• Tidak ada hasil yang ditemukan

Instrumen Kebijakan Perlindungan dan Pengelolaan Perairan Belawan Belawan

Gambar 2.3. Kategori Air Permukaan di Uni Eropa

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.5. Instrumen Kebijakan Perlindungan dan Pengelolaan Perairan Belawan Belawan

Instrumen Kebijakan Perlindungan Pengelolaan Perairan Pesisir dibuat berdasarkan nilai IPP dan mengacu kepada Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Instrumen ini merupakan anjuran kebijakan perlindungan dan pengelolaan perairan pesisir yang digolongkan kepada kebijakan publik karena memenuhi persyaratan adanya Partisipasi masyarakat (public participation), adanya kerangka kerja policy (Policy frameworks) yang berisi tujuan, nilai-nilai, sumber-sumber pelaku, lingkungan, dan adanya kejelasan kepentingan masyarakat (public interests), dan isi kebijakan serta evaluasinya. Peningkatan nilai indeks perairan pesisir adalah dasar penentuan kebijakan yang dipergunakan dalam perlindungan dan pengelolaan perairan pesisir.

Sebelum menentukan kebijakan yang dianjurkan atau di usulkan, maka dilakukan evaluasi terhadap kebijakan perlindungan dan pengelolaan Perairan Belawan Sumatera Utara. Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi dengan beberapa criteria dengan tipe efektifitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas, dan ketepatan.

Evaluasi terhadap kebijakan perintah dalam aspek lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya alam (perikanan dan mangrove) serta kesejahteraan nelayan.

Tabel 5.28. Evaluasi Terhadap Kriteria Implementasi Kebijakan Perlindungan Dan Pengelolaan Perairan Pesisir Belawan Sumatera Utara.

Tipe Kriteria Pertanyaan Evaluasi Keterangan

Efektivitas Apakah hasil yang

diinginkan telah dicapai ?

Belum. Penerapan program-program pengelolaan pesisir masih belum effektif. Kegiatan pembangunan masih berorientasi kepada pemanfaatan sumber daya alam. Belum mengarah kepada pemeliharaan, pengendalian dan penegakan hukum. Otonomi daerah memberikan peluang terhadap eksploitasi sumberdaya alam, karena mengejar Pendapatan Daerah ( PAD).

Efisiensi Seberapa banyak

usaha diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan

Masih diperlukan usaha dari berbagai aspek.

Usaha yang dilaku kan masih bersifat

sementara, belum permanen dan ber kelanjutan.

Kecukupan Seberapa jauh

pencapaian hasil yang diinginkan memecahkan masalah ?

Belum terukur, Diperlukan IPP untuk

mengukur tingkat kerusakan dan penetapan status perairan. Perataan dan Responsivita s Apakah kebijakan yang ada men-cakup seluruh aspek dan memuaskan kebutuhan masyarakat?

Belum sepenuhnya. Masih banyak kehidupan nelayan yang

dikategorikan tidak sejahtera.

Diperlukan kebijakan yang melingkupi kualitas air,

kesejahteraan nelayan dan potensi sumber daya hayati

Ketepatan Apakah hasil

(tujuan) yang diinginkan benar-benar berguna atau bermanfaat ?

Ya, karena perlindungan dan pengelolaan perairan pesisir akan memberikan keseimbangan komponen pembangunan berkelanjutan.

Untuk itu dibutuhkan kebijakan berdasar kan tingkat nilai indeks dan status perairan yang sesuai dengan kebutuhan.

Kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan pesisir diuraikan sebagai berikut:

1) Pencegahan Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Kebijakan ini diperuntukkan untuk perairan dengan status “sangat baik”, yaitu perairan pesisir yang memiliki range indeks range nilai IPP (89-100). Dalam range indeks tersebut Perairan pesisir pada kondisi berkelanjutan. Perairan pesisir berkelanjutan didefinisikan sebagai perairan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tanpa mengurangi kemampuan generasi di

masa datang. Kondisi ini memberikan gambaran kualitas air, kesejahteraan nelayan dan potensi sumberdaya hayati berstatus “sangat baik”. Pada status sangat baik diinterpretasikan seluruh komponen terkait pembangunan pesisir memenuhi standard kualitas yng diharapkan. Oleh sebab itulah dibutuhkan pencegahan terjadinya penurunan kualitas. Pencegahan dilaksanakan dengan menerapkan instrumen pencegahan pencemaran yang mengacu kepada Undang-undang No.32 Tahun 2009 yaitu Kajian Lingkungan Hidup Strategis, tata ruang, bakumutu lingkungan, perizinan, analisis risiko lingkungan, criteria baku kerusakan lingkungan hidup, Amdal, UK-UPL, audit lingkungan hidup. Selain itu didampingi dengan melakukan pengawasan dan pemantauan terus menerus.

2) Pemeliharaan dan Pengembangan Potensi Internal

Kebijakan ini diperuntukkan terhadap perairan dengan status “baik” dengan range nilai

IPP (65–88). Sesuatu yang sudah mencapai standard kualitas yang diharapkan namun masih

terdapat beberapa komponen internal yang berpeluang mengalami ancaman penurunan kualitas. Pemeliharaan perairan pesisir dilakukan dengan konservasi dan pencadangan sumber daya hayati dan non hayat perairan pesisir. Konservasi yang dilakukan meliputi perlindungan sumber daya pesisir dan pemanfaatan secara lestari. Dengan melakukan peningkatan kualitas pengawasan dan pemantauan yang memanfaatkan kekuatan internal terhadap komponen indeks yang mengalami ancaman guna meningkatkan kinerja mencapai kondisi berkelanjutan.

3) Penanggulangan Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup

Kebijakan ini diperuntukkan untuk perairan dengan status “sedang” dengan range nilai indeks (41-68). Status ini menggambarkan terjadinya kondisi ketidakpastian terhadap komponen-komponen kualitas air, kesejahteraan nelayan dan poetensi sumber daya hayati. Dengan meminimalkan kelemahan dan kendala internal merupakan pengendalian komponen indeks menjadi lebih seimbang.

Penanggulangan pencemaran dan kerusakan perairan pesisir dilakukan dengan memberikan informasi kondisi perairan kepada stake holder sehingga dapat diketahui tingkat pencemaran dan kerusakan yang terjadi. Pengisolasian zona atau lokasi yang terkena pencemaran dan atau kerusakan, penghentian sumber pencemaran dan atau kerusakan. Dengan meningkatkan kapasitas pengendalian terhadap komponen yang tidak memenuhi syarat merupakan upaya penghindaran pencemaran dan kerusakan akan lebih lanjut.

4) Perbaikan dan Pemulihan

Kebijakan yang diperuntukkan terhadap perairan dengan status “buruk” dengan range

nilai IPP (15–40). Walaupun belum mencapai titik kritis namun program yang diterapkan

hendaknya dapat memperbaiki kondisi perairan pesisir secara maksimal.

Pemulihan fungsi lingkungan hidup dilakukan dengan penghentian kegiatan yang diidentifikasi sebagai sumber pencemaran dan kerusakan, remediai, rehabilitasi dan restorasi.

Dengan melakukan perbaikan dan pemulihan komponen yang menyebabkan rendahnya IPP,

sehingganilai indeks dapat ditingkatkan secara bertahap.

5) Perombakan Sistem dan Relokasi

Kebijakan ini diperuntukkan terhadap perairan dengan status “sangat buruk” yaitu

terhadap range nilai IPP (0-14). Tujuannya adalah menata kembali seluruh sistem pesisir

dengan melakukan relokasi kegiatan yang menjadi sumber pencemar perairan sehingga fungsi lingkungan perairan pesisir dapat dimanfaatkan kembali.

Kebijakan diatas merupakan tindak lanjut dari identifikasi nilai dan penyebab rendahnya Indeks Perairan Pesisir.

Secara keseluruhan hubungan IPP-Status perairan dan kebijakan pencapaian perairan

 

Dokumen terkait