• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PASAR MODAL DI INDONESIA

3. Instrumen Pasar Modal

Instrumen pasar modal dalam konteks praktis lebih banyak dikenal dengan sebutan sekuritas. Sekuritas (securities), atau juga disebut efek atau surat berharga, merupakan aset finansial (financial asset) yang menyatakan klaim keuangan. Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 mendefinisikan efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivative dari

7

Murdifin Haming dan Salim Basalamah, Studi Kelayakan Investasi: proyek dan bisnis (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 357.

8

Murdifin Haming dan Salim Basalamah, Studi Kelayakan Investasi: proyek dan bisnis (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 357.

50

efek.9 Jenis sekuritas di pasar modal Indonesia dikelompokkan dalam: (1) sekuritas di pasar ekuitas, (2) sekuritas di pasar obligasi, (3) sekuritas di pasar derivative, dan (4) reksa dana. Pada bagian ini hanya akan di bahas sekuritas pada pasar ekuitas. Sekuritas yang diperdagangkan di pasar bersifat ekuitas Indonesia adalah saham baik saham biasa maupun saham preferen serta bukti right dan waran.

Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas sebuah perusahaan yang melakukan penawaran umum (go public) dalam nominal ataupun persentase tertentu. Para pemegang andil merupakan pemilik perusahaan yang bisa menikmati keuntungan perusahaan sebanding dengan modal yang disetorkannya. Selain dari dividen yang dapat diperoleh para pemegang saham, nilai keuntungan yang merupakan selisih positif harga beli dan harga jual saham juga merupakan benefit selanjutnya yang dapat dinikmati oleh para pemegang saham. Selain manfaat yang bersifat finansial, para pemegang saham (stock holder) juga memiliki benefit yang bersifat nonfinansial, yaitu hak suara dalam aktivitas perusahaan.10 Jenis saham yang beredar pada pasar modal Indonesia diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Saham biasa (common stock) menyatakan kepemilikan suatu perusahaan. Saham biasa adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu

9

Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 30.

10

Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal syariah (Jakarta: Kencana, 2008), h. 60.

perusahaan. Apabila seorang investor memiliki 1 juta lembar saham biasa suatu perusahaan dari total saham biasa yang berjumlah 100 juta lembar, maka ia memiliki 1% perusahaan tersebut. 11

2. Saham preferen (preferred stock) merupakan satu jenis sekuritas ekuitas yang berbeda dalam beberapa hal dengan saham biasa. Dividen pada saham preferen biasanya dibayarkan dalam jumlah tetap dan tidak pernah berubah dari waktu ke waktu. Seperti yang disebut dengan istilah preferred (diutamakan12), pembagian dividen kepada pemegang saham preferen lebih didahulukan sebelum diberikan kepada pemegang saham biasa.13

3. Bukti right atau disebut right saja merupakan sekuritas yang memberikan hak kepada pemegang saham lama untuk membeli saham baru perusahaan pada harga yang telah ditetapkan selama periode tertentu. Dari pengertian itu, bukti right juga dikenal dengan sebutan Hak Memesan Efek Terdahulu (HMETD). Bukti right diterbitkan melalui penawaran umum terbatas (right issue). Keputusan penawaran umum terbatas ditetapkan dalam RUPS. Dalam penawaran umum terbatas, perusahaan tidak menjual saham barunya kepada masyarakat umum melainkan menawarkannya kepada para pemegang

11

Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 32.

12

Arti kata preffered dalam buku Nurul Huda dan Mustafa Edwin, Investasi Pasar Modal Syariah, h. 60 adalah dilebihkan, namun arti yang sebenarnya atau lebih tepat digunakan adalah diutamakan.

13

Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 36.

52

sahamnya dengan maksud untuk menjaga proporsi kepemilikan.14

4. Seperti bukti right, waran (warrant) adalah hak untuk membeli saham pada waktu dan harga yang sudah ditentukan sebelumnya. Keputusan perusahaan menjual waran ditetapkan pada waktu RUPS. Seperti bukti right, perusahaan yang menerbitkan waran harus telah mencatatkan sahamnya di bursa efek karena nantinya mungkin dikonversi oleh pemegang waran. Tetapi berbeda dengan right issue, waran biasanya dijual bersamaan dengan sekuritas lain misalnya obligasi atau saham. Tidak juga seperti bukti right yang memiliki periode perdagangan yang singkat hanya beberapa minggu, periode perdagangan waran adalah jangka panjang, umumnya antara 3 sampai dengan 5 tahun. BEI mengatur bahwa waran yang diperdagangkan di bursa adalah waran yang pada saat mulai diperdagangkan memiliki masa berlaku sekurang-kurangnya 3 tahun dan pelaksanaan haknya tidak dapat dilakukan lebih cepat dari 6 bulan terhitung sejak waran diterbitkan.15

Sedangkan efek yang diperdagangkan dalam pasar modal syariah hanya yang memenuhi kriteria syariah seperti saham syariah, obligasi syariah, dan reksa dana syariah. Jenis efek syariah juga mencakup Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) Syariah, dan surat berharga lainnya yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

14

Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), 37.

15

Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 39.

Prinsip-prinsip syariah di pasar modal berdasarkan fatwa No. 40/DSN-MUI/X/2003 adalah prinsip-prinsip yang didasarkan atas ajaran Islam yang penetapannya dilakukan oleh DSN-MUI, baik ditetapkan dalam fatwa ini maupun dalam fatwa terkait lainnya. Sedangkan efek syariah adalah sebagaimana dimaksud Undang-undang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya yang akad, cara, dan kegiatan usaha yang menjadi landasan penerbitannya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di pasar modal.16

Menurut Pontjowinoto,17 ada beberapa prinsip dasar transaksi menurut syariah dalam melaksanakan investasi keuangan, yakni:

1. Transaksi dilakukan hendaknya atas harta yang memberikan nilai manfaat dan menghindari setiap transaksi yang zalim. Setiap transaksi yang memberikan manfaat akan dilakukan bagi hasil atas usaha.

2. Uang sebagai alat pertukaran, bukan komoditas perdagangan di mana fungsinya adalah sebagai alat pertukaran nilai yang menggambarkan daya beli suatu barang atau harta. Sedangkan manfaat atau keuntungan yang ditimbulkannya berdasarkan atas pemakaian barang atau harta yang dibeli dengan uang tersebut.

16

Peraturan Bapepam-LK No. IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah. 17

Iwan Pontjowinoto, Investasi Keuangan Secara Syariah, makalah Seminar Investasi Pasar Modal Menurut Syariah, dalam Abdul Mannan, Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah (Jakarta: Kencana, 2009), h.221.

54

3. Setiap transaksi harus transparan, tidak menimbulkan kerugian atau unsur penipuan di salah satu pihak, baik secara sengaja maupun secara tidak sengaja. Diharamkan praktik insider trading.

4. Risiko yang mungkin timbul harus dikelola secara hati-hati, sehingga tidak menimbulkan risiko yang lebih besar atau melebihi kemampuan menanggung risiko (maysir).

5. Transaksi dalam syariah Islam yang mengharapkan hasil, setiap pelaku harus bersedia menanggung risiko.

6. Manajemen yang diharapkan adalah manajemen islami yang tidak mengandung unsur spekulatif dan menghormati hak asasi manusia serta menjaga lestarinya lingkungan hidup.

Tindakan dalam transaksi efek yang tidak sesuai prinsip syariah adalah sebagai berikut:18

1. Tadlis, yaitu tindakan menyembunyikan informasi oleh pihak penjual dengan tujuan untuk mengelabui pihak pembeli. Bai’ ini diharamkan berdasarkan sabda Nabi.19

18Iggi Achsien, “

Pengantar Landasan Fikih Pasar Modal”, Dalamhandbook Sekolah Pasar Modal Syariah Tahun 2011 PT Bursa Efek Indonesia, h. 47.

19Yusuf Al Subaily, “Fiqh Perbankan Syariah: Pengantar Fiqh Muamalat dan Aplikasinya

Dalam Ekonomi Modern” dalam marhamahsaleh.files.wordpress.com/2010/.../fiqh-muamalah- kontemporer.pdf

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi melewati setumpuk tepung gandum yang dijual, lalu Beliau memasukkan tangannya ke dalam tumpukan tersebut ternyata bagian dalamnya basah, Beliau bertanya, "Apa ini hai penjual tepung?", ia menjawab, "Terkena hujan wahai Rasulullah", lalu Beliau bersabda, "Mengapa engkau tidak meletakkannya di bagian atas sehingga orang dapat melihatnya. Sesungguhnya orang yang menipu tidak termasuk golonganku". HR. Muslim.

2. Taghrir, yaitu upaya mempengaruhi orang lain, baik dengan ucapan maupun tindakan yang mengandung kebohongan agar orang lain terdorong untuk melakukan transaksi. Hal ini sesuai dengan hadis nabi riwayat Muslim dari Abu Hurairah di bawah ini.20

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, Rasulullah s.a.w melarang jual beli hashah dan jual beli yang mengandung gharar” (HR.

Muslim).

20

56

3. Najsy, yaitu upaya menawar barang dengan harga yang lebih tinggi oleh pihak yang tidak bermaksud membelinya, untuk menimbulkan kesan banyak pihak yang berminat membelinya (penawaran palsu). Hal ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, yaitu:21

“Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a bahwa Rasulullah s.a.w. melarang (untuk) melakukan najsy (penawaran palsu).” (H.R Bukhari).

4. Ikhtikar, yaitu upaya membeli suatu barang yang sangat diperlukan masyarakat pada saat harga mahal dan menimbunnya dengan tujuan untuk menjual kembali pada saat harga lebih mahal. Hal ini didukung oleh hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, yaitu:22

21

Fatwa DSN No. 40/DSN-MUI/X/2003, h. 3. 22

5. Ghisy, merupakan salah satu bentuk tadlis yaitu penjual menjelaskan atau memaparkan keunggulan atau keistimewaan barang yang dijual tetapi menyembunyikan kecacatannya.

6. Ghabn Fahisy, yaitu ghabn (ketidakseimbangan antara dua barang dipertukarkan dalam suatu akad) tingkat berat, seperti jual beli atas barang dengan harga jauh di bawah pasar.

7. Bai‟ Al Ma‟dum, yaitu jual beli yang objeknya tidak ada pada saat akad.

Hal ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, al- Tirmidzi, dan al-Nasa’I, yaitu:23

“Nabi SAW melarang pembelian ganda pada satu transaksi

pembelian” (HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, dan al-Nasa‟i).

8. Bai‟ al Maksyuf, yaitu jual beli secara tunai atas efek padahal penjual

tidak memiliki efeknya. Hal ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Baihaqi dari Hukaim bin Hizam, yaitu:24

23

Fatwa DSN No. 40/DSN-MUI/X/2003, h. 3. 24

58

“Tidak boleh menjual sesuatu hingga kamu memilikinya” (HR

Baihaqi dari Hukaim bin Hizam).

Dokumen terkait