• Tidak ada hasil yang ditemukan

Instrumen Penugasan sebagai Komponen Penilaian Hasil Belajar

1. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran. Menurut Nitko dan Brookhart (2007: 4) penilaian atau

assessmentmerupakan suatu proses mengumpulkan informasi untuk dijadikan dasar dalam membuat suatu keputusan tentang siswa, kurikulum, program dan sekolah.

Definisi yang lebih spesifik tentang penilaian dalam proses pembelajaran menurut Popham (1995: 7) adalaheducational assessment is a formal attempt

to determine .

Pada definisi ini tercakup tiga komponen utama dalam proses penilaian, yaitu:

formal attempt, studen daneducational variables of interest. Formal attemptadalah suatu upaya formal yang disengaja (a deliberate effort) dan dilakukan secara sistematis. Adapun yang dimaksud dengan

adalah status siswa berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan keterampilannya. Sedangkaneducational variables of interestadalah berbagai macam

6

Sedangkan menurut Edward dan Richard (2007: 217) penilaian hasil belajar memiliki perbedaan dengan evaluasi hasil belajar,

Penilaian hasil belajar (assessment) merupakan proses pengumpulan & penggunaan informasi oleh guru melalui sejumlah bukti untuk membuat keputusan tentang pencapaian hasil belajar/kompetensi siswa. Sedangkan evaluasi hasil belajar (evaluation) adalah proses pemberian nilai (angka) pada lembar kerja siswa, biasanya dilakukan pada akhir semester.

Menurut Anderson dan Krathwohl (2001: 245), proses penilaian yang dilakukan oleh seorang pendidik pada dasarnya karena dua alasan, yaitu pertama, untuk memantau perkembangan belajar anak dan untuk membuat penyesuaian-penyesuaian dalam pengajaran, baik untuk individu maupun semua siswa. Kedua, untuk menentukan peringkat pencapaian belajar siswa dalam periode waktu tertentu. Dengan demikian dua fungsi utama penilaian adalah pendiagnosisan dan pemeringkatan.

Berdasarkan pada perbedaan kedua tujuan di atas, penilaian dibedakan atas penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan pembelajaran, misanya guru membutuhkan informasi tentang sejauh mana efektifitas pendekatan

pembelajaran yang digunakan guru dalam kelas, guru kemudian melakukan penilaian formatif, salah satu caranya bisa dengan memberikan pertanyaan atau melakukan pengamatan terhadap siswa, dalam penilaian ini, guru tidak

memberikan nilai berupa angka. Hasil penilaian ini kemudian dijadikan umpan balik (feedback)sebagai rekomendasi perbaikan dalam pembelajaran.

Penilaian sumatif atau yang sering dianggap sebagai evaluasi, secara spesifik bertujuan untuk memberikan nilai (angka). Penilaian ini dirancang untuk

7

mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru dan ketercapaian indikator pelajaran oleh siswa. Penilaian sumatif dibedakan menjadi dua macam, yaitu penilaian tes dan penilaian nontes. Hasil penilaian ini selama satu semester secara kolektif merupakan komponen evaluasi.

Kedua jenis penilaian yang telah disebutkan di atas sangat penting dalam proses pembelajaran walaupun memiliki tujuan yang berbeda. Penilaian yang pertama digunakan untuk memperbaiki atau merencanakan pembelajaran, sedangkan penilaian selanjutnya digunakan untuk menentukan tingkat pencapaian akademik yang telah dicapai siswa. Bloom, Hasting, & Madaus dalam Edward & Richard (2007: 219) menyatakan: keduanya merupakan bagian yang sangat vital dalam menguasai proses belajar dan mengajar(Both are the vital part of mastery teaching and learning) .

Dengan demikian rangkuman pengertian dari penilaian hasil belajar dalam pembelajaran adalah segala kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan secara disengaja dan sistematis dalam mengumpulkan informasi yang akan digunakan sebagai dasar dalam mengambil keputusan tentang pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa untuk berbagai macam kepentingan/tujuan pembelajaran.

2. Instrumen Penugasan dan Rubrik Penilaian

Berdasarkan tujuan pembelajaran, aktivitas penilaian di kelas dapat dikelompokkan ke dalam tiga ranah: pertama pada ranah kognitif, yaitu

8

penilaian yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan berpikir. Kedua, pada ranah afektif adalah penilaian yang dilakukan untuk mengembangkan sikap, rasa dan watak/kepribadian. Ketiga, pada ranah psikomotor, yaitu penilaian untuk meningkatkan keterampilan secara fisik.

Salah satu tuntutan dari suatu proses penilaian adalah menghasilkan penilaian yang valid. Menurut Nitko dan Brookhart (2007: 127) , karena format alat penilaian (instrumen) yang berbeda tidak memberikan hasil penilaian yang valid untuk semua tujuan (different assessment options are not equally valid for all purposes), maka diperlukan format instrumen yang berbeda untuk tujuan penilaian yang berbeda. Salah satu contohnya adalah penilaian dengan tugas.

Dalam Permendiknas tahun 2006 disebutkan :

Penilaian hasil belajar oleh guru menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik. Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat berbentuk tugas rumah dan/atau proyek.

Ada banyak jenis format tugas dalam proses penilaian hasil belajar siswa, Nitko dan Brookhart (2007: 127) menggolongkan ke dalam empat kategori, yaitu: 1) formatpaper and pencil, meliputi: bentuk pilihan, jawaban singkat, menjodohkan,essaydan lain-lain, 2) format unjuk kerja, meliputi:checklist, rating scalesdansign and category systems, 3) format aktivitas jangka

panjang, meliputi:projects, extended written assginments, laboratory exercises

dan portofolio, 4) format komunikasi personal, meliputi: wawancara dan pertanyaan verbal.

9

Tidak jauh berbeda dengan pernyataan sebelumnya, Roestiyah (1988: 133) menyatakan bahwa:

Tugas diberikan dalam bentuk daftar sejumlah pertanyaan mengenai mata pelajaran tertentu atau satu perintah yang harus dibahas dengan diskusi atau perlu di cari uraiannya pada buku pelajaran. Dapat juga berupa tugas tertulis atau tugas lisan yang lain, dapat ditugaskan

mengumpulkan sesuatu, mengadakan observasi terhadap sesuatu dan bisa juga melakukan eksperimen. Tugas itu juga dapat berupa perintah, kemudian siswa mempelajari bersama teman atau dikerjakan sendiri dan menyusun laporan /resume.

Berdasarkan penjabaran di atas maka dapat ditarik suatu definisi dari instrumen penugasan, yaitu salah satu instrumen penilaian hasil belajar dengan

menggunakan berbagai teknik baik tes maupun nontes yang berfungsi tidak hanya untuk mengukur kemampuan kognitif siswa, tapi juga untuk mengukur kemampuan afektif dan psikomotor siswa.

Instrumen penugasan membutuhkanrubricsebagai acuan penilaian. Heidi Goodrich Andrade dalam Zainul (2001: 5) mendefinisikanrubricsebagai suatu alat penskoran yang terdiri dari daftar seperangkat kriteria atau apa yang harus dihitung. Definisi yang dikemukakan oleh Goodrich ini sangat singkat dan jelas, sehingga hanya dengan sekali membacanya, kita sudah tahu dan mengerti apakah hakikatrubricsebenarnya. Tidak jauh berbeda dengan Goodrich, Arends (2008: 244) mendefinisikanscoring rubricssebagai deskripsi

terperinci tentang tipe kinerja tertentu dan kriteria yang akan digunakan untuk menilainya. Untuk memudahkan dalam membuatrubrics, Mertler (2001) dalam Arends (2008: 245, 247) membuatkantemplatenya sebagai berikut:

10

Skor Deskripsi

5 Memperlihatkan pemahaman yang lengkap tentang permasalahannya. Seluruh persyaratan tugas dimasukkan ke dalam respons.

4 Memperlihatkan pemahaman yang cukup tentang permasalahannya. Seluruh persyaratan tugas dimasukkan ke dalam respons.

3 Memperlihatkan pemahaman parsial tentang permasalahannya. Kebanyakan persyaratan tugas dimasukkan ke dalam respons.

2 Memperlihatkan pemahaman terbatas tentang permasalahannya. Banyak persyaratan tugas yang tidak tampak dalam respons.

1 Memperlihatkan sama sekali tidak memahami permasalahannya.

Tabel 2.2 Rubrik Analitik oleh Mertler (2001)

Mulai Mengembangkan Menguasai *Exemplary Skor

Kriteria #1 Deskripsi yang merefleksik an kinerja tingkat pemula. Deskripsi yang merefleksikan pergeseran ke arah kinerja tingkat menguasai. Deskripsi yang merefleksik an kinerja tingkat menguasai. Deskripsi yang merefleksik an kinerja paling tinggi. Kriteria #2 Deskripsi yang merefleksik an kinerja tingkat pemula. Deskripsi yang merefleksikan pergeseran ke arah kinerja tingkat menguasai. Deskripsi yang merefleksik an kinerja tingkat menguasai. Deskripsi yang merefleksik an kinerja paling tinggi. Kriteria #3 Deskripsi yang merefleksik an kinerja tingkat pemula. Deskripsi yang merefleksikan pergeseran ke arah kinerja tingkat menguasai. Deskripsi yang merefleksik an kinerja tingkat menguasai. Deskripsi yang merefleksik an kinerja paling tinggi. Kriteria #4 Deskripsi yang merefleksik an kinerja tingkat pemula. Deskripsi yang merefleksikan pergeseran ke arah kinerja tingkat menguasai. Deskripsi yang merefleksik an kinerja tingkat menguasai. Deskripsi yang merefleksik an kinerja paling tinggi.

Menurut Bernie Dodge dan Nancy Pickett (2007),rubricadalah alat skoring untuk asesmen yang bersifat subjektif, yang didalamnya terdapat satu set kriteria dan standar yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang akan diases ke anak didik.

11

Berbeda dengan dua pendapat sebelumnya, Bernie dan Nancy merincikan kembalirubricsebagai berikut: fokus untuk mengukur suatu sasaran (kinerja, perilaku, atau mutu), menggunakan peringkat, dan berisi karakteristik spesifik yang diatur dalam skala yang menggambarkan standar kinerja yang akan diukur tersebut. Lebih sederhana dari itu Nitko (1996: 241) menyatakan dalam bukunya,Scoring rubricsadalah suatu alat yang berisi seperangkat aturan yang digunakan untuk mengases kualitas dari performansi/kinerja siswa. Sama halnya dengan Goodrich, Nitko juga mendefinisikanscoring rubricsecara sederhana, singkat, dan jelas.

Sedikit berbeda dengan empat definisi sebelumnya, Popham (1995: 148) lebih menggunakan katacriteriadalam mendefinisikanrubrics. Menurutnya

criteriaadalah alat yang digunakan untuk mengidentifikasi respon siswa dalam rangka mempertimbangkan sejauh mana kecukupan unjuk kerja yang mereka tampilkan.

Menurut Zainul (2001) sebagai kriteria dan alat penskoran, rubrik terdiri dari

Senaraidangradasimutu. Senaraiadalah daftar yang diwujudkan dengan dimensi-dimensi kinerja, aspek-aspek atau konsep-konsep yang akan dinilai. Gradasi mutu mulai dari tingkat yang paling sempurna sampai dengan tingkat yang paling buruk. Menurut istilah yang digunakan dalamChicago Public Schools

(dalam Zainul, 2001), secara singkatscoring rubricterdiri atas beberapa elemen, yaitu (1) dimensi yang akan dijadikan dasar menilai kinerja siswa, (2) definisi dan contoh yang merupakan penjelasan dari setiap dimensi, (3) skala yang akan digunakan menilai dimensi, dan (4) standar untuk setiap kategori kinerja.

12

Secara umum ada dua tiperubrics, yaitu holistik dan analitik.Rubricholistik memungkinkan pemberi skor untuk membuat penilaian tentang kinerja (produk atau proses) secara keseluruhan, terlepas dari bagian-bagian komponennya. Sedangkanrubricanalitik menuntut pemberi skor untuk menilai komponen-komponen yang terpisah atau tugas-tugas individual yang berhubungan dengan kinerja yang dimaksud.

Menurut Martin (2000: 34-35)rubricholistik adalahrubricyang menggunakan skor tunggal dalam menilai produk, proses, dan penampilan.Rubricholistik terdiri dari beberapa kriteria namun tetap merujuk dalam satu klausa atau paragraf. Sedangkanrubricanalitik menilai produk, proses, dan penampilan dalam atribut atau dimensi yang terpisah dan mempunyai deskriptor untuk tiap dimensinya.

Namun pada bukuEducational Assessment of Students, Nitko (1996: 266) mengemukakan bahwarubricada 3 jenis, yaitu : 1)rubricholistik, yaiturubric

yang menilai proses secara keseluruhan tanpa adanya pembagian komponen secara terpisah, 2)rubricanalitik, yaiturubricyang menilai proses secara terpisah dan hasil akhirnya adalah dengan menggabungkan penilaian dari tiap komponen, dan 3) Holistik dengan catatan, yaiturubricuntuk mendukung penilaian holistik karena didalamnya disertai dengan catatan mengenai kekuatan dan keterbatasan dari proses yang sedang dinilai.

Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa rubrik yaitu alat yang berisi seperangkat kriteria yang digunakan untuk mengukur kinerja siswa.

13 B. Teknik Peta Pikiran

1. Pengertian Teknik Peta Pikiran

Teknik peta pikiran dikembangkan oleh Buzan (2004), yang didasarkan pada riset tentang bagaimana cara kerja otak sebenarnya. Peta pikiran menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan. Peta pikiran ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal dalam otak dan memicu ingatan agar lebih mudah. Ini jauh lebih mudah daripada metode pencatatan tradisional, karena teknik ini mengaktifkan kedua belah otak (otak kanan dan otak kiri).

Buzan (2004: 68) memberikan pengertian dari teknik peta pikiran sebagai berikut :

Peta pikiran adalah ekspresi dari pemikiran radian karena peta pikiran adalah fungsi alami dari pikiran manusia. Ini adalah teknik grafik yang berdaya guna yang menyediakan kunci universal untuk membuka potensi otak. Peta pikiran dapat diterapkan pada setiap aspek kehidupan dimana perbaikan pengetahuan dan pemikiran yang lebih jelas akan

meningkatkan prestasi manusia. Peta pikiran mempunyai empat karakteristik penting:

a) Subjek yang menjadi perhatian mengalami kristalisasi dalam citra sentral.

b) Tema utama dari subjek memancar dari citra sentral sebagai cabang-cabang.

c) Cabang-cabang ini terdiri dari citra kunci atau kata kunci yang dituliskan di garis yang berasosiasi. Topik-topik dengan tingkat kepentingan yang lebih kecil juga digambarkan sebagai cabang-cabang yang melekat pada cabang-cabang dari tingkat yang lebih tinggi. d) Cabang-cabang ini membentuk nodus yang saling berhubungan.

Penjelasan di atas memberikan kesimpulan pengertian dari teknik peta pikiran, yaitu teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan grafis. Peta pikiran dapat

14

dianalogikan sebagai sebatang pohon yang yang terdiri atas cabang-cabang pohon yang saling berhubungan satu sama lain. Seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Ilustrasi bagian-bagian peta pikiran oleh Buzan (2004)

2. Manfaat Teknik Peta Pikiran

Teknik peta pikiran akan membantu dalam merencanakan, mengatur, memunculkan ide-ide baru yang kreatif mengagumkan, dan menyerap fakta serta informasi dengan mudah.

Menurut Michalko dalam Buzan (2004: 6) mengemukakan bahwa manfaat dari penggunaan teknik peta pikiran diantaranya:

a. Teknik peta pikiran akan membantu mengaktifkan seluruh otak. b. Teknik peta pikiran akan membantu dalam membereskan akal dari

kekusutan mental.

c. Teknik peta pikiran memungkinkan kita untuk fokus dalam pokok bahasan.

d. Teknik peta pikiran akan membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah.

e. Teknik peta pikiran memberikan gambaran yang jelas pada keseluruhan dari informasi yang diperoleh.

f. Teknik peta pikiran mengisyaratkan kita untuk memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang membantu mengalihkan informasi tentang sesuatu dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang.

15

Gambaran secara umum tentang manfaat teknik peta pikiran dapat dilihat pada contoh Gambar 2.2. Gambar 2.2 adalah gambar peta pikiran gelombang elektromagnetik yang peneliti buat sebagai contoh dalam instrumen penugasan yang akan peneliti kembangkan.

Gambar 2.2 Peta Pikiran Gelombang Elektromagnetik.

3. Kelebihan Teknik Peta Pikiran

Kelebihan teknik peta pikiran menurut Porter (2005: 17), yaitu:

a. Fleksibel

Jika seseorang tiba-tiba teringat untuk menjelaskan suatu hal, dengan menggunakan teknik peta pikiran, dapat dengan mudah menambahkan di tempat yang sesuai dalam peta pikiran.

b. Dapat memusatkan perhatian

Tidak perlu berpikir untuk menangkap setiap kata, tetapi seseorang dapat berkonsentrasi pada gagasannya.

c. Meningkatkan pemahaman

Ketika membaca suatu tulisan atau laporan teknik peta pikiran akan meningkatkan pemahaman dan memberikan catatan tinjauan ulang yang sangat berarti.

16

e. Imajinasi dan kreatifitas tidak terbatas, dan hal ini menjadikan pembuatan dan peninjauan ulang catatan menjadi lebih menyenangkan.

4. Langkah-langkah Membuat Peta Pikiran

Membuat peta pikiran menggunakan pena atau pensil berwarna dan kertas kosong tak bergaris. Mulailah dari bagian tengah kertas, gunakan kertas secara melebar untuk mendapatkan lebih banyak tempat dalam menuangkan pikiran.

Buzan (2004: 15-16) mengemukakan langkah-langkah untuk membuat catatan dengan menggunakan teknik peta pikiran, yaitu sebagai berikut.

a. Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar. Mengapa? Karena, memulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dengan lebih bebas dan alami.

b. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Mengapa? Karena, gambar bermakna seribu kata dan membantu kita menggunakan imajinasi. Gambar sentral akan lebih menarik, membuat tetap fokus, membantu berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak.

c. Menggunakan warna. Mengapa? Karena, bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat peta pikiran lebih hidup, menambah energi kepada pemikiran kreatif, dan menyenangkan. d. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan

cabang-cabang tingkat dua dan tiga dan seterusnya. Mengapa? Karena, otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua atau tiga hal sekaligus. Bila menghubungkan cabang-cabang informasi akan lebih mudah diingat dan dipahami.

e. Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Mengapa? Karena, garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis, seperti cabang pohon, jauh lebih menarik bagi mata.

f. Gunakan kata kunci untuk setiap garis, kembangkan untuk menambahkan detailnya. Mengapa? Karena, kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas pada peta pikiran. Tulislah gagasan tersebut dengan huruf kapital.

g. Gunakan gambar. Mengapa? Karena, setiap gambar bermakna seribu kata, sehingga lebih mudah diingat.

Peta pikiran akan semakin menarik jika semua komponen-komponen seperti gambar, simbol, warna, garis lengkung berpadu dalam satu tatanan harmonis

17

dan menghasilkan suatu interpretasi konsep yang benar, seperti contoh yang ditunjukkan pada gambar berikut ini:

Gambar 2.3 Peta pikiran energi olehlearningfundamentals.com C. Instrumen Penugasan Berbasis Peta Pikiran

Teknik peta pikiran diharapkan dapat mengarahkan siswa untuk

mengelaborasikan kemampuan kognitifnya dalam menyerap, menganalisis, mengorganisasikan, dan menyajikan kembali informasi secara holistik dan menarik. Hal ini yang kemudian menjadi dasar acuan peneliti dalam

mengembangkan instrumen penugasan. Bentuk penugasan yang cocok dengan teknik peta pikiran ini adalah lembar kerja atauworksheetyang dilengkapi dengan materi bacaan ilmiah.

Menurut Abela, lembar kerja (worksheet) yang dilengkapi dengan materi bacaan, memiliki komponen sebagai berikut:

18

1) Dimulai dengan pertanyaan yang mengundang rasa ingin tahu. 2) Menyertakan pertanyaan teknikskimmingdanscanninguntuk

mendorong siswa mendapatkan gambaran teks secara luas. 3) Menyediakan pertanyaan secara komprehensif.

4) Menyediakan pertanyaan diskusi untuk memperkenalkan siswa umpan balik pembelajaran.

Berdasarkan analisa di atas, maka peneliti menyusun spesifikasi produk yang berisi beberapa komponen pokok sebagai berikut:

1. Lembar materi bacaan fisika

Materi dasar fisika dalam lembar kerja ini diturunkan dari kompetensi dasar dalam silabus, materi-materi tersebut kemudian peneliti bagi lagi menjadi sub-sub materi dengan mengacu pada indikator pembelajaran. Sub-sub-sub materi tersebut yang kemudian peneliti sajikan dalam bentuk materi bacaan fisika yang berisi lembar artikel berita online dan ringkasan materi.

Materi bacaan fisika yang disediakan menuntut siswa untuk melakukan teknik

skimmingdanscanning. TeknikSkimmingadalah teknik membaca untuk mendapatkan ide pokok atau intisari terhadap suatu bacaan, sedangkan

scanningadalah teknik membaca dengan melompat untuk lansung ke sasaran yang dicari.

Menurut Rahmat langkah-langkahskimmingdanscanning:

Langkah-langkahskimming adalah:

1. Baca judul, sub judul dan subheading untuk mencari tahu apa yang dibicarakan teks tersebut.

2. Perhatikan ilustrasi (gambar atau foto) agar Anda mendapatkan informasi lebih jauh tentang topik tersebut.

3. Baca awal dan akhir kalimat setiap paragrap.

4. Jangan membaca kata per kata. Biarkan mata Anda melakukan

19

5. Lanjutkan dengan berpikir mengenai arti teks tersebut Sedangkan langkah-langkahscanningadalah:

1. Perhatikan penggunaan

2. Carilah kata yang dicetak tebal, miring atau yang dicetak berbeda dengan teks lainnya.

3. Terkadang penulis menempatkan kata kunci di batas paragraf

2. Lembar aktivitas curah gagasan (Brainstorming)

Lembar kerja peta pikiran (mindmap worksheet) menggunakan metode curah gagasan (brainstorming) sebagai dasar pengembangannya. Seperti yang dijabarkan dalam Wikipedia tentang teknik peta pikiran:

Pemetaan pikiran menggunakan teknik curah gagasan dengan

menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar, dan melukiskannya secara kesatuan di sekitar tema utama seperti pohon dengan akar, ranting, dan daun-daunnya. Tahap pertama setelah tema ditentukan dan kata kunci hasil curah gagasan dituliskan, dilukis, dan ditandai dengan warna atau simbol tertentu adalah menyusun ulang kata kunci tersebut.

Kemudian proses curah gagasan diteruskan kembali secara bebas. Kata kunci yang digunakan disarankan hanya satu kata tunggal.

Sementara Roestiyah (2001: 73) memberikan definisi curah gagasan sebagai berikut:

MetodeBrainstormingadalah suatu teknik mengajar yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas, yaitu dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau dapat diartikan pula sebagai satu cara untuk

mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang singkat. Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua siswa yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan peta informasi, peta

pengalaman, atau peta gagasan (mindmap) untuk menjadi pembelajaran bersama. Metode ini digunakan untuk menguras habis apa yang

dipikirkan para siswa dalam menanggapi masalah yang dilontarkan guru di kelas tersebut.

20

Metode curah gagasan merupakan pengembangan dari metode kode kata. Cara yang dipakai oleh metode kode kata ini adalah dengan memilih kata kunci dari tema suatu bahan bacaan yang sudah ditentukan. Kata ini dipakai sebagai pijakan awal yang akan menuntun siswa untuk

menemukan satu tema dari bahan bacaan yang spesifik. Setiap kata akan memicu siswa untuk memikirkan beberapa pengalaman yang siswa miliki. Ketika siswa mengingat kembali satu pengalaman belajar, hal itu akan mendorong siswa untuk menghubungkannya dengan pengalaman belajar lain yang mungkin terlupakan. Berawal dari sebuah kata, siswa menuliskan semua ide yang berkaitan dengan kata tersebut. Hal ini dapat diibaratkan seperti mencurahkan air di dalam gelas ke dalam baskom. Seluruh isi gelas dituangkan semuanya. Tidak ada yang dipilih-pilih.

Dokumen terkait