• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Hasil Penelitian

5. Integrasi Hasil Penelitian dari Empat Partisipan

Integrasi hasil penelitian dari empat partisipan menunjukkan bahwa semua partisipan pernah mengalami kekerasan yang dilakukan oleh kekasih mereka saat masih menjalin hubungan romantis. Para partisipan mengalami kekerasan berupa kekerasan fisik dan psikologis. Kekerasan fisik yang para partisipan alami berupa memukul, menjambak, mendorong, menendang, dan pembahayaan jiwa. Sedangkan kekerasan psikologis yang dialami terbagi menjadi penghinaan secara verbal, perselingkuhan, mengancam putus, dan pemanfaatan ekonomi pasangan untuk kepentingan pribadi pelaku.

Para partisipan mengalami proses pemaafan yang mirip satu sama lain. Pemaafan dimulai ketika para partisipan mulai menyadari bahwa mereka sedang mengalami kekerasan dalam pacaran dan mulai merasa

76

berbagai emosi negatif terhadap pelaku. Setelah itu, mulai muncul keinginan untuk memaafkan pelaku. Keinginan ini muncul karena ada motivasi-motivasi yang mendorong partisipan. Setiap partisipan memiliki motivasi pemaafan yang berbeda. Pemaafan pada P1 dimotivasi oleh relasi yang ia miliki dengan pelaku, di mana sebelum menjalani hubungan romantis kedua adalah teman dekat. P1 memutuskan untuk memaafkan pelaku mempertahankan pertemanannya dengan pelaku dan teman-temannya. P2 juga memutuskan untuk memaafkan karena dimotivasi oleh relasi yang ia miliki dengan pelaku. Hubungan yang telah berlangsung lama dan rasa cinta yang P2 miliki terhadap pelaku membuatnya memutuskan untuk memaafkan pelaku. Pada P3, motivasi yang mendorongnya untuk memaafkan pelaku adalah empatinya pada pelaku dan kepribadiannya. Salah satu bagian penting dari kepribadian P3 yang mendorongnya untuk memaafkan adalah kepercayaannya terhadap agamanya. P3 juga yang dibantu oleh proses konseling serta media penyembuhan luka batin dalam prosesnya untuk memaafkan pelaku. Kemudian, pemaafan P4 dimotivasi oleh empatinya terhadap pelaku, di mana P4 berusaha untuk memahami pelaku dan menerima bahwa manusia dapat melakukan kesalahan. Kemudian, keinginan untuk memaafkan tadi mulai direalisasikan melalui sikap-sikap yang partisipan lakukan untuk menunjukkan bahwa mereka sedang berusaha memaafkan pelaku. Setelah itu, partisipan mulai mendapatkan makna baru mengenai pemaafan berdasarkan pengalaman yang mereka alami.

77

Penelitian ini menghasilkan dua temuan besar tentang makna pemaafan bagi para partisipan. Secara umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan memaknai pemaafan sebagai perubahan sikap terhadap pelaku dari negatif menjadi positif, serta penerimaan atas kenyataan dan kembali melanjutkan hidup. Perempuan yang pernah mengalami kekerasan dalam pacaran memandang pemaafan sebagai perubahan sikap terhadap pelaku dari negatif menjadi positif. Pemaafan dimulai ketika terjadi perubahan pada sikap yang partisipan tunjukkan kepada pelaku. Hal ini ditandai dengan berkurang atau hilangnya sikap negatif dan digantikan dengan sikap yang lebih positif kepada pelaku. Perubahan ini terjadi sebagai hasil dari proses pemaafan yang para partisipan alami.

Makna pemaafan bagi perempuan yang mengalami kekerasan dalam pacaran lainnya sebagai penerimaan atas kenyataan dan kembali melanjutkan hidup. Penerimaan kenyataan yang dimaksud adalah penerimaan terhadap keadaan serta penerimaan terhadap pelaku. Penerimaan terhadap kenyataan merupakan penerimaan partisipan terhadap kekerasan yang mereka alami. Penerimaan bahwa beginilah keadaan yang harus mereka alami. P1 dan P4 menerima keadaan dengan melupakan kesalahan yang pernah dilakukan, P2 menerima keadaan dengan membiarkan kesalahan terjadi, sedangkan P3 menerima keadaan dengan berusaha untuk berdamai dengan pengalaman yang dirinya alami.

Penerimaan terhadap kenyataan juga ditandai dengan penerimaan terhadap pelaku apa adanya. Penerimaan terhadap pelaku ini partisipan

78

dilakukan dengan berusaha mencari alasan di balik sikap pelaku. Partisipan juga mencoba melakukan rasionalisasi atas perilaku pelaku hingga partisipan sampai pada kesadaran bahwa sikap yang pelaku tunjukkan adalah sebagaimana adanya diri pelaku. Partisipan kemudian mulai menerima pelaku dengan tidak lagi menunjukkan sikap negatif terhadap pelaku. Menerima pelaku apa adanya dapat ditandai dengan kembali berhubungannya partisipan dengan pelaku, baik dalam hubungan romantis ataupun hubungan pertemanan. Pemaafan juga dimaknai sebagai kemampuan partisipan untuk melanjutkan hidup mereka tanpa merasa trauma dan terikat dengan pengalaman yang pernah mereka alami. Kemampuan partisipan untuk kembali melanjutkan hidup mereka dapat ditandai dengan kemampuan partisipan untuk memulai hubungan baru dan menjadikan pengalaman mereka sebagai pelajaran hidup.

Sebagai tambahan penelitian ini juga menunjukkan bahwa semua partisipan mengalami siklus kekerasan yang serupa. Siklus kekerasan yang partisipan alami terbagi menjadi tiga fase, yaitu fase membangun ketegangan (tension building phase), fase kekerasan (acting out phase), dan fase bulan madu (honeymoon phase). Fase membangun ketegangan ditandai dengan suatu peristiwa yang memicu masalah di dalam hubungan partisipan. Pada pengalaman P1, ketegangan ini muncul ketika P1 pertama kali berusaha mengakhiri hubungannya dengan pelaku. Pada P2, ketegangan muncul karena kembalinya mantan kekasih pelaku dan terungkapnya masa lalu pelaku yang sulit P2 terima. Kemudian, pada P3 ketegangan muncul

79

saat pelaku tahu bahwa partisipan menghindari pelaku karena permintaan temannya. Sedangkan pada P4, ketegangan mulai muncul ketika P4 menolak untuk memberi pelaku uang di depan teman-temannya. Ketegangan yang muncul ini kemudian berlanjut ke fase kedua.

Fase kedua yaitu fase kekerasan adalah fase saat kekerasan mulai terjadi. Fase ini adalah fase saat P1 mulai diselingkuhi, didorong, dan dijambak. P2 mulai didorong dan diremehkan oleh pelaku. Penghinaan verbal yang dialami P3 meningkat menjadi kekerasan fisik hingga harus menerima perawatan khusus, dan P4 mulai ditendang dan dipukul. Fase terakhir adalah fase bulan madu, atau fase ketika pelaku mencoba untuk merasa bersalah dan meminta maaf. Siklus ini terus menerus terulang hingga P1, P3, dan P4 memutuskan untuk meninggalkan pelaku. Sedangkan pada P2, siklus ini bisa saja masih terus berjalan karena P2 masih menjalin hubungan dengan pelaku.

Tabel 4.

Temuan penelitian

Analytical/Interpretative Coding

Analytical Theme Upper Category Pikiran negatif terhadap pelaku

Pemaafan adalah hilang atau berkurangnya sikap negatif terhadap pelaku Pemaafan adalah perubahan sikap terhadap pelaku dari negatif menjadi positif Emosi negatif terhadap pelaku

Perilaku negatif terhadap pelaku Hilang atau berkurangnya emosi negatif

Pikiran positif terhadap pelaku Pemaafan meningkatnya sikap

positif terhadap pelaku Perilaku positif terhadap pelaku

80 Menerima pelaku apa adanya

Pemaafan adalah menerima pelaku dan

kejadian yang menyakitkan apa adanya. Pemaafan adalah penerimaan atas kenyataan dan kembali melanjutkan hidup Menerima dan melupakan

kejadian menyakitkan

Kembali melanjutkan hidup baru

Pemaafan adalah kembali melanjutkan

hidup baru

Dokumen terkait