• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

E. Instrumen Penelitian

Jadi, dalam metode dokumentasi penulis mempelajari berbagai aspek, misalnya berkenaan dengan profil madrasah, kurikulum, rencana anggaran pembiayaan madrasah, dan program tahunan madrasah. Kajian pustaka bertujuan memperoleh informasi sehubungan dengan publikasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

E. Instrumen Penelitian

. Instrumen wawancara

Dalam rangka penelitian disertasi ini, penulis menggunakan instrumen dalam teknik wawancara yaitu pedoman wawancara sebagai arah penulis dalam perolehan data yang akurat dari informan. Menurut Sudarwan Danim, wawancara merupakan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan peneliti ke subjek atau sekolompok subjek penelitian untuk dijawab.20 Pada penelitian kualitatif wawancara dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, wawancara sebagai strategi utama dalam mengumpulkan data. Pada konteks ini, catatan data lapangan yang diperoleh berupa transkrip wawancara. Kedua, wawancara sebagai strategi penunjang teknik lain dalam mengumpulkan data, seperti observasi partisipan, analisis dokumen, dan fotografi.

Hasil wawancara harus segera dicatat setelah selesai melakukan wawancara. Karena wawancara dilakukan secara terbuka dan tidak berstruktur, maka peniliti harus mampu membuat rangkuman yang sistematis terhadap hasil

20

wawancara.21 Untuk dapat mengolah data dari hasil wawancara, peneliti harus mengorganisasikannya sehingga mudah untuk digunakan.22

Setelah mendapatkan sumber data, perlu dicatat mana data yang dianggap penting, dan data yang tidak penting, data yang sama dikelompokkan. Hubungan satu data dengan data yang lan perlu dikonstruksikan, sehingga menghasilkan pola dan makna tertentu. Data yang masih diragukan perlu ditanyakan kembali kepada sumber data lama atau yang baru agar memperoleh ketuntasan dan kepastian.

Dalam mencatat hasil wawancara dapat digunakan alat-alat sebagai berikut:

a. Buku catatan berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data;

b. Tape recorder berfungsi sebagai alat perekam suara saat berlangsungnya wawancara;

c. Kamera berfungsi sebagai alat dokumentasi saat peneliti melakukan wawancara. Dengan adanya foto, dapat menguatkan bukti bahwa peneliti telah melakukan penelitian dengan wawancara.

Di sisi lain, Irving Seidman mengemukakan bahwa penggunaan tape

recorder dapat menjadi pilihan alat yang tepat dalam melakukan wawancara.

Karena, dengan menggunakan tape recorder mampu merekam seluruh perkataan dari informan atau narasumber sebagai sumber datanya. Dengan merekam seluruh

21

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R dan D (Bandung: Alfabeta, ), h. .

22

Irving Seidman, Interviewing as Qualitative Reseacrh (New York: Teachers College Press, ), h. .

perkataan dari narasumber, maka peneliti akan mendapatkan data yang lebih original.

Pencatatan data selama wawancara penting sekali karena data yang akan dianalisis didasarkan atas kutipan hasil wawancara. Oleh karena itu pencatatan data itu perlu dilakukan dengan cara yang sebaik dan setepat mungkin. Ada pencatatan data yang dilakukan melalui tape-recorder dan ada pula yang dilakukan melalui pencatatan pewawancara sendiri. (Moleong. : )

Hasil wawancara segera harus dicatat setelah selesai melakukan wawancara agar tidak lupa bahkan hilang. Karena wawancara dilakukan secara terbuka dan tidak berstruktur, maka peneliti perlu membuat rangkuman yang lebih sistematis terhadap hasil wawancara. Dari berbagai sumber data, perlu dicatat mana data yang dianggap penting, yang tidak penting, data yang sama dikelompokkan. Hubungan satu data dengan data yang lain perlu dikontruksikan, sehingga menghasilkan pola dan makna tertentu. Data yang masih diragukan perlu ditanyakan kembali kepada sumber data lama atau yang baru agar memperoleh ketuntasan dan kepastian.23

Perekaman data melalui tape recorder hendaknya dilakukan dengan memperoleh persetujuan perwawancara terlebih dahulu. Di samping itu, selain perekaman dengan tape recorder, sebaiknya pewawancara juga membuat catatan. Catatan dimaksudkan untuk: ) membantu pewawancara agar dapat merencanakan pertanyaan baru berikutnya, ) membantu pewawancara untuk mencari pokok-pokok penting dalam pita suara sehingga mempermudah analisis.

23

Sebaiknya peneliti menyalin hasil wawancara ke dalam catatan lapangan karena hal itu akan sangat memudahkan.24

Setelah atau selama wawancara dilakukan, pewawancara cukup mencatat frasa-frasa pokok saja sehingga akhirnya menjadi sebuah daftar butir pokok yang berupa kata-kata kunci dari yang dikemukakakan oleh terwawancara. Lebih baik lagi apabila pewawancara dapat menulis steno. Pewawancara terlebih dahulu perlu mengembangkan singkatan-singkatan yang digunakan untuk mencatat itu. Misalkan untuk kutipan pembicaraan ada tandanya, untuk ide, pikiran, pendapat ada tanda khususnya, dan seterusnya.

Jika dalam keadaan tertentu tape recorder tidak dapat digunakan karena rusak atau karena tidak dikehendaki oleh terwawancara, catatan lapangan menjadi alat utama. Jika terwawancara mengatakan sesuatu yang sangat penting dan pencatatan tidak sempurna, pewawancara membacakannya dan meminta persetujuan kepada terwawancara untuk mengecek kebenaran.

Dengan latihan berulang, cara menyingkat kata-kata dalam wawancara dapat ditingkatkan. Hal itu tampak dalam catatan yang dibuat dalam wawancara. Satu hal yang perlu diingat oleh pewawancara ialah setelah selesai wawancara dan pewawancara tiba di rumah atau tempat tinggal, peneliti harus secepatnya membuat catatan lapangan lengkap dan memberikan tanggapan pada bagian-bagian penting. Hal itu hendaknya dilakukan secepat mungkin selama pikiran masih segar bugar. Persoalan tentang catatan lapangan diuraikan sendiri.25

24

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, ), h. .

25

. Instrumen observasi

Panduan yang penulis siapkan berupa cheklist untuk menandai kegiatan-kegiatan pengamatan yang dilakukan penulis pada saat melaksanakan pengumpulan data. Instrumen lainnya berupa kamera digital untuk memotret kegiatan yang diobservasi oleh peneliti, khususnya kegiatan pengelolaan pendidikan yang dilakukan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kota Gorontalo. . Instrumen dokumentasi

Instrumen lainnya yang penulis pergunakan dalam penelitian adalah buku, jurnal, surat kabar, majalah, laporan kegiatan notulen rapat, daftar nilai, kartu hasil studi, transkrip, prasasti dan sejenisnya. Dokumen dalam arti yang luas meliputi juga foto, rekaman dan kaset, video, dan flasdisk.

Instrumen dokumentasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mencatat dokumen-dokumen. Agus Salim menyebutkan, bahwa dokumen tetap digunakan sebagai pengumpul data apabila informasi yang dikumpulkan bersumber dari dokumen: buku, jurnal, surat kabar, majalah, laporan kegiatan, notulen rapat, daftar nilai, kartu hasil studi, transkrip, prasasti dan sejenisnya.26 Dokumen dalam arti luas meliputi juga foto, rekaman dan kaset, video, disk, artefak, dan monumen. Lexy J. Moleong juga berpendapat, bahwa dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen dapat dimanfaatkan untuk menguji bahkan meramalkan.27

26

Agus Salim, Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, ), h. .

27

Dokumen terkait