• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. kajian Konsep

a. Definisi Solidaritas Sosial

Solidaritas secara bahasa diartikan sebagai kebersamaan, kekompakan kesetiakawanan, empati, simpati, tenggang hati, dan tenggang rasa (Departemen Pendidikan Nasional,2009). Menurut kamus Besar Bahasa indonesia (2005) menyatakan bahwa solidaritas adalah perasaan setia kawan.

Lawang (dalam Pradito,2017) mengatakan bahwa solidaritas sosial adalah keadaan saling bertanggung jawab untuk saling membantu dengan memenuhi kebutuhan antar sesama. Solidaritas sosial sesunggungnya mengarah pada keakraban hubungan antar kelompokan. Keakraban hubungan antar kelompok masyarakat itu tidak hanya merupakan alat dalam rangka usaha mencapai atau mewujudkan cita-citanya akan tetapi justru keakraban hubungan sosial tersebut sekaligus merupakan salah satu tujuan utama dari kehidupan kelompok masyarakat (Sa’diyah, 2016)

Solidaritas adalah sebutan lain untuk cinta kasih sayang yang menggerakan kaki,tangan, hati, barang-barang jasmani, bantuan dan pengorbanan terhadap penderitaan, bahaya kemalangan bencana, penindasan, atau kematian yang dialami orang lain untuk seluruh rakyat (Sabrina dan Hemandes, 1989).

Emile Durkheim ( Setiawan, 2010) mengatakan bahwa solidaritas menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok

11

yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut kepercayaan bersama dan diperkuat oleh pengalam emosional bersama.

Solidaritas sosial merupakan tema utama yang dibicarakan Durkheim sebagai sumber moral untuk membentuk tatanan sosial ditengah masyarakat.

Dalam pemikiran Durkheim mengenai solidaritas sosial dalam karyanya The Division Of Labour yaitu secara mekanis dan organis. Kedua terminologi

tersebut perlu dipahami dalam kerangka teori-teori Durkheim mengenai masyarakat. Bagi durkheim, solidaritas banyak dipengaruhi oleh fakta sosial itu memperlihatkan adanya sebagai cara dan usaha manusia untuk membangun suatu komunitas atau apa yang disebutnya masyarakat (Setiawan,2010).

Emile Durkheim menemukan bahwa masyarakat yang memiliki solidaritas mekanis hukum seringkali represif atau memaksa, pelaku suatu kejahatan atau perilaku penyimpangan akan terkena hukuman bertindak lebih guna mempertahankan keutuhan kesadaran. Menurut Durkheim terjadi suatu evolusi yang beransur-ansur dari solidaritas mekanik ke solidaritas organik yang didasarkan atas pembagian kerja. Evolusi itu dapat dilihat dari meningkatnya hukum restitutif yang mengakibatkan kurangnya hukum represif dan dari melemahnya kesadaran kolektif. Surutnya kesadaran kolektif itu nampak paling jelas hilangnya arti agama, Sehingga Durkheim mungkin tak akan kembali kemasa lalu dimana kesadaran kolektif masih menonjol (Rizer,2007,).

b. Bentuk-Bentuk Solidaritas a. Gotong-royong

Bentuk solidaritas yang banyak kita temui di masyarakat misalnya adalah gotong- royong menurut. Menurut Hasan Shadily (1993:205), gotong- royong adalah rasa dan pertalian kesosialan yang sangat teguh dan terpelihara. Gotong-royong lebih banyak dilakukan di desa daripada di kota di antara anggota-anggota golongan itu sendiri. Kolektivitas terlihat dalam ikatan gotong-royong yang menjadi adat masyarakat desa, gotong-royong menjadi bentuk solidaritas yang sangat umum dan eksistensinya di masyarakat juga masih terlihat hingga sekarang, bahkan Negara Indonesia ini dikenal sebagai bangsa yang mempunyai jiwa gotong-royong yang tinggi.

Gotong-royong masih dirasakan manfaatnya,walaupun telah mengalami perkembangan zaman yang memaksa mengubah pola pikir manusia menjadi pola pikir yang lebih egois, namun pada kenyataan manusia memang tidak akan pernah bisa untuk hidup sendiri dan selalu membutuhkan bantuan dari orang lain untuk kelangsungan hidupnya di masyarakat.

b. Kerjasama

Selain gotong- royong yang merupakan bentuk solidaritas sosial adalah kerjasama. Menurut Hasan Shadily (1993:143-145), kerjasama merupakan proses terakhir dalam penggabungan. Proses ini menunjukan suatu golongan kelompok dalam hidup dan geraknya sebagai satu badan dengan golongan kelompok yang lain digabungkan itu.

Kerjasama merupakan penggabungan antara individu dengan individu lain, atau kelompok dengan kelompok lain sehingga bisa mewujudkan satu hasil yang dapat dinikmati bersama. Setelah tercapainya penggabungan itu barulah kelompok itu dapat bergerak sebagai suatu badan sosial. Sehingga kerjasama itu diharapkan memberikan suatu manfaat bagi anggota kelompok yang mengikutinya dan tujuan utama dari kerja sama bisa dirasakan oleh anggota kelompok yang mengikutinya.

Kerjasama timbul karena adanya orientasi orang-perseorangan terhadap kelompok (yaitu in-group-nya)dan kelompok lainya (yang merupakan outgroup – nya ). Kerjasama mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya dari luar yang

mengancam atau ada tindakan-tindakan yang menyinggung secara tradisional atau institusional yang telah tertanam di dalam kelompok (soerjono soekanto,2006:66.) Ada lima bentuk kerjasama yaitu sebagai berikut:

1. Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tergolong tolong-menolong.

2. Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua orang organisasi atau lebih.

3. Kooptasi, yaitu proses suatu penerimaan unsur-unsur dalam kepemimpinan dalam suatu organisasi.

4. Koalisi, yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama.

5. Joint venture, yaitu kerjasama dalam pengusahaan proyek tertentu (Soerjono

soekanto,2006:68).

Kesimpulanya, bila seseorang atau sekelompok orang memiliki musuh atau lawan yang sama maka perasaan solidaritas di antara mereka juga akan

semakin kuat dan kompak, jadi intensitas kerjasama di antara mereka juga lebih tinggi, dikarenakan persamaan tujuan yang ada di antara mereka juga lebih tinggi, dikarenakan persamaan tujuan yang ada di antara mereka. Kerjasama bersifat agresif apabila kelompok dalam jangka waktu yang lama mengalami kekecewaan sebagai perasaan tidak puas karena keinginan-keinginan pokoknya tidak dapat terpenuhi karena adanya rintangan-rintangan yang bersumber dari luar kelompok itu. Keadaan tersebut menjadi lebih tajam lagi apabila kelompok demikian merasa tersinggung atau dirugikan sistem kepercayaan atau dalam satu bidang sensitif kebudayaan (Soerjono soekanto, 2006 101). Peneliti juga akan menggunakan konsep teori tentang kerjasama ini untuk mengetahui tentang bentuk solidaritas sosial yang ada di kelurahan Biringkassi,dikarenakan kerjasama merupakan bentuk paling umum dari solidaritas sosial.

1. Syarat Terbentuknya Solidaritas Sosial 1. Penegasan Kelompok

Solidaritas sosial terbentuk sebab adanya kelompok sosial. Setiap anggota kelompok sosial mempunyai ciri-ciri kepribadian anggota yang berbeda. Hal ini menjadi pengaruh penegasan wilayah kerja masing-masing.

Penegasan itu akan memunculkan hubungan timbal balik antara anggota kelompok menjadikan adanya hubungan yang khas dalam kelompok sosial.

Kuatnya hubungan kelompok ini menjadikan interaksi yang sama dalam kelompok internal bahkan hubungan kelompok ini menjadikan pola yang tidak sama pada kelompok luar.

2. In Group dan Out Group

Sikap perasaan in group berkaitan dengan seluk beluk usaha, orang yang dipahami dan pengalaman anggota pada interaksi kelompoknya. Sedangkan out group merupakan usaha dan orang yang tidak termasuk dalam in group.

Sikap perasaan kepada ini groupon adalah sikap kepada orang dalam sedangkan sikap perasaan outgroup adalah sikap kepada orang luar group.

2. Kelompok Sosial

a. Definisi Kelompok Sosial

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, memiliki naluri untuk hidup dengan orang lain. Naluri manusia untuk hidup dengan orang lain disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sebagai social animal. Sejak

dilahirkan manusia mempunyai dua hasrat pokok yaitu:

a. Keinginan untuk menjadi satu dengan yang lain di sekelilingnya yaitu masyarakat.

b. Keinginan untuk menjadi satu dengan alam di sekelilingnya (Soerjono soekanto,2006:101).

Kelompok sosial merupakan salah satu perwujudan dari interaksi sosial atau kehidupan bersama, atau dengan kata lain bahwa pergaulan hidup atau interaksi manusia itu perwujudanya ada di dalam kelompok-kelompok sosial (Soleman Taneko,1984:48). Kelompok sosial merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama.

Hubungan tersebut antara lain menyangkut kaitan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong-menolong. Syarat terbentuknya kelompok sosial adalah:

a. Adanya kesadaran setiap anggota kelompok bawa dia merupakan bagian dari kelompok bersangkutan.

b. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota lainya.

c. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara mereka menjadi erat, yang dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama,ideologi politik yang sama, dan nilai-nilai faktor mempunyai musuh yang sama juga dapat pula menjadi faktor pengikat atau pemersatu.

d. Bersyukur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.

e. Bersistem dan berproses (Soerjono Soekanto,2006:101)

Suatu kelompok sosial cenderung mempunyai sifat yang tidak statis atau berkembang dan mengalami perubahan-perubahan, baik dalam aktivitas maupun bentuknya.Suatu aspek yang menarik dari kelompok sosial tersebut adalah bagaimana cara mengendalikan anggota-anggotanya. Para sosiolog akan tertarik oleh cara-cara kelompok sosial tersebut dalam mengatur tindakan anggota-anggotanya agar tercapai tata tertib di dalam kelompok. Hal yang agaknya penting adalah kelompok sosial tersebut merupakan kekuatan-kekuatan sosial berhubungan, berkembang mengalami disorganisasi , memegang peranan, dan sebagainya ( Soerjono Soekanto,2006:102-103).

b. Ciri-ciri Kelompok Sosial

Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan manusia lainya, kebutuhan satu sama lain ini membuat manusia hidup berkelompok. Adapun ciri-ciri kelompok sosial yaitu:

1.) Individu yang berinteraksi, mengidentifikasi sebagai anggota kelompok serta memiliki kesadaran bahwa iya merupakan bagian dari kelompok.

2.) Pihak luar mendefinisikan individu yang berinteraksi sebagai anggota kelompok.

3.) Terdapat sifat timbal balik. Artinya, dalam proses interaksi sehari-hari, baik. Artinya, dalam proses interaksi sehari-hari, baik itu individu maupun kelompoknya dapat saling mempengaruhi satu sama lain.

4.) Memiliki norma dan nilai yang disepakati bersama sebagai pengikat dalam bersikap dan bertingkah laku antar sesama anggota kelompok sehingga timbul kesamaan pola perilaku.

5.) Memiliki rasa kebersamaan dan solidaritas.

6.) Memiliki kesamaan motif, Visi dan tujuan.

7.) Bersistem dan berproses. Dalam kaitan ini, kelompok sosial terbentuk dalam jangka waktu tertentu dan sebagai konsekuensi dari interaksi dan aktivitas yang dilakukan secara terus menerus.

c. Bentuk Kelompok Sosial

Macam atau bentuk kelompok sosial antara lain adalah:

1.) Kelompok primer (Primary Group)

Kelompok primer adalah kelompok sosial yang antara anggotanya saling mengenal, sering bertatap muka ( face to face ), bekerja sama dengan sifat pribadi, dan bersifat permanen. Kelompok sosial ini akan bisa berjalan dengan baik dan dalam jangka waktu yang lama.

2.) Kelompok sekunder

Kelompok sekunder adalah kelompok sosial dengan jumlah anggota yang banyak, hubungan antaranggota bersifat formal, antar anggota tidak saling mengenal, dan tidak permanen. kelompok sosial ini bisa dikatakan berlawanan dengan kelompok primer.

3.) Kelompok formal (Formal group)

Kelompok formal adalah organisasi kelompok yang ada di dalam masyarakat dan juga terbentuk secara resmi, mempunyai peraturan tegas dan sengaja dibuat oleh anggota-anggotanya untuk ditaati, serta berfungsi mengatur hubungan antar anggota.

4.) Kelompok informal (Informal group)

Kelompok informal adalah organisasi kelompok yang dibentuk dengan tidak resmi, tidak mempunyai struktur dan organisasi yang pasti, serta peraturan yang ada di dalam kelompok informal tidak tertulis secara resmi atau jelas.

5.) In- Group

In-group adalah salah satu jenis kelompok sosial yang individunya mengidentifikasikan diri dalam kelompok tersebut.

6.) Out-Group

Out-group adalah kelompok yang dianggap sebagai kelompok luar atau kelompok yang dianggap sebagai lawan.

7.) Gemeinschaft (Paguyuban)

Gemeinschaft yaitu bentuk kehidupan masyarakat yang antaranggota masyarakat yang mempunyai hubungan solidaritas mekanis, bersifat alami, dan kekal. Kelompok paguyuban sering dikaitkan dengan kondisi yang dialami oleh masyarakat desa.

8.) Gesellschaft (Patembayan)

Pengertian patembayan adalah bentuk kehidupan yang bersifat pamrih, mempunyai hubungan solidaritas organis, dan berlangsung dalam jangka waktu pendek. Kelompok jenis ini identik dengan masyarakat kota yang kompleks.

9.) Kelompok referensi ( Reference group )

Kelompok referensi adalah kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi perilakunya.

10.) Kelompok Membership (Membership Group)

Kelompok membership adalah kelompok yang hubungan antara anggotanya terjadi secara fisik. Ukuran utama keanggotaan seseorang adalah interaksinya dengan kelompok sosial yang bersangkutan.

3. Kondisi Sosial Masyarakat Petani

a. Karakteristik Masyarakat petani rumput laut

Masyarakat pesisir pada umumnya telah menjadi bagian masyarakat yang pluralistik tetap memiliki jiwa kebersamaan. Artinya bahwa struktur masyarakat pesisir rata-rata merupakan gabungan karakteristik masyarakat perkotaan dan pedesaan. Karena, struktur masyarakat pesisir sangat plural, sehingga mampu membentuk sistem dan nilai budaya yang merupakan akulturasi budaya dari masing-masing komponen yang terbentuk struktur masyarakatnya.

Hal menarik adalah bahwa bagi masyarakat pesisir, hidup di dekat pantai merupakan hal yang paling diinginkan untuk dilakukan mengingat segenap aspek kemudahan dapat mereka peroleh dalam berbagai aktivitas keseharian. Dua contoh sederhana dari kemudahan-kemudahan tersebut diantaranya: pertama, bahwa kemudahan aksesibilitas dari dan ke sumber mata pencaharian lebih terjamin, mengingat sebagian masyarakat pesisir menggantungkan kehidupan pada pemanfaatan potensi perikanan dan laut yang terdapat di sekitarnya seperti menangkap ikan, pengumpulan atau budidaya rumput laut, dan sebagainya.

Kedua, bahwa mereka lebih mudah mendapatkan kebutuhan akan MCK (mandi,cuci dan kakus), dimana mereka dapat dengan serta merta menceburkan dirinya untuk membersihkan tubuhnya: mencuci segenap peralatan dan perlengkapan rumah tangga, bahkan mereka lebih mudah membuang limbah domestiknya langsung kepantai/laut.

Masyarakat pesisir mempunyai sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang khas/unik. Sifat ini sangat erat kaitanya dengan sifat usaha bidang perikanan itu

sendiri. Karena sifat dari usaha-usaha perikanan sangat dipengaruhi faktor-faktor seperti lingkungan musim dan pasar, maka karakteristik masyarakat pesisir juga terpengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.

Adapun ciri-ciri kehidupan masyarakat pedesaan di indonesia, seperti yang dikutip dalam buku Sajogyo dan Pudjiwati Sajogyo (1995) adalah:

1.) Adanya konflik dan persaingan 2.) Kegiatan pekerja yang khas 3.) Adanya sistem tolong menolong 4.) Adanya gotong royong

5.) Adanya jiwa gotong royong

6.) Adanya musyawarah dan jiwa musyawarah

b. Sistem sosial ekonomi Masyarakat Petani Rumput laut

Kondisi sosial petani rumput laut yang masih sangat rendah tidak hanya dipengaruhi oleh budaya serta tingkat pendidikannya semata. Masyarakat pesisir yang dikatakan sebagai masyarakat yang berada dalam garis kemiskinan dengan tingkat pendapatan yang jauh dari cukup sangat mempengaruhi kondisi sosial masyarakatnya (Sanapiah, 1997).

Walaupun dapat dikatakan bahwa dengan adanya budidaya rumput laut oleh petani di wilayah pesisir, tidak serta merta meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya. Hal ini dapat dikarenakan tingkat harga rumput laut di tingkat pengumpul atau pemodal yang jauh berbeda dengan harga di pasar menjadikan sebagian petani rumput laut tidak dapat berkembang,bahkan terlilit dalam ikatan hutang kepada tengkulak atau pengepul (Mulyadi 2005).

c. Sistem Kekerabatan Masyarakat Petani Rumput Laut

Masyarakat dapat dibedakan dalam dua jenis kelompok yang disebut Gemeinschaft dan Gesselschaft. Gemeinschaft merupakan bentuk kehidupan

bersama, dimana antar anggotanya mempunyai hubungan batin murni yang nyata dan organis . Bentuk ini dapat ditemukan dalam kehidupan masyarakat desa, keluarga, kerabat, dan sebagainya.Gesselschaft merupakan bentuk kehidupan bersama dimana dalam anggotanya mempunyai hubungan yang bersifat pamrih dalam jangka pendek serta bersifat mekanis. Bentuk ini dapat ditemukan dalam hubungan perjanjian yang berdasarkan ikatan timbal balik (Suyanto dan Narwoko,2007).

Pada masyarakat desa yang bersifat Gemeinschaft, pada umumnya spesialisasi individu tidak menonjol sehingga kedudukan individu tidak begitu penting.

Sehingga apabila salah seorang anggotanya dikeluarkan maka tidak begitu terasakan oleh anggota lainnya. Berarti bahwa kedudukan masyarakat lebih penting daripada kedudukan individu sehingga strukturnya disini disebut mekanis.

Sebaliknya, pada masyarakat yang bersifat kompleks (Gemeinschaft) dimana sudah ada spesialisasi dan para anggotanya sehingga merupakan satu kesatuan organisme oleh karenanya, struktur merupakan struktur organis. Selanjutnya Gemeinschaft dapat dibedakan menjadi tiga jenis (Suryanto dan Nawoko,2007).

1. Gemeinschaft by blood, yaitu Gemeinschaft, yang mendasarkan diri pada ikatan darah atau keturunan . Dalam pertumbuhanya masyarakat yang semacam ini makin lama makin menipis.

2. Gemeinschaft of place (locality), yaitu gemeinschaft yang mendasarkan pada tempat tinggal yang saling berdekatan sehingga dimungkinakn untuk dapatnya saling tolong-menolong.

3. Gemeinschaft of mind yaitu Gemeinschaft yang mendasarkan diri pada ideologi atau pemikiran yang sama.

d. Pola Nafkah

Livelihood secara sederhana didefinisikan sebagai cara dimana orang

memenuhi kebutuhan mereka atau peningkatan hidup (Chamber et al dalam Dharmawan 2001). Dalam pandangan yang sangat sederhana livelihood terlihat sebagai aliran pendapatan berupa uang atau sumberdaya yang dapat digunakan oleh seseorang untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Definisi lain dinyatakan oleh Ellis (2000) bahwa livelihood mencakup pendapatan cash (berupa uang) dan in end (pembayaran dengan barang atau hasil bumi) maupun dalam bentuk lainnya seperti institusi (saudara, kerabat, tetangga, desa), relasi gender, dan hak milik yang dibutuhkan untuk mendukung dan untuk keberlangsungan standar hidup yang sudah ada.

Pola ekonomi rumah tangga pedesaan mencakup upaya-upaya alokasi sumber daya khususnya tenaga kerja di dua sektor sekaligus yaitu sektor-sektor produksi dan nonproduksi. Upaya sektor produksi menunjukkan ragam kegiatan pada anggota rumah tangga dibidang ekonomi produksi. Sedangkan upaya di bidang sektor non produksi menunjukkan pada keterlibatan para anggota keluarga di berbagai lembaga kesejahteraan sosial dan masyarakat. Sebagaimana pendapat Sayogya yang dikutip oleh Felix Sitorus dalam bunga rampai sosiologi

keluarga yaitu sektor produksi, rumah tangga pedesaan di Indonesia menerapkan pola nafkah sebagian dari pola ekonomi. Dalam pola itu sejumlah anggota rumah tangga usia kerja terlibat mencari nafkah di berbagai sumber baik di sektor pertanian maupun diluar pertanian dalam kegiatan usaha sendiri maupun sebagai buruh.

Konsep mata pencaharian (livelihood) dan strategi nafkah (livelihood pola) didefinisikan oleh Chambers dalam Nurmalinda (2002) sebagai realitas jaminan hidup seseorang atau negara untuk memanfaatkan segenap kemampuan dan tuntutannya serta kekayaan yang dimilikinya.

Scones (1998) menggolongkan pola nafkah petani setidaknya menjadi tiga golongan besar ketiga golongan tersebut adalah:

1. Rekayasa sumber nafkah pertanian, yang merupakan usaha pemanfaatan sektor pertanian agar lebih efektif dan efisien baik melalui penambahan input eksternal berupa tenaga kerja atau teknologi (intensifikasi) maupun dengan memperluas lahan garapan pertanian ekstensifikasi.

2. Pola nafkah merupakan usaha yang dilakukan dengan cara mencari pekerjaan di sektor pertanian untuk menambah pendapatan.

3. Rekayasa spasial merupakan usaha yang dilakukan usaha dengan cara mobilisasi/perpindahan penduduk baik secara permanen atau sirkuler (migrasi).

Dharmawan (2006) menjelaskan dalam sosiologi nafkah bahwa livelihood memiliki pengertian yang lebih halus daripada sekedar means of living yang bermakna sempit mata pencaharian. Dalam sosiologi nafkah, pengertian pola

nafkah lebih mengarah pada pengertian livelihood strategy (pola kehidupan) dari pada means of living strategy (pola cara hidup). Pengertian livelihood strategy yang disamakan pengertiannya menjadi pola nafkah (dalam bahasa Indonesia), sesungguhnya dimaknai lebih besar dari pada sekedar “aktivitas mencari nafkah”

belaka. Sebagai pola membangun sistem penghidupan, maka pola nafkah bisa didekati melalui berbagai cara atau manipulasi aksi individual maupun kolektif.

Pola nafkah adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh individu maupun kelompok dalam rangka mempertahankan eksistensi infrastruktur sosial, struktur sosial, dan sistem nilai budaya yang berlaku.

Selanjutnya, Dharmawan (2001) menyebutkan bahwa secara umum pola nafkah dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk, yaitu pola nafkah normatif dan pola nafkah yang ilegal. Pola nafkah normatif berbasiskan pada kegiatan sosial ekonomi yang tergolong ke dalam kegiatan positif, seperti kegiatan produksi, sistem pertukaran, migrasi, maupun pola sosial dengan pembangunan jaringan sosial. Pola ini disebut peaceful ways atau sah dalam melaksanakan pola nafkah.

Sedangkan pola nafkah ilegal di dalamnya termasuk tindakan sosial ekonomi yang melanggar hukum dan ilegal. Seperti penipuan, pencurian, perampokan, pelacuran, dan sebagainya. Kategori ini disebut sebagai non peaceful, karena cara yang ditempuh biasanya menggunakan cara kekerasan atau kriminal.

Pilihan pola nafkah sangat ditentukan oleh kesediaan akan sumberdaya dan kemampuan mengakses sumber-sumber nafkah rumah tangga yang sangat beragam (multiple source of livelihood), karena jika rumah tangga tergantung hanya pada satu pekerjaan dan satu sumber nafkah tidak dapat memenuhi semua

kebutuhan rumah tangga. Secara konseptual menurut Chambers dan Conway dalam Ellis (2000), terdapat lima tipe modal yang dapat dimiliki atau dikuasai rumah tangga untuk pencapaian nafkahnya yaitu:

1. Modal manusia yang meliputi jumlah (populasi manusia), tingkat pendidikan, dan keahlian yang dimiliki dan kesehatannya.

2. Modal alam yang meliputi segala sumberdaya yang dapat dimanfaatkan manusia untuk keberlangsungan hidupnya. Wujudnya adalah air, tanah, hewan, udara, pepohonan, dan sumber lainnya.

3. Modal sosial yaitu, modal yang berupa jaringan sosial dan lembaga dimana seseorang berpartisipasi dan memperoleh dukungan untuk kelangsungan hidupnya.

4. Modal finansial yang berupa kredit dan persediaan uang tunai yang bisa diakses untuk keperluan produksi dan konsumsi.

5. Modal fisik yaitu, berbagai benda yang dibutuhkan saat proses produksi, meliputi mesin, alat-alat, instrumen dan berbagai benda fisik.

Merujuk pada Scoones (1998), penerapan pola nafkah pada rumah tangga petani dengan cara memanfaatkan berbagai sumber daya yang dimiliki dalam upaya untuk dapat bertahan hidup. Scoones membagi tiga klasifikasi pola nafkah (livelihood strategy) yang mungkin dilakukan oleh rumah tangga petani, yaitu:

1. Rekayasa sumber nafkah pertanian, yang dilakukan dengan memanfaatkan sektor pertanian secara efektif dan efisien baik melalui penambahan input eksternal seperti teknologi dan tenaga kerja (intensifikasi), maupun dengan

memperluas lahan garapan (ekstensifikasi)

2. Pola nafkah ganda, yang dilakukan dengan menerapkan keanekaragaman pola nafkah dengan cara mencari pekerjaan lain selain pertanian untuk menambah pendapatan, atau dengan mengerahkan tenaga kerja keluarga (ayah, ibu, dan anak) untuk ikut bekerja pertanian dan memperoleh pendapatan.

3. Rekayasa spasial (migrasi), merupakan usaha yang dilakukan dengan melakukan mobilitas ke daerah lain di luar Desanya, baik secara permanen maupun sirkuler untuk memperoleh pendapatan.

Dharmawan (2007) mengemukakan bahwa dalam sosiologi nafkah, pengertian pola nafkah lebih mengarah pada pengertian livelihood strategy (pola

Dharmawan (2007) mengemukakan bahwa dalam sosiologi nafkah, pengertian pola nafkah lebih mengarah pada pengertian livelihood strategy (pola

Dokumen terkait