• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes akhir (post test) kemampuan berpikir kreatif matematis siswa berbentuk uraian. Tes uraian disusun berdasarkan konsep tes berpikir kreatif yang memenuhi indikator berpikir lancar, luwes, orisinil, dan berpikir rinci.

Agar memperoleh data yang valid, instrumen atau alat mengevaluasi harus valid. Oleh karena itu, sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen hasil 26

belajar terlebih dahulu diuji cobakan pada tingkat yang lebih tinggi untuk mengukur validitas dan reliabilitasnya.

1. Validitas

Validitas atau kesahihan berasal dari kata validity yang berarti sejauhmana ketetapan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Dengan kata lain, validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauhmana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur.23 Tes disebut valid apabila memiliki tingkat ketepatan yang tinggi dalam mengungkap aspek yang hendak diukur.

Pengujian validitas pada instrumen dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson dengan rumus24:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

r : Koefisien korelasi antara pendekatan RME dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

n : Banyaknya siswa x : Skor item soal y : Skor total

Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal , maka harus mengetahui hasil perhitungan rhit, serta membandingkan rhit dengan rtabel Product Moment dimana df=n-2 dengan Jika hasil perhitungan , maka soal tersebut valid. Jika hasil penelitian maka soal tersebut dinyatakan

tidak valid (drop).

23

Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), Cet. 1, h. 138.

24

V. Wiratna Sujarweni, Poly Endrayanto, Statistika untuk Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), Cet. 1, h. 177.

Adapun hasil perhitungan validitas uji coba instrumen sebagai berikut:

Tabel 3.2

Hasil Perhitungan Validitas Uji Coba Instrumen

No. Indikator rtabel rhit Keterangan

1a. Fluency 0,355 0,4 Valid

1b. Originality 0,355 0,55 Valid

2a. Flexibility 0,355 0,34 Drop

2b. Flexibility 0,355 0,61 Valid

2c. Flexibility 0,355 0,21 Drop

2d. Flexibility 0,355 0,53 Valid

3a. Fluency 0,355 0,44 Valid

3b. Flexibility 0,355 0,45 Valid

3c. Elaboration 0,355 0,46 Valid

4a. Fluency 0,355 0,62 Valid

4b. Elaboration 0,355 0,45 Valid

4c. Elaboration 0,355 0,49 Valid

Hasil perhitungan uji coba validitas instrumen menunjukkan:

- Fluency (berpikir lancar) yang dinyatakan valid dan dipakai pada soal instrumen sebanyak 3 soal,

- Flexibility (berpikir luwes) yang dinyatakan valid dan dipakai pada soal instrumen sebanyak 3 soal,

- Originality (berpikir orisinil) yang dinyatakan valid dan dipakai pada soal instrumen sebanyak 1 soal, dan

- Elaboration (berpikir rinci) yang dinyatakan valid dan dipakai pada soal instrumen sebanyak 3 soal.

2. Reliabilitas

Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya.25 Sebuah tes hasil belajar dapat dikatakan reliabel apabila hasil-hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulang kali terhadap subjek yang sama senantiasa menunjukan hasil yang relatif sama atau sifatnya ajeg atau stabil. Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan. Jika nilai Alpha > 0,60 maka reliabel26. Cara yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach27 yaitu:

                 2 2 1 1 t b k k r   Keterangan :

r : Koefisien reliability instrument k : Banyaknya butir pertanyaan

2

b

 

: Total varians butir 2

t

 : Total varians

Hasil perhitungan reliabilitas uji coba instrumen diperoleh rhitung sebesar 0,609 , maka dapat dikatakan instrumen yang diberikan reliabel.

3. Taraf Kesukaran

Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik, khususnya dalam hal tingkat kesukaran soal adalah adanya keseimbangan di samping memenuhi validitas dan reliabilitas. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar secara

25

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. 17, h. 16.

26 Sujarweni, op. cit., h. 186.

27

Ibid.

proporsional.28 Bilangan yang menunjukkan sukar, sedang, dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Idealnya tingkat kesukaran soal sesuai dengan kemampuan peserta tes, sehingga diperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai alat perbaikan atau peningkatan program pembelajaran.

Menurut Harun Rasyid, Formula yang digunakan untuk mengidentifikasi tingkat kesukaran soal yaitu29:

∑ Keterangan:

: Tingkat kesukaran

∑ : Jumlah skor butir i yang dijawab oleh kelompok atas dan bawah : Skor maksimum

: Jumlah siswa kelompok atas dan bawah

Tolak ukur untuk menginterpretasikan taraf kesukaran tiap butir soal adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Klasifikasi Interpretasi Taraf Kesukaran

Nilai Pi Interpretasi

Pi≤ 0,30 Sukar

0,30 < Pi≤ 0,70 Sedang

Pi> 0,70 Mudah

Dari hasil uji coba instrumen yang telah dilakukan kelas VIII.3 SMP Negeri 75 Jakarta, diperoleh soal dengan interpretasi mudah, sedang, dan sukar seperti yang terlihat pada Tabel 3.4:

28 Harun Rasyid, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h. 240 29 Ibid, h. 241

Tabel 3.4

Rekapitulasi Taraf Kesukaran Uji Coba Instrumen

No. Soal Nilai Pi Interpretasi

1 A 0,6 Sedang B 0,45 Sedang 2 A 0,87 Mudah B 0,71 Mudah C 0,58 Sedang D 0,44 Sedang 3 A 0,65 Sedang B 0,69 Sedang C 0,65 Sedang 4 A 0,06 Sukar B 0,08 Sukar C 0,07 Sukar

Dari soal yang diujikan, maka diperoleh:

- Soal dengan interpretasi mudah sebanyak 2 soal, yaitu 2.a dan 2.c.

- Soal dengan interpretasi sedang yaitu sebanyak 7 soal, yaitu 1.a, 1.b, 2.b, 2.d, 3.a, 3.b dan 3.c.

- Soal dengan interpretasi sukar yaitu sebanyak tiga soal, yaitu 4.a, 4.b dan 4.c.

4. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta tes yang pandai (prestasi tinggi) dengan peserta tes yang kurang pandai (prestasi rendah). Suryabrata mengatakan, tujuan pokok mencari daya beda ialah untuk menentukan apakah butir soal tersebut memiliki kemampuan membedakan kelompok dalam aspek yang diukur, sesuai dengan perbedaan yang

ada pada kelompok tersebut.30 Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan antara peserta didik yang menguasai kompetensi dengan peserta didik yang kurang menguasai kompetensi. Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal digunakan rumus:31

Keterangan:

D : Indeks daya pembeda butir soal

∑ : Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas ∑ : Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok bawah

: Jumlah peserta tes pada kelompok atas : Jumlah peserta tes pada kelompok bawah

Tolak ukur untuk menginterpretasikan daya pembeda tiap butir soal digunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.5

Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda

Nilai D Interpretasi Sangat jelek Jelek Cukup Baik Sangat baik 30

Rasyid, op. cit., h. 245.

31

Ibid., h. 250.

32

Dari hasil uji coba instrumen, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.6

Rekapitulasi Daya Pembeda Uji Coba Instrumen

No. Soal Nilai Dp Interpretasi

1 A 0,319 Cukup B 0,187 Jelek 2 A 0,162 Jelek B 0,448 Baik C 0,258 Cukup D 0,411 Baik 3 A 0,249 Cukup B 0,267 Cukup C 0,249 Cukup 4 A 0,109 Jelek B 0,067 Jelek C 0,081 Jelek

Dari soal yang diujikan, maka diperoleh:

- Soal dengan interpretasi daya pembeda jelek sebanyak 5 soal, yaitu 1.b, 2.a, 4.a, 4.b dan 4.c.

- Soal dengan interpretasi daya pembeda cukup yaitu sebanyak 5 soal, yaitu 1.a, 2.c, 3.a, 3.b dan 3.c.

- Soal dengan interpretasi daya pembeda baik yaitu sebanyak 2 soal, yaitu 2.b dan 2.d.

Dokumen terkait