• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENUGASAN BERBASIS PETA PIKIRAN (MIND MAP) UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENUGASAN BERBASIS PETA PIKIRAN (MIND MAP) UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENUGASAN BERBASIS PETA PIKIRAN (MIND MAP) UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

(Skripsi)

Oleh:

HERLIN GUGUS TUPLI PRIDA (0543022022)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Herlin Gugus TP

ABSTRAK

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENUGASAN BERBASIS PETA PIKIRAN (MIND MAP) UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Oleh

Herlin Gugus Tupli Prida

Instrumen penugasan merupakan salah satu instrumen penilaian yang bersifat menyeluruh dan berkesinambungan. Memperkaya bentuk instrumen penugasan yang sesuai dengan perkembangan kemampuan siswa serta didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan tuntutan yang harus dipenuhi guru sebagai langkah terkecil dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Bentuk penugasan menggunakan teknik peta pikiran (mind map) merupakan salah satu instrumen penugasan yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar terutama aspek kognitif siswa.

(3)

Tahap-Herlin Gugus TP

tahap tersebut yaitu: tahap studi pendahuluan, tahap perencanaan dan penyusunan produk dan tahap uji coba produk.

Berdasarkan beberapa tahap pengembangan tersebut diperoleh produk akhir (lembar kerja siswa) berupa prototipe 3. Prototipe 3 berawal dari protitipe 1 yang telah lulus uji coba produk. Berdasarkan data hasil uji pendahuluan diketahui bahwa produk berkualitas baik dan layak digunakan dengan perolehan nilai uji ahli materi sebesar 2,95 dan uji ahli desain media pembelajaran sebesar nilai 3,17. Prototipe 1 diperbaiki berdasarkan saran dari para ahli. Kemudian dilakukan uji operasional kepada siswa kelas X. Berdasarkan hasil uji operasional (uji

lapangan) didapatkan hasil bahwa produk prototipe 2 (lembar kerja siswa) efektif digunakan sebagai media pembelajaran yang ditunjukkan dari penilaian hasil belajar 30 siswa terdapat 26 siswa (86,67%) yang tuntas mencapai nilai KKM yang ditetapkan yaitu sebesar 65 dan 4 siswa yang tidak tuntas (13,33%). Prototipe 2 diperbaiki berdasarkan saran dari para siswa sehingga menghasilkan prototipe 3 atau produk akhir.

(4)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENUGASAN BERBASIS PETA PIKIRAN (MIND MAP) UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Oleh

HERLIN GUGUS TUPLI PRIDA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

Judul Skripsi : PENGEMBANGAN INSTRUMEN

PENUGASAN BERBASIS PETA PIKIRAN (MIND MAP) UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Nama Mahasiswa : Herlin Gugus Tupli Prida

Nomor Pokok Mahasiswa : 0543022022

Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Undang Rosidin, M.Pd Drs. Eko Suyanto, M.Pd.

NIP.196003011985031003 NIP 196403101991121001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Undang Rosidin, M.Pd

Sekretaris : Drs. Eko Suyanto, M.Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Agus Suyatna, M.Si.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si

NIP 19600315 198503 1 003

(7)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah:

Nama : Herlin Gugus Tupli Prida

NPM : 0543022022

Fakultas / Jurusan : KIP / Pendidikan MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Bandar Jaya Barat, Lampung Tengah, 34162

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandarlampung, Oktober 2012

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi, Lampung Utara, Provinsi Lampung pada tanggal 17 Agustus 1986, anak dari bapak Hendro Dwiyanto dan ibu Roslina.

Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan di SD Negeri 2 Yukum Jaya pada tahun 1998, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 3 Terbanggi Besar pada tahun 2001, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar pada tahun 2004.

Pada tahun 2005, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram melalui jalur SPMB, kemudian pada tahun 2007 penulis mengajukan alih program ke Universitas Lampung dengan jurusan yang sama, sehingga tercatat tahun 2007 sebagai mahasiswa alih program pada Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu

(9)

MOTTO

Setiap orang adalah guru dan setiap tempat adalah sekolah.

Arogansi (keangkuhan) dan prasangka buruk adalah dua hal yang merusak dalam

mendapatkan pembelajaran yang sebenarnya

.

No pain No gain

.

(10)

PERSEMBAHAN

, segala puji hanya milik Allah SWT. Penulis persembahkan skripsi ini kepada:

1. Ibunda tercinta, yang selalu memberikan segala yang terbaik bagi penulis,

yang tak pernah lelah ber dan selalu mendukung

penulis dalam suka dan duka.

2. Adik-adikku tersayang, Lina Aprilia dan Pedi Dwijaya Wilanda yang selalu memberikan dukungan dan kekuatan untuk penulis.

3. Teman terbaik dalam hidup, Mulyadi Sofyan yang selalu siap dalam suka duka mendampingi selama kuliah di Universitas Lampung.

4. Sahabat-sahabat terdekatku, Ochie, Siwi, Ivanna, Sastro, Mamat serta Susi yang juga selalu memberikan dukungan dan kekuatan untuk penulis. 5. Keluarga besar ibu Roslina

(11)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul Pengembangan Instrumen Penugasan Berbasis Peta Pikiran (Mind Map) untuk Pembelajaran Fisika di SMA Penulis menyadari bahwa dengan bantuan berbagai pihak, skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika dan pembahas, yang banyak memberikan masukan dan kritik yang bersifat positif dan membangun.

4. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku dosen Pembimbing Akademik dan Pembimbing I yang telah memotivasi, membimbing, dan mengarahkan penulis selama penulisan skripsi.

5. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku pembimbing II atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.

(12)

7. Bapak Drs. Feriansyah Sesunan, M.Pd., selaku evaluator uji ahli desain yang banyak memberikan masukan untuk perbaikan produk pengembangan. 8. Bapak dan ibu dosen Pendidikan Fisika Universitas Lampung yang telah

membimbing penulis dalam pembelajaran di Universitas Lampung.

9. Ibu Dra. Hj. E.B. Ambarwati, M.Pd., selaku Kepala SMAN 1 Terbanggi Basar yang telah memberi izin dan arahan selama penelitian.

10. Bapak Drs. Suharyanto, selaku guru mitra selama penulis melakukan penelitian.

11. Siswa-siswi kelas X SMAN 1 Terbanggi Besar yang telah bersedia menjadi objek penelitian.

12. Bapak dan ibu dewan guru SMAN 1 Terbanggi Basar dan staf tata usaha yang banyak membantu selama penulis belajar dan melakukan penelitian.

13. Sahabat-sahabat penulis keluarga besar pendidikan fisika 2005 reguler dan non reguler, terima kasih atas dukungan, bantuan dan kerjasamanya. 14. Keluarga besar pendidikan fisika FKIP Universitas lampung.

15. Teman-teman terbaikku: mbak ochie, siwi, ivanna, mamat, dan susi. 16. Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis hanya dapat berdoa, mudah-mudahan segala bantuan yang telah diberikan dicatat sebagai amal baik dan diberikan balasan yang terbaik oleh Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan. Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2012

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN... v

SANWACANA ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Instrumen Penugasan sebagai Komponen Penilaian Hasil Belajar... 5

1. Penilaian Hasil Belajar ... 5

2. Instrumen Penugasan dan Rubrik Penilaian... 8

B. Teknik Peta Pikiran... 13

1. Pengertian Teknik Peta Pikiran ... 13

2. Manfaat Teknik Peta Pikiran... 14

(14)

4. Langkah-langkah Membuat Peta Pikiran ... 16

C. Instrumen Penugasan Berbasis Peta Pikiran ... 18

1. Lembar Materi Bacaan Fisika ... 18

2. Lembar Aktifitas Curah Gagasan ... 19

D. Materi Gelombang Elektromagnetik ... 22

III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 29

B. Prosedur Penelitian ... 30

1. Tahap Studi Pendahuluan ... 33

2. Tahap Perencanaan dan Penyusunan Desain Produk ... 33

3. Tahap Uji Coba Produk ... 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan... 36

1. Tahap Studi Pendahuluan ... 36

2. Tahap Perencanaan dan Penyusunan Desain Produk ... 38

3. Tahap Uji Coba Produk ... 41

B. Pembahasan... 45

1. Kesesuaian Produk yang dihasilkan dengan tujuan pengembangan ... 45

2. Kelebihan dan kelemahan produk hasil pengembangan ... 49

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 51

B. Saran... 52

DAFTAR PUSTAKA... 53

LAMPIRAN 1. Instrumen Observasi ... 55

(15)

3. Hasil wawancara Guru ... 57

4. Spesifikasi Produk yang Direncanakan ... 58

5. Rubrik Penilaian Peta Pikiran ... 59

6. Kisi-kisi instrumen uji Pendahuluan ... 71

7. Instrumen uji ahli materi/isi ... 84

8. Instrumen uji ahli ahli desain ... 131

9. Uji ahli materi ... 137

10. Uji ahli desain ... 142

11. Hasil uji ahli isi/materi ... 144

12. Hasil uji ahli desain media... 145

13. Saran perbaikan hasil uji ahli ... 146

14. Surat uji ahli ... 147

15. Kisi-kisi instrumen uji operasional ... 155

16. Instrumen uji operasional ... 156

17. RPP ... 158

18. Silabus... 167

19. Hasil uji operasional (uji kemenarikan) ... 169

20. Hasil uji operasional ... 172

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Rubrik holistik ... 10

2.2 Rubrik analitik ... 10

2.3 Konversi skor kualitas ke pernyataan kualitas... 21

4.1. Gambaran umum spesifikasi produk ... 39

4.2. Hasil analisis prototipe 1 ... 43

4.3. Hasil analisis prototipe 2 ... 44

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Ilustrasi bagian-bagian peta pikiran... 14

2.2. Peta pikiran gelombang elektromagnetik ... 15

2.3. Peta pikiran energi ... 17

2.4. Gelombang elektromagnetik... 22

2.5. Spektrum gelombang elektromagnetik ... 25

(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Prinsip penilaian yang tercantum pada Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Tahun 2007 tentang Standar Penilaian salah satunya disebutkan bahwa Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik

mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik

penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.

Salah satu bentuk penilaian hasil belajar peserta didik yang menyeluruh dan berkesinambungan adalah instrumen penugasan. Instrumen penugasan merupakan salah satu instrumen penilaian nontes yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor siswa.

Memperkaya bentuk instrumen penugasan yang sesuai dengan perkembangan kemampuan siswa serta didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu tuntutan yang harus dipenuhi guru sebagai langkah terkecil dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

(19)

2

catatan pelajaran dalam menyampaikan informasi pembelajaran yang didapat akan mempengaruhi keberhasilan dalam mengerjakan tugas.

Banyak teknik mencatat yang diperkenalkan oleh beberapa ahli dan praktisi pendidikan, salah satu nya adalah teknik peta pikiran (mind map), teknik peta pikiran merupakan teknik pencatatan secara sederhana yang melibatkan grafik, gambar, dan warna. Dasar pencatatan teknik ini adalah asosiasi, yang melibatkan otak kanan dan otak kiri. Teknik mencatat ini diperkenalkan oleh Buzan (2004), meskipun populer sebagai salah satu teknik mencatat yang praktis dan

menyeluruh, pada perkembangannya ada beberapa tenaga pendidik mulai mengembangkannya sebagai instrumen penugasan yang cocok diterapkan di sekolah-sekolah dan institusi pendidikan.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di SMA Negeri 01 Terbanggi Besar pada tanggal, dari 30 responden yang mewakili seluruh populasi lebih dari 50% siswa menggunakan teknik mencatat linear. Metode mencatat dengan teknik ini cenderung mengarahkan siswa menghafal secara verbal, tidak mengelaborasikan kemampuan siswa dalam membaca, mengingat, menganalisa, mengorganisasikan, dan mempresentasikan. Terbukti dari hasil wawancara

dengan guru fisika di SMA Negeri 01 Terbanggi Besar, guru mengalami kesulitan saat melakukan penilaian terhadap siswa khususnya penilaian terhadap

penguasaan konsep, instrumen penugasan yang diberikan tidak mampu mengukur kemampuan siswa secara komprehensif.

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul Instrumen Penugasan

(20)

3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka rumus-an masalah dalam penelitirumus-an ini adalah: bagaimrumus-ana format instrumen penugasrumus-an berbasis peta pikiran yang sesuai untuk materi gelombang elektromagnetik SMA?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan format instrumen penugasan berbasis peta pikiran yang sesuai untuk materi

gelombang elektromagnetik SMA.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian pengembangan ini diantaranya:

1. Bagi siswa khususnya, dapat mengenal teknik pencatatan peta pikiran secara menyeluruh sehingga diharapkan dapat menambah prestasi belajar siswa pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

2. Bagi guru, dapat menambah wawasan pengetahuan dan kemampuan khususnya dalam merancang instrumen penugasan yang berbasiskan peta pikiran.

3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat memperkaya pemahaman dan pengalaman dalam membuat instrumen penugasan, meningkatkan

kompetensi ilmu fisika dan meningkatkan kepercayaan diri dalam mengajar.

(21)

4

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan adalah proses menerjemahkan spesifikasi desain ke dalam suatu wujud fisik tertentu.

2. Instrumen penugasan berbasis peta pikiran merupakan salah satu komponen penilaian hasil belajar dalam rencana pembelajaran berupa tugas

(task/assignment)yang mengacu pada kurikulum dan didesain dengan berbasis peta pikiran sehingga siswa diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar khususnya dalam pelajaran fisika.

3. Pembelajaran fisika adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan

(khusunya dalam ilmu fisika), sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

(22)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Instrumen Penugasan sebagai Komponen Penilaian Hasil Belajar

1. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran. Menurut Nitko dan Brookhart (2007: 4) penilaian atau

assessmentmerupakan suatu proses mengumpulkan informasi untuk dijadikan dasar dalam membuat suatu keputusan tentang siswa, kurikulum, program dan sekolah.

Definisi yang lebih spesifik tentang penilaian dalam proses pembelajaran menurut Popham (1995: 7) adalaheducational assessment is a formal attempt

to determine .

Pada definisi ini tercakup tiga komponen utama dalam proses penilaian, yaitu:

formal attempt, studen daneducational variables of interest. Formal attemptadalah suatu upaya formal yang disengaja (a deliberate effort) dan dilakukan secara sistematis. Adapun yang dimaksud dengan

adalah status siswa berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan keterampilannya. Sedangkaneducational variables of interestadalah berbagai macam

(23)

6

Sedangkan menurut Edward dan Richard (2007: 217) penilaian hasil belajar memiliki perbedaan dengan evaluasi hasil belajar,

Penilaian hasil belajar (assessment) merupakan proses pengumpulan & penggunaan informasi oleh guru melalui sejumlah bukti untuk membuat keputusan tentang pencapaian hasil belajar/kompetensi siswa. Sedangkan evaluasi hasil belajar (evaluation) adalah proses pemberian nilai (angka) pada lembar kerja siswa, biasanya dilakukan pada akhir semester.

Menurut Anderson dan Krathwohl (2001: 245), proses penilaian yang dilakukan oleh seorang pendidik pada dasarnya karena dua alasan, yaitu pertama, untuk memantau perkembangan belajar anak dan untuk membuat penyesuaian-penyesuaian dalam pengajaran, baik untuk individu maupun semua siswa. Kedua, untuk menentukan peringkat pencapaian belajar siswa dalam periode waktu tertentu. Dengan demikian dua fungsi utama penilaian adalah pendiagnosisan dan pemeringkatan.

Berdasarkan pada perbedaan kedua tujuan di atas, penilaian dibedakan atas penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan pembelajaran, misanya guru membutuhkan informasi tentang sejauh mana efektifitas pendekatan

pembelajaran yang digunakan guru dalam kelas, guru kemudian melakukan penilaian formatif, salah satu caranya bisa dengan memberikan pertanyaan atau melakukan pengamatan terhadap siswa, dalam penilaian ini, guru tidak

memberikan nilai berupa angka. Hasil penilaian ini kemudian dijadikan umpan balik (feedback)sebagai rekomendasi perbaikan dalam pembelajaran.

(24)

7

mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru dan ketercapaian indikator pelajaran oleh siswa. Penilaian sumatif dibedakan menjadi dua macam, yaitu penilaian tes dan penilaian nontes. Hasil penilaian ini selama satu semester secara kolektif merupakan komponen evaluasi.

Kedua jenis penilaian yang telah disebutkan di atas sangat penting dalam proses pembelajaran walaupun memiliki tujuan yang berbeda. Penilaian yang pertama digunakan untuk memperbaiki atau merencanakan pembelajaran, sedangkan penilaian selanjutnya digunakan untuk menentukan tingkat pencapaian akademik yang telah dicapai siswa. Bloom, Hasting, & Madaus dalam Edward & Richard (2007: 219) menyatakan: keduanya merupakan bagian yang sangat vital dalam menguasai proses belajar dan mengajar(Both are the vital part of mastery teaching and learning) .

Dengan demikian rangkuman pengertian dari penilaian hasil belajar dalam pembelajaran adalah segala kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan secara disengaja dan sistematis dalam mengumpulkan informasi yang akan digunakan sebagai dasar dalam mengambil keputusan tentang pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa untuk berbagai macam kepentingan/tujuan pembelajaran.

2. Instrumen Penugasan dan Rubrik Penilaian

(25)

8

penilaian yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan berpikir. Kedua, pada ranah afektif adalah penilaian yang dilakukan untuk mengembangkan sikap, rasa dan watak/kepribadian. Ketiga, pada ranah psikomotor, yaitu penilaian untuk meningkatkan keterampilan secara fisik.

Salah satu tuntutan dari suatu proses penilaian adalah menghasilkan penilaian yang valid. Menurut Nitko dan Brookhart (2007: 127) , karena format alat penilaian (instrumen) yang berbeda tidak memberikan hasil penilaian yang valid untuk semua tujuan (different assessment options are not equally valid for all purposes), maka diperlukan format instrumen yang berbeda untuk tujuan penilaian yang berbeda. Salah satu contohnya adalah penilaian dengan tugas.

Dalam Permendiknas tahun 2006 disebutkan :

Penilaian hasil belajar oleh guru menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik. Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat berbentuk tugas rumah dan/atau proyek.

Ada banyak jenis format tugas dalam proses penilaian hasil belajar siswa, Nitko dan Brookhart (2007: 127) menggolongkan ke dalam empat kategori, yaitu: 1) formatpaper and pencil, meliputi: bentuk pilihan, jawaban singkat, menjodohkan,essaydan lain-lain, 2) format unjuk kerja, meliputi:checklist, rating scalesdansign and category systems, 3) format aktivitas jangka

panjang, meliputi:projects, extended written assginments, laboratory exercises

(26)

9

Tidak jauh berbeda dengan pernyataan sebelumnya, Roestiyah (1988: 133) menyatakan bahwa:

Tugas diberikan dalam bentuk daftar sejumlah pertanyaan mengenai mata pelajaran tertentu atau satu perintah yang harus dibahas dengan diskusi atau perlu di cari uraiannya pada buku pelajaran. Dapat juga berupa tugas tertulis atau tugas lisan yang lain, dapat ditugaskan

mengumpulkan sesuatu, mengadakan observasi terhadap sesuatu dan bisa juga melakukan eksperimen. Tugas itu juga dapat berupa perintah, kemudian siswa mempelajari bersama teman atau dikerjakan sendiri dan menyusun laporan /resume.

Berdasarkan penjabaran di atas maka dapat ditarik suatu definisi dari instrumen penugasan, yaitu salah satu instrumen penilaian hasil belajar dengan

menggunakan berbagai teknik baik tes maupun nontes yang berfungsi tidak hanya untuk mengukur kemampuan kognitif siswa, tapi juga untuk mengukur kemampuan afektif dan psikomotor siswa.

Instrumen penugasan membutuhkanrubricsebagai acuan penilaian. Heidi Goodrich Andrade dalam Zainul (2001: 5) mendefinisikanrubricsebagai suatu alat penskoran yang terdiri dari daftar seperangkat kriteria atau apa yang harus dihitung. Definisi yang dikemukakan oleh Goodrich ini sangat singkat dan jelas, sehingga hanya dengan sekali membacanya, kita sudah tahu dan mengerti apakah hakikatrubricsebenarnya. Tidak jauh berbeda dengan Goodrich, Arends (2008: 244) mendefinisikanscoring rubricssebagai deskripsi

terperinci tentang tipe kinerja tertentu dan kriteria yang akan digunakan untuk menilainya. Untuk memudahkan dalam membuatrubrics, Mertler (2001) dalam Arends (2008: 245, 247) membuatkantemplatenya sebagai berikut:

(27)

10

Skor Deskripsi

5 Memperlihatkan pemahaman yang lengkap tentang permasalahannya. Seluruh persyaratan tugas dimasukkan ke dalam respons.

4 Memperlihatkan pemahaman yang cukup tentang permasalahannya. Seluruh persyaratan tugas dimasukkan ke dalam respons.

3 Memperlihatkan pemahaman parsial tentang permasalahannya. Kebanyakan persyaratan tugas dimasukkan ke dalam respons.

2 Memperlihatkan pemahaman terbatas tentang permasalahannya. Banyak persyaratan tugas yang tidak tampak dalam respons.

1 Memperlihatkan sama sekali tidak memahami permasalahannya.

Tabel 2.2 Rubrik Analitik oleh Mertler (2001)

Mulai Mengembangkan Menguasai *Exemplary Skor

Kriteria

(28)

11

Berbeda dengan dua pendapat sebelumnya, Bernie dan Nancy merincikan kembalirubricsebagai berikut: fokus untuk mengukur suatu sasaran (kinerja, perilaku, atau mutu), menggunakan peringkat, dan berisi karakteristik spesifik yang diatur dalam skala yang menggambarkan standar kinerja yang akan diukur tersebut. Lebih sederhana dari itu Nitko (1996: 241) menyatakan dalam bukunya,Scoring rubricsadalah suatu alat yang berisi seperangkat aturan yang digunakan untuk mengases kualitas dari performansi/kinerja siswa. Sama halnya dengan Goodrich, Nitko juga mendefinisikanscoring rubricsecara sederhana, singkat, dan jelas.

Sedikit berbeda dengan empat definisi sebelumnya, Popham (1995: 148) lebih menggunakan katacriteriadalam mendefinisikanrubrics. Menurutnya

criteriaadalah alat yang digunakan untuk mengidentifikasi respon siswa dalam rangka mempertimbangkan sejauh mana kecukupan unjuk kerja yang mereka tampilkan.

Menurut Zainul (2001) sebagai kriteria dan alat penskoran, rubrik terdiri dari

Senaraidangradasimutu. Senaraiadalah daftar yang diwujudkan dengan dimensi-dimensi kinerja, aspek-aspek atau konsep-konsep yang akan dinilai. Gradasi mutu mulai dari tingkat yang paling sempurna sampai dengan tingkat yang paling buruk. Menurut istilah yang digunakan dalamChicago Public Schools

(29)

12

Secara umum ada dua tiperubrics, yaitu holistik dan analitik.Rubricholistik memungkinkan pemberi skor untuk membuat penilaian tentang kinerja (produk atau proses) secara keseluruhan, terlepas dari bagian-bagian komponennya. Sedangkanrubricanalitik menuntut pemberi skor untuk menilai komponen-komponen yang terpisah atau tugas-tugas individual yang berhubungan dengan kinerja yang dimaksud.

Menurut Martin (2000: 34-35)rubricholistik adalahrubricyang menggunakan skor tunggal dalam menilai produk, proses, dan penampilan.Rubricholistik terdiri dari beberapa kriteria namun tetap merujuk dalam satu klausa atau paragraf. Sedangkanrubricanalitik menilai produk, proses, dan penampilan dalam atribut atau dimensi yang terpisah dan mempunyai deskriptor untuk tiap dimensinya.

Namun pada bukuEducational Assessment of Students, Nitko (1996: 266) mengemukakan bahwarubricada 3 jenis, yaitu : 1)rubricholistik, yaiturubric

yang menilai proses secara keseluruhan tanpa adanya pembagian komponen secara terpisah, 2)rubricanalitik, yaiturubricyang menilai proses secara terpisah dan hasil akhirnya adalah dengan menggabungkan penilaian dari tiap komponen, dan 3) Holistik dengan catatan, yaiturubricuntuk mendukung penilaian holistik karena didalamnya disertai dengan catatan mengenai kekuatan dan keterbatasan dari proses yang sedang dinilai.

(30)

13

B. Teknik Peta Pikiran

1. Pengertian Teknik Peta Pikiran

Teknik peta pikiran dikembangkan oleh Buzan (2004), yang didasarkan pada riset tentang bagaimana cara kerja otak sebenarnya. Peta pikiran menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan. Peta pikiran ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal dalam otak dan memicu ingatan agar lebih mudah. Ini jauh lebih mudah daripada metode pencatatan tradisional, karena teknik ini mengaktifkan kedua belah otak (otak kanan dan otak kiri).

Buzan (2004: 68) memberikan pengertian dari teknik peta pikiran sebagai berikut :

Peta pikiran adalah ekspresi dari pemikiran radian karena peta pikiran adalah fungsi alami dari pikiran manusia. Ini adalah teknik grafik yang berdaya guna yang menyediakan kunci universal untuk membuka potensi otak. Peta pikiran dapat diterapkan pada setiap aspek kehidupan dimana perbaikan pengetahuan dan pemikiran yang lebih jelas akan

meningkatkan prestasi manusia. Peta pikiran mempunyai empat karakteristik penting:

a) Subjek yang menjadi perhatian mengalami kristalisasi dalam citra sentral.

b) Tema utama dari subjek memancar dari citra sentral sebagai cabang-cabang.

c) Cabang-cabang ini terdiri dari citra kunci atau kata kunci yang dituliskan di garis yang berasosiasi. Topik-topik dengan tingkat kepentingan yang lebih kecil juga digambarkan sebagai cabang-cabang yang melekat pada cabang-cabang dari tingkat yang lebih tinggi. d) Cabang-cabang ini membentuk nodus yang saling berhubungan.

(31)

14

dianalogikan sebagai sebatang pohon yang yang terdiri atas cabang-cabang pohon yang saling berhubungan satu sama lain. Seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Ilustrasi bagian-bagian peta pikiran oleh Buzan (2004)

2. Manfaat Teknik Peta Pikiran

Teknik peta pikiran akan membantu dalam merencanakan, mengatur, memunculkan ide-ide baru yang kreatif mengagumkan, dan menyerap fakta serta informasi dengan mudah.

Menurut Michalko dalam Buzan (2004: 6) mengemukakan bahwa manfaat dari penggunaan teknik peta pikiran diantaranya:

a. Teknik peta pikiran akan membantu mengaktifkan seluruh otak. b. Teknik peta pikiran akan membantu dalam membereskan akal dari

kekusutan mental.

c. Teknik peta pikiran memungkinkan kita untuk fokus dalam pokok bahasan.

d. Teknik peta pikiran akan membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah.

e. Teknik peta pikiran memberikan gambaran yang jelas pada keseluruhan dari informasi yang diperoleh.

(32)

15

Gambaran secara umum tentang manfaat teknik peta pikiran dapat dilihat pada contoh Gambar 2.2. Gambar 2.2 adalah gambar peta pikiran gelombang elektromagnetik yang peneliti buat sebagai contoh dalam instrumen penugasan yang akan peneliti kembangkan.

Gambar 2.2 Peta Pikiran Gelombang Elektromagnetik.

3. Kelebihan Teknik Peta Pikiran

Kelebihan teknik peta pikiran menurut Porter (2005: 17), yaitu:

a. Fleksibel

Jika seseorang tiba-tiba teringat untuk menjelaskan suatu hal, dengan menggunakan teknik peta pikiran, dapat dengan mudah menambahkan di tempat yang sesuai dalam peta pikiran.

b. Dapat memusatkan perhatian

Tidak perlu berpikir untuk menangkap setiap kata, tetapi seseorang dapat berkonsentrasi pada gagasannya.

c. Meningkatkan pemahaman

Ketika membaca suatu tulisan atau laporan teknik peta pikiran akan meningkatkan pemahaman dan memberikan catatan tinjauan ulang yang sangat berarti.

(33)

16

e. Imajinasi dan kreatifitas tidak terbatas, dan hal ini menjadikan pembuatan dan peninjauan ulang catatan menjadi lebih menyenangkan.

4. Langkah-langkah Membuat Peta Pikiran

Membuat peta pikiran menggunakan pena atau pensil berwarna dan kertas kosong tak bergaris. Mulailah dari bagian tengah kertas, gunakan kertas secara melebar untuk mendapatkan lebih banyak tempat dalam menuangkan pikiran.

Buzan (2004: 15-16) mengemukakan langkah-langkah untuk membuat catatan dengan menggunakan teknik peta pikiran, yaitu sebagai berikut.

a. Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar. Mengapa? Karena, memulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dengan lebih bebas dan alami.

b. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Mengapa? Karena, gambar bermakna seribu kata dan membantu kita menggunakan imajinasi. Gambar sentral akan lebih menarik, membuat tetap fokus, membantu berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak.

c. Menggunakan warna. Mengapa? Karena, bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat peta pikiran lebih hidup, menambah energi kepada pemikiran kreatif, dan menyenangkan. d. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan

cabang-cabang tingkat dua dan tiga dan seterusnya. Mengapa? Karena, otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua atau tiga hal sekaligus. Bila menghubungkan cabang-cabang informasi akan lebih mudah diingat dan dipahami.

e. Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Mengapa? Karena, garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis, seperti cabang pohon, jauh lebih menarik bagi mata.

f. Gunakan kata kunci untuk setiap garis, kembangkan untuk menambahkan detailnya. Mengapa? Karena, kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas pada peta pikiran. Tulislah gagasan tersebut dengan huruf kapital.

g. Gunakan gambar. Mengapa? Karena, setiap gambar bermakna seribu kata, sehingga lebih mudah diingat.

(34)

17

dan menghasilkan suatu interpretasi konsep yang benar, seperti contoh yang ditunjukkan pada gambar berikut ini:

Gambar 2.3 Peta pikiran energi olehlearningfundamentals.com C. Instrumen Penugasan Berbasis Peta Pikiran

Teknik peta pikiran diharapkan dapat mengarahkan siswa untuk

mengelaborasikan kemampuan kognitifnya dalam menyerap, menganalisis, mengorganisasikan, dan menyajikan kembali informasi secara holistik dan menarik. Hal ini yang kemudian menjadi dasar acuan peneliti dalam

mengembangkan instrumen penugasan. Bentuk penugasan yang cocok dengan teknik peta pikiran ini adalah lembar kerja atauworksheetyang dilengkapi dengan materi bacaan ilmiah.

(35)

18

1) Dimulai dengan pertanyaan yang mengundang rasa ingin tahu. 2) Menyertakan pertanyaan teknikskimmingdanscanninguntuk

mendorong siswa mendapatkan gambaran teks secara luas. 3) Menyediakan pertanyaan secara komprehensif.

4) Menyediakan pertanyaan diskusi untuk memperkenalkan siswa umpan balik pembelajaran.

Berdasarkan analisa di atas, maka peneliti menyusun spesifikasi produk yang berisi beberapa komponen pokok sebagai berikut:

1. Lembar materi bacaan fisika

Materi dasar fisika dalam lembar kerja ini diturunkan dari kompetensi dasar dalam silabus, materi-materi tersebut kemudian peneliti bagi lagi menjadi sub-sub materi dengan mengacu pada indikator pembelajaran. Sub-sub-sub materi tersebut yang kemudian peneliti sajikan dalam bentuk materi bacaan fisika yang berisi lembar artikel berita online dan ringkasan materi.

Materi bacaan fisika yang disediakan menuntut siswa untuk melakukan teknik

skimmingdanscanning. TeknikSkimmingadalah teknik membaca untuk mendapatkan ide pokok atau intisari terhadap suatu bacaan, sedangkan

scanningadalah teknik membaca dengan melompat untuk lansung ke sasaran yang dicari.

Menurut Rahmat langkah-langkahskimmingdanscanning:

Langkah-langkahskimming adalah:

1. Baca judul, sub judul dan subheading untuk mencari tahu apa yang dibicarakan teks tersebut.

2. Perhatikan ilustrasi (gambar atau foto) agar Anda mendapatkan informasi lebih jauh tentang topik tersebut.

3. Baca awal dan akhir kalimat setiap paragrap.

4. Jangan membaca kata per kata. Biarkan mata Anda melakukan

(36)

19

5. Lanjutkan dengan berpikir mengenai arti teks tersebut Sedangkan langkah-langkahscanningadalah:

1. Perhatikan penggunaan

2. Carilah kata yang dicetak tebal, miring atau yang dicetak berbeda dengan teks lainnya.

3. Terkadang penulis menempatkan kata kunci di batas paragraf

2. Lembar aktivitas curah gagasan (Brainstorming)

Lembar kerja peta pikiran (mindmap worksheet) menggunakan metode curah gagasan (brainstorming) sebagai dasar pengembangannya. Seperti yang dijabarkan dalam Wikipedia tentang teknik peta pikiran:

Pemetaan pikiran menggunakan teknik curah gagasan dengan

menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar, dan melukiskannya secara kesatuan di sekitar tema utama seperti pohon dengan akar, ranting, dan daun-daunnya. Tahap pertama setelah tema ditentukan dan kata kunci hasil curah gagasan dituliskan, dilukis, dan ditandai dengan warna atau simbol tertentu adalah menyusun ulang kata kunci tersebut.

Kemudian proses curah gagasan diteruskan kembali secara bebas. Kata kunci yang digunakan disarankan hanya satu kata tunggal.

Sementara Roestiyah (2001: 73) memberikan definisi curah gagasan sebagai berikut:

MetodeBrainstormingadalah suatu teknik mengajar yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas, yaitu dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau dapat diartikan pula sebagai satu cara untuk

mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang singkat. Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua siswa yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan peta informasi, peta

pengalaman, atau peta gagasan (mindmap) untuk menjadi pembelajaran bersama. Metode ini digunakan untuk menguras habis apa yang

dipikirkan para siswa dalam menanggapi masalah yang dilontarkan guru di kelas tersebut.

(37)

20

Metode curah gagasan merupakan pengembangan dari metode kode kata. Cara yang dipakai oleh metode kode kata ini adalah dengan memilih kata kunci dari tema suatu bahan bacaan yang sudah ditentukan. Kata ini dipakai sebagai pijakan awal yang akan menuntun siswa untuk

menemukan satu tema dari bahan bacaan yang spesifik. Setiap kata akan memicu siswa untuk memikirkan beberapa pengalaman yang siswa miliki. Ketika siswa mengingat kembali satu pengalaman belajar, hal itu akan mendorong siswa untuk menghubungkannya dengan pengalaman belajar lain yang mungkin terlupakan. Berawal dari sebuah kata, siswa menuliskan semua ide yang berkaitan dengan kata tersebut. Hal ini dapat diibaratkan seperti mencurahkan air di dalam gelas ke dalam baskom. Seluruh isi gelas dituangkan semuanya. Tidak ada yang dipilih-pilih. Demikian juga dalam menuliskan ide, menuliskan apa saja yang terlintas di otak tanpa menyeleksinya, tidak perlu memusingkan urut-urutannya, alur logika atau ejaan tulisan.

Empat langkah dalam melakukan curah gagasan menurut Smith, yaitu:

1. Siapkan kertas kosong tak bergaris dan minimal dua spidol dengan warna yang berbeda.

2. Tentukan suatu tema yang akan menjadi objek curah gagasan,buatlah daftar pertanyaan yang mungkin dari tema tersebut sebagai umpan balik untuk mengeluarkan pendapat/ide tentang tema tersebut.

3. Tentukan batas waktu untuk melakukan curah gagasan.

4. Evaluasi kembali hasil curah gagasan tersebut dengan melibatkan orang lain.

Dalam lembar kerja peta pikiran yang peneliti kembangkan, aktivitas

(38)

21

media. Rentang nilai yang digunakan dari penilaian setiap uji adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3. Konversi skor kualitas ke pernyataan kualitas

Skor kualitas Pernyataan kualitas

3,26 - 4,00 Sangat Baik

2,51 - 3,25 Baik

1,76 - 2,50 Cukup Baik

1,01 - 1,75 Kurang Baik

D. Gelombang Elektromagnetik

1. Gelombang Elektromagnetik

a. Gelombang elektromagnetik

(39)

22

medan magnetik (B) inilah yang kemudian dikenal dengan nama gelombang elektromagnetik.

Gambar 2.4 Gelombang elektromagnetik

Gelombang elektromagnetik adalah gelombang medan dan bukan

gelombang partikel, seperti pada air atau pada tali. Oleh karena gelombang medan inilah, gelombang elektromagnetik dapat merambat di ruang hampa. Kecepatan perambatan gelombang elektromagnetik bergantung pada permitivitas listrik dan permeabilitas magnetik medium. Maxwell menyatakan bahwa kecepatan gelombang elektromagnetik memenuhi Persamaan:

Dengan:

= permitivitas listrik medium,

= permeabilitas magnetik medium di ruang hampa,

0= 8,85 × 10-12C2/Nm2, dan

= 0 7Ns2/C2.

Gelombang elektromagnetik kali pertama dibangkitkan dan dideteksi melalui eksperimen yang dilakukan oleh Heinrich Hertz (1857 1894) pada

(40)

23

tahun 1887. Berdasarkan eksperimen tersebut, Hertz menyimpulkan sifat-sifat gelombang elektromagnetik adalah sebagai berikut:

1) Merupakan perambatan getaran medan listrik dan medan magnet yang saling tegak lurus terhadap arah rambatnya dan termasuk gelombang transversal.

2) Tidak bermuatan listrik sehingga tidak dipengaruhi atau tidak dibelokkan oleh medan listrik atau medan magnet.

3) Tidak bermassa dan tidak dipengaruhi medan gravitasi. 4) Merambat dalam lintasan garis lurus.

5) Dapat merambat di ruang hampa.

6) Dapat mengalami pemantulan, pembiasan, interferensi, difraksi, serta polarisasi.

7) Kecepatannya di ruang hampa sebesar 3 × 108 m/s.

b. Spektrum gelombang elektromagnetik

Sebuah gelombang elektromagnetik, mempunyai frekuensifdan panjang

vmelalui persamaanv=f

melalui ruang hampa udara, kecepatanyav=c, sehinggac=f

Seperti yang ditunjukkan pada gambar, gelombang elektromagnetik memiliki jangkauan frekuensi yang cukup besar, yaitu 104sampai dengan

1024Hertz. Karena semua gelombang elektromagnetik merambat melalui

ruang hampa udara dengan kecepatanc= 3 x 108m/s, sehingga panjang

(41)

24

frekuensi atau panjang gelombangnya disebut inilah yang disebut dengan spektrum gelombang elektromagnetik.

Gambar 2.5 Spektrum gelombang elektromagnetik.

2. Aplikasi Gelombang Elektromagnetik

a. Sinar Gamma

Sinar gamma termasuk gelombang elektromagnetik yang mempunyai

frekuensi antara 1010Hz-1025Hz. Sinar gamma merupakan hasil reaksi yang

terjadi dalam inti atom yang tidak stabil. Sinar gamma mempunyai daya tembus yang paling kuat dibanding gelombang-gelombang yang masuk dalam kelompok gelombang elektromagnetik. Sinar gamma dapat

menembus pelat besi yang tebalnya beberapa cm. Penyerap yang baik untuk sinar gamma adalah timbal.

(42)

25

pasien yang menderita penyakit kanker atau tumor. Sumber radiasi yang sering digunakan pada pengobatan penyakit-penyakit ini adalah Cobalt-60 atau sering ditulis Co-60. Salah satu alat untuk mendeteksi sinar gamma adalah detektor Geiger - Muller. Ada jenis detektor sinar gamma yang lain yaitu detektor sintilasi NaI-TI.

b. Sinar-X (Rontgen)

Sinar-X ditemukan oleh Wilhem Conrad Rontgen pada tahun 1895 sehingga sering disebut sebagai sinar Rontgen. Sinar-X termasuk

gelombang elektromagnetik yang mempunyai frekuensi antara 1016Hz

-1020Hz. Sinar-X merupakan hasil transisi electron-elektron di kulit bagian

dalam, transisi terjadi dalam atom. Sinar-X mempunyai daya tembus terbesar kedua sesudah sinar gamma. Sinar-X dapat menembus daging manusia. Sinar sering digunakan dalam bidang kesehatan untuk mengecek pasien yang mengalami patah tulang. Pasien yang mengalami patah tulang diambil fotonya dengan sinar-X. Sinar-X juga digunakan di bandara pada pengecekan barang-barang penumpang di pesawat. Di pelabuhan digunakan untuk mengecek barang-barang (peti kemas) yang akan dikirim dengan kapal laut.

c. Sinar Ultraviolet (UV)

Sinar ultraviolet termasuk gelombang elektromagnetik yang mempunyai frekuensi antara 1015Hz - 1016Hz. Sinar ultraviolet ini merupakan hasil

(43)

26

gelombang ultraviolet. Matahari merupakan sumber radiasi ultraviolet yang alami. Sinar ultraviolet yang dihasilkan oleh matahari tidak baik pada kesehatan khususnya kulit jika mengenai manusia. Manusia terlindungi dari sinar ultraviolet dari matahari karena adanya lapisan ozon di atmosfer yang berfungsi menyerap sinar ultraviolet ini. Aplikasi sinar ultraviolet ini banyak dipakai di laboratorium pada penelitian bidang spketroskopi, salah contohnya untuk mengetahui unsur-unsur yang ada dalam bahan-bahan tertentu.

d. Sinar Tampak (Cahaya)

Sinar tampak sering juga disebut sebagai cahaya. Sinar tampak termasuk gelombang elektromagnetik yang mempunyai frekuensi antara 4,3 x 1014Hz

- 7 x 1014Hz. Sinar ultraviolet ini merupakan hasil transisi elektron-elektron

pada kulit atom atau molekul. Matahari merupakan sumber cahaya tampak yang alami.. Seperti juga sinar ultraviolet, sinar tampak banyak dipakai juga dalam bidang spektroskopi untuk mengetahui unsur-unsur yang ada dalam bahan.

e. Sinar Inframerah

Sinar inframerah ini merupakan hasil transisi vibrasi atau rotasi pada molekul. Sinar inframerah termasuk gelombang elektromagnetik yang mempunyai frekuensi di bawah 4,3 x 1014Hz sampai sekitar 3 Ghz. Sinar

(44)

27

mempergunakan gelombang inframerah. Seperti juga sinar ultraviolet dan sinar tampak, sinar inframerah banyak dipakai juga dalam bidang

spektroskopi untuk mengetahui unsur-unsur yang ada dalam bahan.

f. Gelombang Radar (gelombang mikro)

Gelombang mikro (microwave) mempunyai frekuensi 3 GHz. Gelombang mikro ini dapat digunakan untuk alat komunikasi, memasak, dan radar. Radar adalah singkatan dari Radio Detection and Ranging. Antena radar dapat bertindak sebagai pemancar dan penerima gelombang

elektromagnetik.

g. Gelombang Televisi

Gelombang televisi mempunyai frekuensi yang lebih tinggi dari gelombang radio. Gelombang televisi ini merambat lurus, tidak dapat dipantulkan oleh lapisan-lapisan atmosfer bumi. Gelombang televisi banyak dipakai dalam bidang komunikasi dan siaran. Pada proses penangkapan siaran televisi sering diperlukan stasiun penghubung (relay) agar penangkapan

gambar dan suara lebih baik.

h. Gelombang Radio

(45)

2

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan instrumen penugasan yang berbasis peta pikiran mata pelajaran fisika kelas X pada salah satu sekolah menengah atas di Lampung Tengah. Untuk mengembangkan produk tersebut, sangat diperlukan data-data dan bahan informasi sebagai bahan analisis dari subjek penelitian, baik internal maupun eksternal, serta sebagai dasar untuk rancangan dan

pengembangan desain produk yang diharapkan. Metode yang digunakan disusun secara sistematis yang dikembangkan dari metode kualitatif dengan teknik

pendekatanEducational Research Based Development. Sebagai upaya menjawab kebutuhan masyarakat dan tuntutan perkembangan kurikulum, pendekatan dengan penelitianResearch and Development (R & D)merupakan penelitian yang dapat memfasilitasi pelaksanaan penelitian ini untuk menghasilkan desain produk yang diharapkan.

Langkah-langkah dalam proses penelitian ini mengarah pada tahapan yang berdasarkan kajian peneliti, kemudian dikembangkan suatu desain produk. Pengembangan produk yang didasarkan pada temuan kajian pendahuluan, diuji dalam situasi tertentu dan dilakukan revisi terhadap hasil uji sampai akhirnya diperoleh suatu produk instrumen penugasan merujuk pada teori Borg dan Gall dalam bukunyaEducational Research(1983).

(46)

30

Secara rinci, ada 10 langkah penelitian yang dilakukan dalamResearch and Developmentmenurut Borg dan Gall (1983). Namun peneliti hanya mengadopsi 7 langkah sesuai dengan kebutuhan penelitian tanpa mengurangi esensi dari

sumbernya, langkah-langkah tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Research and information collecting(penelitian dan pengumpulan informasi). Tahap ini merupakan studi pendahuluan sebagai bentuk pengumpulan data awal di lapangan yang dijabarkan dalam bentuk studi literatur, observasi pendekatan pembelajaran fisika yang digunakan guru, serta kondisi siswa dan sekolah.

2. Planning(perencanaan), merupakan tahapan perancangan berbagai kegiatan dan prosedur yang akan ditempuh dalam penelitian, diantaranya: a)

merumuskan tujuan khusus, b) memperkirakan kebutuhan dana, tenaga dan perkiraan waktu, c) menentukan prosedur kerja dan bentuk partisipasi yang diperlukan selama penelitian.

3. Develop preliminary form of product(penelitian produk awal), adalah menyiapkan draft awal produk instrumen penugasan berbasis peta pikiran (mind map) yang dikembangkan. Hasil penelitian pada tahapan ini berupa prototipe 1.

4. Preliminary field testing(uji coba pendahuluan) merupakan uji kelayakan produk yang telah dikembangkan (prototipe 1), oleh ahli isi atau materi pembelajaran dan ahli desain.

(47)

31

6. Operational field testing(uji coba operasional) yang dikenal dengan uji coba hasil penelitian (prototipe 2) dengan melibatkan siswa di sekolah yang menjadi objek penelitian.

7. Operational product revision(revisi produk operasional) merupakan tahap akhir penyempurnaan berdasarkan hasil uji coba lapangan yaitu saran atau masukan terkait manfaat produk yang dihasilkan. Dari hasil uji tersebut dihasilkan prototipe 3 yang merupakan produk akhir penelitian.

Langkah-langkah yang dikemukakan oleh Borg dan Gall tersebut kemudian peneliti bagi menjadi 3 tahap, yaitu: (1) tahap studi pendahuluan, (2) tahap perencanaan dan penyusunan desain produk (3) tahap uji coba produk.

Langkah-langkah penelitian ini secara skematik digambarkan sebagai berikut:

Studi literatur: Teori yang relevan Hasil penelitian terdahulu

Studi lapangan:

Observasi pembelajaran Observasi kondisi siswa

Hasil kajian pustaka dan studi lapangan Studi

(48)

32

Gambar 3.1 Bagan pengembangan instrumen penugasan berbasis peta pikiran.

Dari gambar bagan pengembangan di atas, langkah-langkah operasionalnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Studi pendahuluan yang dilakukan di awal penelitian adalah sebagai berikut: a. Studi literatur, yaitu mengkaji sumber-sumber yang berkaitan dengan

pengembangan produk. Studi literatur yang dilakukan berupa menelaah

Perencanaan dan Menyusun draft awal tampilan (presentation) dan isi (content)

Prototipe 1

Uji coba produk

Uji coba pendahuluan oleh ahli: Menentukan desain dan kisi-kisi uji pendahuluan data dan analisis data

(49)

33

teori-teori perkembangan peta pikiran, melakukan kajian terhadap kurikulum, serta kajian pustaka lain yang relevan dengan penelitian ini. b. Studi lapangan, yaitu observasi awal terhadap sekolah yang akan

dijadikan objek penelitian. Studi lapangan yang dilakukan berupa

wawancara terhadap guru terkait pembelajaran fisika di sekolah tersebut, dan menganalisa kondisi siswa dengan jalan memberikan angket sebagai dasar untuk mengetahui masalah-masalah belajar siswa terutama yang berkaitan dengan tugas sekolah.

2) Pada tahap perencanaan dan penyusunan desain produk, kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Perencanaan, meliputi: merumuskan tujuan khusus, memperkirakan kebutuhan dana, tenaga dan perkiraan waktu, menentukan prosedur kerja dan bentuk partisipasi yang diperlukan selama penelitian.

b. Penyusunan draft awal produk, mengacu pada tahap pengembangan konsepsi, yang meliputi 2 konsep berikut :

(1) Mengintegrasikan konsep peta pikiran dalam instrumen penugasan fisika.

(2) Bertujuan untuk mengelaborasikan kemampuan siswa dalam menyerap informasi, menganalisis, mengorganisasikan, dan

menyajikan kembali dalam bentuk peta pikiran pada pokok bahasan gelombang elektromagnetik untuk siswa kelas X semester genap.

Berdasarkan kedua acuan yang telah diuraikan di atas, maka prosedur pengembangannya dijelaskan sebagai berikut:

(50)

34

(2) Menentukan desain tampilan (layout design).

(3) Menentukan dan menyusun rubrik penilaian produk.

3) Pada tahap akhir yaitu uji coba produk, kegiatan yang dilakukan adalah: a. Uji pendahuluan bertujuan untuk melakukan validasi produk

(prototipe1). Kriteria utama yang diuji dalam penelitian ini adalah : kriteria pembelajaran(instructional criteria) dan kriteria penampilan

(presentation criteria). Desain uji menggunakan metode pengisian format penilaian dan komentar. Prosedur uji kelayakan produk oleh ahli isi dan ahli desain menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Menyusun instrumen uji kelayakan prototipe 1 berdasarkan

indikator penilaian yang telah ditentukan.

(2) Melaksanakan uji kelayakan prototipe 1. Pelaksana uji kelayakan produk adalah ahli instrumen penilaian dan ahli isi atau materi pembelajaran.

(3) Melakukan analisis deskriptif terhadap hasil uji untuk mendapatkan perbaikan materi pembelajaran yang sesuai dengan KTSP dan prosedur penelitian yang sesuai dengan pendekatan pembelajaran. Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui tingkat dukungan atau penolakan terhadap produk (prototipe 1).

(4) Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan analisis hasil uji kelayakan produk.

(51)

35

(1) Subjek uji coba operasional adalah siswa kelas X semester genap tahun ajaran 2011/2012 pada SMA Negeri 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah, subjek dipilih dengan menggunakan teknik

random samplingyaitu teknik pemilihan sampel secara acak dengan beberapa pertimbangan tertentu.

(2) Jenis data yang dikumpulkan disesuaikan dengan kriteria utama yang diuji dalam penelitian ini yaitu kriteria efektifitas dan efisiensi serta kriteria penampilan (presentation criteria).

(3) Instrumen pengumpulan data menggunakan angket atau kuisioner. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif untuk

mendapatkan rekomendasi perbaikan.

(52)

51

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan dari penelitian pengembangan ini adalah dihasilkan instrumen

penugasan berbasis peta pikiran untuk pembelajaran fisika kelas X semester genap pada pokok bahasan gelombang elektromagnetik. Format instrumen penugasan ini yaitu:

1. Instrumen penugasan ini berbentuk lembar kerja siswa (LKS) terstruktur,yang komponen penilaiannya terdapat pada tiap-tiap submateri.

2. Komponen penilaian pada tiap-tiap submateri mengarahkan siswa untuk membuat peta pikirannya. Komponen-komponen tersebut yaitu: kotak kata kunci, lembar aktivitas curah gagasan dan lembar pertanyaan kunci.

3. Sistem penilaian pada instrumen penugasan ini berdasarkan pada rubrik penilaian peta pikiran.

Berdasarkan hasil uji operasional produk yang telah dilakukan, keefektifan LKS hasil pengembangan menunjukkan ketercapaian tujuan pembelajaran yang dinyatakan efektif pada aspek kognitif sebagai media pembelajaran bagi siswa pada uji lapangan siswa kelas X di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar.

(53)

52

Saran dari penelitian pengembangan ini adalah

1. Pada penggunaan lembar kerja siswa berbasis peta pikiran, lebih

memperbanyak metode pembelajaran dengan melatih siswa melakukan teknik curah gagasan (brainstorming), agar kemampuan membuat peta pikiran dapat ditingkatkan.

2. Pada penggunaan lembar kerja siswa berbasis peta pikiran, siswa diarahkan untuk meniyapkan pensil berwarna, kertas kosong, dan imajinasi agar dalam membuat peta pikiran menjadi maksimal.

3. Pada pembelajaran berbasis TIK (Teknologi, Informasi dan Komunikasi), siswa diarahkan untuk menggunakan alat teknologi/gadget sepertipen board,

pc tablet,smartphone,dan gadget lain yang sejenis dalam penulisan peta pikiran sehingga mendukung dalam penguasaan komponen-komponen konseptual sepertianimation(videoataufilm),image,pictorial, maupun

(54)

✁ ✂

DAFTAR PUSTAKA

Abela, james.Worksheet Design. http://www.jamesabela.co.uk/. (11 november 2011).

Anderson, O.W. & Krathowhl, D.R. 2001.A taxonomy for learning, teaching

New York: Longman.

Andrade, Heidi Goodrich. 1997.Educational Leadership:Using Rubrics to Promote Thinking and Learning, dalam Alternative Assessment Applied Approach Mengajar di Perguruan Tinggi Buku 2.09. Jakarta : Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Dirjen Dikti Depdiknas.

Arends, Richard I. 2007.Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar, Ed. 7 Jilid 1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bloom, Samuel & John Thomson Hasting & George F. Madaus. 1971.Handbook on Formative and Summative Evaluation of Student Learning, dalam

School: An introduction to education. USA: Thomson Higher Education.

Borg, W. R. & Gall, M.D. 1983.Educational research: An introduction (4thed.).NY:

Longman.

Buzan, Tony & Barry Buzan. 2004.The Mind Map Bookterj. Alexander Sindoro. Jakarta: Interaksara.

Buzan, Tony. 2007.The Utimate Book of Mind Map: Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Depdiknas. 2006.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Nomor 23, tahun 2006, tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

De Porter, Bobbi & Mike Hernacki. 2005.Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, terj. Alwiyah Abdurrahman. Bandung: Kaifa.

Dodge , Bernie & Nancy Pickett.Rubric.

(55)

✄ ☎

Edward, S.E. & Richard C. Culyer. 2007.School: An introduction to education. USA: Thomson Higher Education.

Kristanto, Purnawan.Metode Curah Gagasan.

http://www.purnawankristanto.com/. (juni 2012).

Martin-Kniep, Giselle O. 2000.Becoming a Better Teacher : Eight Innovations That Work. USA: ASCD.

Michalko, Michael. 2001.Cracking Creativity: The Secret of Creative Genius,

terj. Dwi Prabantini, dalamThe Mind Map Bookterj. Alexander Sindoro. Jakarta: Interaksara

Nitko, Anthony J. 1996.Educational Assessment of Student.New Jersey: Prentice-Hall.

Nitko, Anthony J & Susan M. Brookhart. 2007.Assessment & Grading in Classrooms.New Jersey: Prentice-Hall.

Popham, W.J. 1995.Classroom assessment: What teachers need to know,

Boston-USA: Ally and Bacon.

Rahmat.Teknik Membaca Cepat Skimming dan Scanning.

http://www.merahitam.com/teknik-membaca-cepat-skimming-dan-scanning.html. (juni 2012).

Roestiyah. 1988.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Smith, Mike.Brainstorming. http/www.DiferenceMikers.com/. (juni 2012) Suyanto, Eko. 2006.Penguasaan Teori dan Praktik Membuat Skenario

Pembelajaran Mikro. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Zainul, A. 2001.Alternative Assessment Applied Approach Mengajar di Perguruan Tinggi Buku 2.09. Jakarta: Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Dirjen Dikti Depdiknas.

Gambar

Tabel 2.2 Rubrik Analitik oleh Mertler (2001)
gambar berikut:
Gambar 2.2 Peta Pikiran Gelombang Elektromagnetik.
Gambar 2.3 Peta pikiran energi oleh learningfundamentals.com
+5

Referensi

Dokumen terkait

Siswa berpendapat bahwa media dikemas dengan menarik dan praktis, tampilan Mind-map yang memetakan pikiran dapat memudahkan siswa dalam pembelajaran dan mendorong rasa ingin tahu

Berdasarkan hasil penelitan diperoleh bahwa nilai rata-rata pretes untuk kelas eksperimen yang diajar dengan teknik pembelajaran peta pikiran (mind map) berbasis

Nilai rata-rata hasil belajar siswa di kelas XI semester II SMA Negeri 11 Medan T.P 2014/2015 yang diajar dengan menggunakan Teknik Pembelajaran Peta Pikiran (Mind Map)

Di samping itu, penerapan metode peta pikiran ( mind mapping ) juga memacu guru untuk lebih terampil dalam mengelola kelas; (2) penerapan metode peta pikiran ( mind

Hal ini berarti Ha terima, yang berarti ada perbedaan akibat pengaruh peta pikiran (mind map) terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Besaran dan Satuan di kelas X semester

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Peta Pikiran (Mind Map) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi pokok Hukum Newton Tentang Gerak

Aktivitas belajar siswa selama pembelajaran berlangsung dengan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan peta pikiran (mind map) pada materi pokok hukum newton tentang gerak

Penerapan model pembelajaran Mind Map (peta pikiran) dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar berarti guru menggunakan alur