sebagai investor minimal harus berisi 4 hal :

1) Besarnya tingkat kupon serta periode pembayarannya 2) Jangka waktu jatuh tempo

3) Besarnya nominal 4) Jenis obligasi

Besarnya prosentase pembayaran yang diberikan secara periodik atas pembayaran prosentase tertentu didasarkan atas nilai nominalnya atau disebut pembayaran kupon. Kupon merupakan penghasilan bunga obligasi yang didasarkan atas nilai nominal yang dilakukan berdasarkan perjanjian, biasanya setiap tahun atau setiap semester atau triwulan. Penentuan tingkat kupon obligasi biasa ditentukan berdasarkan tingkat bunga komersial yang sedang berlaku.29

Berdasarkan uraian tersebut maka obligasi adalah produk yang tidak sesuai dengan ajaran islam, karena dalam islam suatu hutang piutang termasuk kegiatan tabarru (kebajikan), sehingga diharamkan untuk mendapatkan sesuatu dari kegiatan tersebut.

Obligasi syariah berbeda dengan obligasi konvensional. Semenjak ada konvergensi pendapat bahwa bunga adalah riba, maka instrumen – instrumen yang mempunyai komponen bunga (interest – bearing instruments) ini keluar dari daftar investasi halal. Karena itu, dimunculkan alternatif yang dinamakan obligasi syariah.

Merujuk kepada Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 32/DSN-MUI/IX/2002, " Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada

29

pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo ".

Pada awalnya, penggunaan istilah "obligasi syariah" sendiri dianggap kontradiktif. Obligasi sudah menjadi kata yang tak lepas dari bunga sehingga tidak dimungkinkan untuk di- syariah-kan.

Namun sebagaimana pengertian bank syariah adalah bank yang menjalankan prinsip syariah, tetap menghimpun dan menyalurkan dana, tetapi tidak dengan dasar bunga, demikian juga adanya pergeseran pengertian pada obligasi. Mulanya dikenal sebagai instrumen fixed income karena memberikan kupon dengan bunga tetap (fixed) sepanjang tenornya. Kemudian dikembangkan juga obligasi dengan kupon bunga mengambang (floating) sehingga bunga yang diterima pemegang obligasi tidak lagi tetap. Dalam hal obligasi syariah, kupon yang diberikan tidak lagi berdasarkan bunga, tetapi bagi hasil atau margin/fee.30

Akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syariah yaitu: a) Mudharabah b) Murabahah c) Salam d) Istishna e) Ijarah

Obligasi syariah sebagai bentuk pendanaan (financing) dan sekaligus investasi (investment) memungkinkan beberapa bentuk struktur

30

yang dapat ditawarkan untuk tetap menghindarkan pada riba. Berdasarkan pengertian tersebut, obligasi syariah dapat memberikan:

1) Bagi Hasil berdasarkan akad Mudharabah/Muqaradhah/Qiradh atau Musyarakah. Karena akad Mudharabah/Musyarakah adalah kerja sama dengan skema bagi hasil pendapatan atau keuntungan, obligasi jenis ini akan memberikan return dengan penggunaan term indicative/expected return karena sifatnya yang floating dan tergantung pada kinerja pendapatan yang dibagihasilkan.

2) Margin/Fee berdasarkan akad Murabahah atau Salam atau Istishna atau Ijarah. Dengan akad Murabahah/Salam/ Isthisna sebagai bentuk jual beli dengan skema cost plus basis, obligasi jenis ini akan memberikan fixed return.

c. Reksadana

Reksadana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal khususnya pemodal kecil yang tidak mengetahui dan tidak memiliki banyak waktu untuk menghitung resiko atas investasi mereka. Reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang mempunyai modal dan keinginan untuk melekukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas.31

31

Tjipto Darmadji dan Hendy MF, Pasar Modal di Indonesia ( Jakarta : Salemba Empat, 2001 ). h. 147.

Menurut undang – undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 27 didefinisikan bahwa Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya dinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi.

Sedangkan Reksadana syariah mengandung pengertian sebagai Reksadana yang pengelolaan dan kebijakan investasinya mengacu pada syariat islam. Yaitu tidak menginvestasikan pada saham – saham atau obligasi dari perusahaan yang pengelolaan atau produknya bertentangan dengan syariat islam.

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 20/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 18 April 2000 tentang Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah telah mendefinisikan tentang reksa dana syariah yaitu reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahib al mal/rabb al mal) dengan Manajer investasi sebagai wakil shahib al mal maupun antara Manajer Investasi sebagai wakil shahib al mal dengan pengguna investasi.

Berdasarkan hal tersebut maka batasan untuk produk – produk yang dapat dijadikan portofolio bagi Reksadana syariah adalah produk – produk investasi sesuai dengan ajaran islam.

Macam – macam Reksadana sesuai kebijakan Investasi meurut peraturan Bapepam adalah :

Reksadana yang hanya melakukan investasi pada Efek bersifat utang dengan jatuh tempo kurang dari 1 (satu) tahun. Reksadana ini mengutamakan investasi pada jenis – jenis efek di Pasar uang dengan orientasi pendapatan jangka pendek.

2). Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds)

Reksadana yang melakukan investasi sekurang – kurangnya 80 % dari aktivanya dalam bentuk Efek bersifat utang. Reksadana ini mengkhususkan pada Efek yang memberikan pendapatan secara tetap.

3). Reksa Dana saham (Growth Funds)

Reksadana yang melakukan investasi sekurang – kurangnya 80% dari aktivanya dalam Efek bersifat Ekuitas. Reksadana ini mengupayakan untuk memperoleh capital gain dalam jangka panjang.

4). Reksa Dana Campuran (Balanced funds)

Reksadana yang melakukan investasi dalam Efek bersifat Ekuitas dan efek bersifat utang yang perbandingan tidak termasuk huruf b dan c diatas. Reksadana ini mengutamakan penganekaragaman jenis efek dengan proporsi yang seimbang antara efek ekuitas dan efek utang.

Instrumen investasi syariah di Indonesia pada saat ini masih dalam tahap tumbuh dan berkembang. Beberapa instrumen investasi

syariah yang ada saat ini dan bisa menjadi outlet investasi bagi asuransi syariah adalah:

a. Investasi ke bank – bank umum syariah seperti BMI, BSM

b. Investasi ke bank umum yang memiliki cabang syariah Seperti BNI Syariah, BRI Syariah, BII Syariah, Danamon Syariah, Bank IFI Syariah dll.

c. Investasi ke BPR Syariah dan Baitul Mal wat Tamwil (BMT)

d. Investasi langsung ke perusahaan yang tidak menjual barang haram atau maksiat dengan sistem mudharabah, wakalah, wadiah dll

e. Investasi ke lembaga keuangan syariah lainnya seperti Reksadana syariah, modal ventura syariah, leasing syariah, pegadaian syariah, obligasi syariah dll.

Jenis investasi syariah yang saat ini diimplementasikan di perusahaan asuransi syariah di Indonesia:

1. Deposito mudharabah, investasi dapat dilakukan di bank syariah 2. Obligasi syariah, yaitu investasi dengan membeli obligasi syariah

yang diterbitkan oleh bank syariah atau lembaga keuangan lain yang berdasarkan prinsip syariah dengan nisbah tertentu.

3. Reksadana syariah, yaitu reksadana yang beroperasi menurut prinsip syariah baik dalam bentuk akad antara shohibul mal dengan Manajer investasi sebagai wakil shohibul mal, maupun antara Manajer investasi dengan pengguna investasi

4. Saham, yaitu dengan membeli saham – saham yang menjadi anggota JII di BEJ

5. Penyertaan langsung, yaitu melakukan penyertaan langsung pada perusahaan yang secara analisis studi kelayakan menguntungkan. 6. Bangunan, dengan membeli aktiva tetap yang kemudian disewakan. 7. Pembiayaan mudharabah, investasi yang dilakukan dengan akad

kerjasama usaha antara shohibul mal dan mudharib dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan.

8. Pembiayaan bai bithaman ajil, investasi dengan akad jual beli barang yang menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati bersama.

9. Hipotik yaitu memberikan pinjaman dalam bentuk hipotik untuk pembiayaan kendaraan bermotor dan rumah.

Departemen keuangan (SK Dirjen No. Kep. 4499/LK/2000 tanggal 11 September 2000) sebagai regulator mengeluarkan peraturan tentang tempat investasi bagi asuransi syariah yaitu:

1) Deposito dan sertifikat deposito syariah

2) Deposito dan sertifikat deposito pada BPRS 10% 3) Sertifikat wadiah bank Indonesia 20%

4) Saham syariah yang tercatat di BEJ 20% 5) Obligasi syariah yang tercatat di BEJ 20%

6) Saham syariah yang tercatat di bursa efek luar negeri 10% 7) Obligasi syariah yang tercatat di bursa efek luar negeri 10%

8) Surat berharga syariah yang diterbitkan/dijaminkan pemerintah 20% 9) Reksadana syariah 20%Investasi langsung 10%

10)Pembiayaan Modal kerja dengan skema mudharabah 10% 11)Bangunan atau tanah dengan bangunan untuk investasi 20% 12)Hipotik/mudharabah 30%

13)Pinjaman polis

Dalam Keputusan Menteri Keuangan terbaru No. 424/KMK.06/2003, jenis investasi yang diperkenankan untuk perusahaan asuransi dan reasuransi dengan prinsip syariah adalah sebagai berikut : a. Deposito berjangka dan sertifikat deposito pada bank, termasuk

deposit on call dan deposito yang berjangka waktu kurang dari atau sama dengan 1 (satu) bulan.

b. Saham yang tercatat di bursa efek.

c. Obligasi dan Medium Term Notes dengan peringkat paling rendah A atau yang setara pada saat penempatan.

d. Surat berharga yang duterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah atau Bank Indonesia.

e. Unit penyertaan reksa dana.

f. Penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek).

g. Bangunan dengan hak strata atau tanah dengan bangunan, untuk investasi.

i. Pembiayaan kepemilikan tanah dan atau bangunan, kendaraan bermotor, dan barang modal dengan skema murabahah (jual beli dengan pembayaran ditangguhkan).

j. Pembiayaan modal kerja dengan skema mudharabah (bagi hasil).

B. ASURANSI SYARIAH

Dokumen terkait