• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam memperoleh data penelitian ialah berupa lembar kuesioner/angket, buku pedoman, catatan dokumentasi sebagai pendukung dalam penelitian ini.

1. Lembar kuesioner/angket, berisi daftar pertanyaan oleh peneliti yang akan diberikan kepada informan

2. Pedoman penelitian adalah suatu pegangan untuk peneliti agar lebih terarah sesuai sistematika yang telah ditentukan, dalam hal ini adalah buku panduan proposal oleh program studi Pendidikan Sosiologi

3. Catatan dokumentasi adalah data pendukung yang dikumpulkan sebagai penguatan yang berupa gambar, grafik, data angka, atau dokumen lainnya yang sesuai dengan kebutuhan peneliti.

G. Tehnik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Teknik observasi boleh dikatakan merupakan keharusan dalam pelaksanaan penelitian kualitatif. Hal ini disebabkan karena banyaknya fenomena sosial yang tersamar ataukasat mata, yang sulit terungkap bilamana hanya digali melalui wawancara. Metode ini merupakan pencatatan dan pengamatan secara sistematik terhadap fenomena- fenomena yang ada di tempat penelitian. Metode ini juga digunakan untuk

mendapatkan data yang bersifat fisik, yang tidak dapat di peroleh dengan cara interview

2. Wawancara

Interview atau wawancara merupakan alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari interview adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (intervier) dan sumber informasi (interview).

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, transkip, surat kabar, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.

H. Teknik Analisis Data

Analisa data dalam penelitian adalah proses mencari dan menyusun data secara stematis yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unti-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajar, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain, supaya mudah di fahami dan dimengerti.

Menurut Moelong (1989) dalam buku metodologi penelitian kualitatif (Salim

& Syahrum 2012), Analisis data dimaksudkan untuk mentukan unsur-unsur atau bagian-bagian yang berisikan kategori yang lebih kecil dari data penelitian.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data

berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data pada saat tertentu. Aktivitas dalam analisis data, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Alur pertama adalah reduksi data, yaitu proses pemilihan dan pemusatan perhatian penelitian melalui seleksi yang ketat terhadap fokus yang akan dikaji lebih lanjut. Tujuan akhir reduksi tersebut untuk memahami data yang telah dikumpulkan dan memikirkan peluang-peluang pengumpulan data berikutnya.

Begitu seluruh data yang diperlukan telah selesai dikumpulkan, semuanya dianalisis lebih lanjut dan lebih intensif meliputi kegiatan pengembangan sistem kategori pengkodean, penyortiran data dan penyajian data.

Alur kedua adalah penyajian data, dalam penyajian data ini seluruh data-data di lapangan yang berupa dokumentasi, hasil observasi dan hasil wawancara akan dianalisis.

Alur ketiga adalah menarik kesimpulan atau verifikasi, tahap ini merupakan tahap terakhir dalam analisis data. Peneliti berusaha mencari makna dalam setiap fokus penelitian. Selanjutnya ditarik kesimpulan untuk masing-masing fokus tersebut, tetapi dalam suatu kerangka yangbersifat komprehensif.

I. Tehnik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data adalah proses mengtringulasikan tiga data yang terdiri dari data observasi, wawancara, dan dokumen. Dalam setiap penelitian diperlukan suatu kebenaran atau keabsahan data agar penelitian memenuhi kriteria validalitas dan reabilitas.Alat yang digunakan untuk menguji keabsahan data yang terdiri dari triangulasi sumber, triangulasi waktu, triangulasi teori, dan triangulasi

pakar. Keabsahan data initermasuk dalam cross chek karena data yang di peroleh lebih terjamin dan factual sesuai dengan fenomena yang terjadi di lapangan.

a. Triangulasi sumber, artinya keabsahan data yang diperoleh agar mendapatkan informasi yang sesuai maka peneliti melakukan perbandingan melalui pengecekan ulang terhadap suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Agar memperoleh data yang berbeda dan hasil yang akurat maka peneliti melakukan wawancara terhadap narapidana di Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa Gowauntuk keabsahan informasi.

b. Triangulasi metode, peneliti melakukan penelitian untuk melengkapi kekurangan informasi yang diperoleh dengan cara ricek cross cek kepercayaan data kepada sumber yang sama dengan metode tertentu. Peneliti membandingkan melalui data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, kemudian diperkuat dengan dokumentasi dan melalui teoriteori yang terkait dengan tema penelitian yakni Solidaritas sosial petani rumput laut terhadap pemenuhan nafkah rumah tangga masyarakat Biringkassi Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto.

c. Triangulasi waktu, waktu yang digunakan untuk menguji keabsahan data dengan melakukan pengamatan dan wawancara dalam waktu dan situasi yang berbeda. Tujuan dari triangulasi waktu adalah untuk mengetahui keakuratan data yang diperoleh selama wawancara dan observasi lapangan.

J. Etika Penelitian

Etika Penelitian adalah Standar tata perilaku peneliti selama melakukan penelitian dan menyusun desain penelitian , mengumpulkan data lapangan (melakukan wawancara, Observasi dan pengumpulkan data dokumen ) menyusun laporan penelitian hingga mempublikasikan hasil penelitian.

Adapun Etika penelitian yang di terapkan dalam penelitian ini yaitu :

1. Peneliti Meminta Izin terlebih dahulu kepada pemerintah Desa terkait apa yang akan dilakukan selama proses penelitian

2. Meminta Izin terlebih dahulu kepada calon informan untuk melakukan wawancara dan menjelaskan tujuan penelitian ini dilakukan

3. Meminta izin kepada informan ketika akan melakukan wawancara sambil observasi dan mengumpulkan dokumentasi melalui camera atau HP

4. Menjaga Kerahasiaan informan jika informan merasa sensitive

BAB IV

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Jeneponto

Pada zaman dahulu Jeneponto merupakan suatau kerajaan lokal yang besar, yang merupakan kerajaan yang berdiri sendiri dan mamiliki 3 kerajaan besar antara lain. Arungkeke, Binamu dan Bangkala. Hanya saja yang paling unik dari 3 kerajaan itu ialah kerajaan Binamu sebab walaupun pada awalnya ikut pada Gowa kemudian Bone pada akhirnya dia menjadi otonomi dan menjadi kecil yang berdiri sendiri.

Pribadi masyarakat Binamu di desa Biringkassi percaya bahwa ketika Sriwijaya/Majapahit? Yang pasti orang Binamu di desa Bringkassi mengenalnya sebagai Karaeng Jawa ( masih terjadi perdebatan ) menguasai atau menaklukkan kerajaan Bantaeng atau Bonthain, terlebih tahulu kapal mereka berlabu di pelabuhan Binamu yang dulunya bernama Allu, tempat berlabu tentara Jawa tersebut bernama Babana Binamu , mereka di terima oleh raja Binamu ( Karaeng Allu ) dan di beri beberapa hekter tanah untuk menerap, tempatnya sekarang menjadi daerah nelayan.

Teryata dari situlah kerajaan Majapahit/Sriwijaya? Mengatur strategi menyerang Bantaeng, dan akhirnya Bantaeng kalah dan di jadikan daerah taklukkan Sriwijaya/Majapahit? Yang mesti membayar upeti.

Setelah menaklukkan Binamu tetapi terjadi negosiasi dimana dalam proses penaklukkan tisak dengan perang tapi adu Tubarani (Pasempa).

51

Maka disepakatilah hal tersebut, jika Sriwijaya/Majapahit? Kalah maka dia harus sesegera maninggalkan Binamu tapi jika Binamu kalah, Binamu akan membayar upeti seperti halnya Bantaeng.

Dalam hal adu Tubarani ternyata Tubarani Binamu menang maka Sriwijaya/Majapahit? Akhirnya meninggalkan Binamu , hal inimlah yang di peringati tiap bulan sapar setiap tahunnya di Binamu sebagai hari jadi dan kemenangan, dalam acara tersebut diadakan acara pasemba (adu manusia) selama 7 malam dan juga arak-arakkan benda pusaka, serta ditampilkan beberapa budaya tradisional. Seperti halnya yang ada di desa Bringkassi ini salah satu desa yang sangat menjujung tinggi kebudayaan pada masa kerajaan tersebut.

Gambar : 4.1 Administrasi Kabupaten Jeneponto

Sumber : Peta Kabupaten Jeneponto

B. Sejarak Kecamatan Bimanu kecamatan Jneponto

Kecamatan Binamu awalnya adalah sebuah wilayah-wilayah kekuasaan kecil yang disebut Kareang dengan penguasa bergelar Kare. Kareang-kareang yaitu Kareang Layu di Layu, Kareang Kalomporo di Tana Toa, Kareang Tina’ro di Tina’ro, Kareang Balang di Balang, Kareang Manjangloe di Manjangloe, Kareang Ballarompo di Ballarompo, dan Kareang Tolo di Tolo. Wilayah-wilayah ini kemudian menjadi bawahan dari Kerajaan Gowa. Pada tahun 1600 M, semua wilayah ini bersatu menjadi sebuah negeri yang disebut Turatea dan melepaskan diri dari kekuasaan raja Kerajaan Gowa. Pemerintahan di negeri Turatea diatur ulang, sehingga berdirilah kerajaan-kerajaan kecil di wilayah Jeneponto dengan wilayah dan raja pertamanya merupakan para Kare yang menguasai wilayah Kareang. Kerajaan Binamu akhirnya dibentuk oleh Kareang Layu.

Wilayah Kerajaan Binamu awalnya hanya berada di lembah Tamanroya yang berpusat di Layu. Wilayahnya kemudian meluas hingga mencakup dua sungai besar yaitu Sungai Jeneponto dan Sungai Tamanroya. Wilayah ini dipimpin oleh para penguasa yang disebut To’do’

Appaka’. Wilayahnya terdiri dari Bangkala Loe, Layu, Batujala, dan Lentu’.

Keempat penguasa ini kemudian bersatu dan mengadakan musyawarah untuk memilih raja yang bergelar Tumanurung.[7] Kerajaan Binamu kemudian berkuasa di wilayah Kabupaten Jeneponto bagian timur.

Wilayahnya merupakan lembah yang subur.[2] Wilayah Kerajaan Binamu semakin meluas setelah Kerajaan Arungkeke

Wilayah Bontorappo bergabung ke dalam kekuasannya. Kerajaan Bi namu membagi pemerintahan menjadi kelompok palili dan wanua. Palil m erupakan wilayah yang diperintah oleh bawahan raja, sedangkan wanua di perintah secara langsung oleh raja. Wilayah palili yaitu Sidenre, Balang, B alang Toa, Sapanang, Cinnong, dan Tonrokassi. Wilayah wanua meliputi Ujung , Palajau, Bulo-Bulo,

Pattallasang, Jombé, Paitana, Arungkeke, Togo-togo,

Bontorappo, Pao, Binamu , Tino, Tonra, Rumbia, dan Tolo Pada awal abad ke-20, Kerajaan Binamu menjadi kerajaan adat yang dipimpin oleh raja ke-17 yang bernama Sanre Daeng Nyikko (1900-1911). Setelahnya Kerajaan Binamu dipimpin oleh Langke Daeng Lagu (1911-1921), I Lompo Daeng Gassing (1921-1923), Maggau Daeng Sanggu (1923-1929), dan Haji Mattewakkang Daeng Radja (1929 -1946).

Wilayah kerajaan Binamu berada di antara Sungai Jeneponto di sebelah timur dan Sungai Tamanroya di sebelah barat. Wilayah bagian selatan dari Kerajaan Binamu merupakan perbukitan dengan tanah yang kurang subur. Di wilayah dengan dataran rendah, masyarakat bekerja sebagai petani padi, sedangkan di wilayah pesisir pantai, masyarakat bekerja sebagai nelayan. Para raja dari Kerajaan Binamu memiliki kekuasaan yang dipengaruhi oleh Kerajaan Gowa, Kerajaan Tallo, Kerajaan Sanrobone, dan Kerajaan Marusu. Kerajaan Binamu juga mempengaruhi kerajaan-kerajaan kecil di wilayah Jeneponto, yaitu Kerajaan Garassi, Kerajaan Binamu , Kerajaan Sapanang, Kerajaan Arungkeke, dan Kerajaan

Kalimporo. Selain itu, Kerajaan Binamu juga menjalin hubungan persahabatan dengan Kerajaan Bangkala. Setelah Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo kehilangan pengaruh kekuasaan akibat kekalahan dalam Perang Makassar pada tahun 1667, Kerajaan Binamu bersekutu dengan Kerajaan Bone. Kerajaan Binamu juga mulai memiliki pengaruh kekuassan di wilayah Kerajaan Bangkala.

C. Keadaan Sosial

Karakteristik sosial ekonomi masyarakat pesisir yaitu bahwa sebagian besar pada umumnya masyarakat pesisir bermata pencarian di sektor kelautan seperti nelayan, pembudidayaan ikan, penambangan pasir dan transportasi laut. Dari segi tingkat pendidikan masyarakat pesisir sebagian besar masih rendah.

Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat meliputih bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih di pngaruhi sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang di tinggal dan melakukan aktifitas sosial ekonomi yang berkaitan dangan sumber daya wilayah pesisir dan lautan. Dengan demikian, secara sempit masyarakat pesisir memiliki ketergantugan yang cukup tinggi dangan potensi dan kondisi sumber daya pesisir dan laut. Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang teridiri dari nelayan, pembudidaya ikan, pedagang ikan, dan lain sebagainya, yang hidup bersama mendiam

wilaya pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas yang terkait dengan ketergntugan pada pemanfaatan sumber daya pesisir.

Karakteristik sosial ekonomi masyarakat pesisir yaitu sebagian besar pada umumnya masyarakat pesisir bermata pencarian di sektor kelautan seperti nelayan. Pembudiday ikan, penambangn pasir, dan transportasi lain. Dari segi tingkat pendidikan masyarakat pesisir sebagian besar masih rendah. Serta kondisi lingkungan pemukiman masyarakat pesisir, khususnya nelayan masih belum tertata dengan baik. Dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang relative berada tingkat kesejahteraan rendah, maka dalam jangka panjang terkena terhadap sumberdaya pesisir akan semakin besar guna pemenuhan kebutuhan masyarakat pesisir.

Masyarakat yang ada di desa Bringkassi sebagian besar berprofesi sebagai nelayan yang di peroleh secara turun-temurun dari nenek moyang mereka. Masyarakat nelayan terbentuk mengikuti sifat dinamis sumberdaya yang di garapkannya, sehingga untuk mendapat hasil tangkapan yang maksimal, nelayan harus pnerpindah-pindah. Selain itu resiko usaha yang lain seperti pembudidayaan rumput laut sangat tinggi menyebabkan alam yang keras dimana selalu di liputi oleh adanya ketidak pastian dalam menjalankan usahanya.

Kondisi masyarakat nelayan,petani rumput laut atau masyarakat pesisir merupakan kelompok masyarakat yang relatif tertinggal secara ekonomi, sosial (khususnya dalam hal akses pendidikan dan layanan kesehatan), dan kultur di bandigkan dengan kelompok masyarakat lain. Kondisi

masyarakat pesisir pada umumnya di tandai oleh adanya beberapa ciri seperti kemiskinan, keterbelakangan sosial budaya, rendahnya sumber daya manusia(SDM).

Oleh karena itu dengan adanya pemanfaatan sumber daya pesisir dan kaut secara intensif, optimal dan terkendali dapat mendorong adanya pertumbuhan ekonomi lokal yang ringgi serta dapat memberikan efek keuntugan yang besar bagi kesejahteraan masyarakat pesisir. Namun pada kenyataannya, sampai sekarang wilayah pesisir dan laut belum menjadi perioritas utama bagi pertumbuhan ekonomi secara nasional dan belum dapat untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya, sehingga pada saat ini dapat di lihat bahwa sebagian besar masyarakat pesisir masih berada di bawah garis kemiskinan.

Dari jumlah keseluruhan pemeluk setia agama di antarnya islam sebanyak 55 052 pada tahun 2020 kemudian yang beragama protestan sebanyak 20 Orang Kemudian yang beragam hindi 22 total jumlah masyarakat sebanyak 55,094 penduduk di kecamatan binamu pada tahun 2020

Tabel 4.2 JUMLAH PEMELUK AGAMA D KECAMATAN

Sumber Data : BPS Jeneponto KUA Kec Binamu

Jumlah pemeluk agama trebanyak di Kecamata Binamu yaitu agama islam di mana hal tersebut menunjukan jumlah keseluruhan sebanyak 55,052 pada tahun 2020 yang beragama islam dan desa pemeluk agama islam terbanyak di yang berada di desa Empoang sebanyak 8 665

D. keadaan Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap kualitas sumberdaya untuk budidaya rumput laut. Pendidikan yang di peroleh baik di sekolah umum (formal) maupun nonformal merupakan modal dasar bagi petani rumput laut untuk dapat mengakses informasi dari berbagai media sebagai memudahkan mereka menyerap

suatu perubahan atau inovasi yang berhubungan den gan perilaku (Aziz, 2009). Dalam kamus besar bahasa indonesia (2008) pendidikan berarti proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Jumlah Keseluruhan sekolah di kecamatan Binamu pada tahun 2020 sebanyak 32 sekolah dan jumlah keseluruhan murid sebanyak 7.645 di kecamatan binamu desa yang memiliki jumlah sekolah terbanyak di desa Pabiringa sebanyka 4 sekolah dan jumlah muird terbanyak di di desa Empoang sebanyak 1.235

Dalam penelitian ini pendidikan formal masyarakat di kategorikan dalam tiga kelompok yaitu; (1) rendah(sampai jenjang SD), (2) sedang (sampai jenjang SLTP) dan (3) tinggi (sampai jenjang SLTA atau lebih tinggi). Mayoritas adalah dalam tingkat pendidikan rendah (65,35% dan 15,45%). Dilihat dari pendidikan nonformal hanya 18.18% dari masyarakat yang memiliki atau pernah mengikuti pendidikan nonformal seperti pelatihan tentang rumput laut, pelestarian lingkungan laut, dll.

Tingkat pendidikan formal dan nonformal sangat berpengaruh terhadap tigkat pendapatan mereka bagaimana yang dijelaskan oleh ismali (1997) bahwa terdapat kolerasi positif antara pendapatan dengan tingkat pendidikan. Dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka kecenderungannya semakin tinggi pula pendapatannya. Dari uji beda nyata yang dilakukan ternyata dalam pendidikan jika di bandingkan antara petani

rumput laut dengan nelayan/masyarakat pesisir yang mencolok (tidak

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN

1. Bentuk solidaritas petani rumput laut

Bentuk sosial dalam penelitian ini ada dua macam yaitu gotong royong dan kerjasama Menurut Hasan Shadily (1993:205), gotong- royong adalah rasa dan pertalian kesosialan yang sanggat teguh dan terpelihara.

Gotong-royong lebih banyak di lakukan di desa dari pada di kota di antara anggota-anggota golongan itu sendiri, Selain gotong- royong yang merupakan bentuk solidaritas soisal adalah kerjasama. Menurut Hasan Shadily (1993:143-145), kerjasama merupakan proses terakhir dalam penggabungan. Proses ini menunjukan suatu golongan kelompok dalam hidup dan geraknya sebagin satu badan dengan golongan kelompok yang lain di gabungkan itu.

Solidaritas adalah suatu yang sangat di butuhkan oleh sebuah masyarakat ataupun kelompok sosial karena pada dasarnya setiap masyarakat membutuhkan solidaritas. Kelompok-kelompok sosial sebagai tempat berlangsunnya kehidupan bersama, masyarakat akan tetap ada dan bertahan ketika dalam kelompok sosial tersebut dapat rasa solidaritas di mana anggota-anggotanya. Istilah solidaritas dalam kamus ilmiah popular diartikan sebagai “kesetiakawanan dan perasaan sepenanggungan.

Sementara Paul johson dalam bukunya mengungkapkan:

Solidaritas menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang di dasarkan pada keadaan moral dn kepercayaan

61

yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.

Iatan ini lebih mendasar daripada hubungan kontraktual yang dibuat atas persetujuan nasional, karena hubungan-hubungan serupa itu mengandaikan sekurang-kurangnya satu tingkat/derajat consensus terhadap prinsip-prinsip moral yang menjadi dasar kontrak itu.

Bentuk sosial Petani yang selama terjadi di linkungan dimana masi memiliki hubungan yang kuat sesama petani lainya dimana hal tersebut masi ada pondasi yang kuat tentang peduli sesama dan begitupun para petani rumput laut dalam pemenuhan nafkah rumah tangga di Kelurahan Biringkassi Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto dimana sistem solidairtas dalam menjalani kehidupan masi kental di Kelurahan Biringkassi Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto seperti yang di bahasakan sala satu responden yang bernama Baso dg .rewa (Umur 30) Selaku Petani rumput laut di Kelurahan Biringkassi Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto Mengatakan :

Saling Membantu atau saling bahu-membahu antar sesama petani rumput laut dalam mengerjakan budidaya rumuput laut karna tanpa kerjasama yakin bahwa budidaya rumput laut tidak akan berkembang (wawancara/12 Juli 2021)

Dari hasil wawwancara yang di dapatkan peneliti dengan sala satu informan yang bernama Baso Dg rewa Selaku Petani rumput laut dimana berpendapat bahawa para petani di Kelurahan Biringkassi Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto masi menjaga soladiritas sesama petani dalam megembangkan budidaya rumput laut dan hal tersebut menunjukan

rasa solidaritas sesama petani masi kuat di Kelurahan Biringkassi Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto

Pendapat lain juga di ungkapkan sala satu informan yang bernama Ahmad Dg.Gassing (Umur 39) selaku petani rumput laut di di Kelurahan Biringkassi Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto Megatakan :

Saling Membantu sesama dan juga salaing bertukar pendapat sesama petani rumpul laut entah itu dari satu desa maupun desa tetangga karna hal tersebut sangat di butuhkan dalam megembangkan budidaya rumput laut (wawancara/12 Juli 2021)

Dari hasil wawancara yang di dapatkan dengan sala satu responden yang bernama Dg.Gassing selaku petani rumput laut di Kelurahan Biringkassi Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto berpendapat bahwa para petani dalam melakukan pengembangan rumput laut saling bertukar pikiran tentang cara yang di lakukan dalam melakukan penanaman rumput laut dan juga hal-hal yang dapat merusak paratanaman sehingga membuat para petani lain memiliki berbagai macam informasi yang di olah dan dijadikan sebagai pengetahuan dalam mengembangkan budidaya rumput laut

Bentuk bentuk solidaritas biasanya di lihat di masyarakat dimana pada saat ada aktivitas yang membutuhkan tenaga yang banyak dan hal ini membuat para masysarakat secara spontan langsung turun tangan dalam membantu karna hal tersebut menjadi dinamika di linkungan terkhusus bagi orang-orang yang masih di daerah kampung dimana pada hakikatnya orang padalaman masih memiliki rasa kepedulian kepada orang lain yang begitu sangat kuat dan hal ini sudah mendara daging terkhusu bagi yang di

teliti oleh peneliti di daerah Kelurahan Biringkassi Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto dan adapun bentuk solidaritas itu ada dua macam yaitu gotong royong dan kerjasama, adapun data yang di dapatkan tentang betuk solidaritas yaitu gotong royong dan kerjasama sebagai berikut : a. Gotong royong Bentuk solidaritas yang banyak kita temui di

masyarakat misalnya adalah gotong- royong menurut. Menurut Hasan Shadily (1993:205), gotong- royong adalah rasa dan pertalian kesosialan yang sanggat teguh dan terpelihara. Gotong-royong lebih banyak di lakukan di desa dari pada di kota di antara anggota-anggota golongan itu sendiri. Kolektivitas terlihat dalam ikatan gotong-royong yang menjadi adat masyarakat desa, gotong-royong menjadi bentuk solidaritas yang sangat umum dan eksistensinya di masyarakat juga masih terlihat hingga sekarang, bahkan Negara Indonesa ini di kenal sebagai bangsa yang mempunyai jiwa gotong-royong yang tinggi.

Seperti di bahasakan sebelumnya di mana gotong royong yang dimaksut disini adalah rasa dan pertalian kesosialan yang sanggat teguh dan terpelihara. Selain itu dalam sosial memang sangat di butuhkan

Seperti di bahasakan sebelumnya di mana gotong royong yang dimaksut disini adalah rasa dan pertalian kesosialan yang sanggat teguh dan terpelihara. Selain itu dalam sosial memang sangat di butuhkan

Dokumen terkait