• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

8. Intensitas cahaya

Nilai intensitas cahaya pada stasiun penelitian berkisar antara 29,2-30,2 candela.

Intensitas cahaya tertinggi terdapat pada stasiun V, intensitas cahaya terendah didapat pada staiun II. Nilai intensitas cahaya dipengaruhi oleh cuaca dan waktu pengukuran.

Menurut Barus (2004), bila intensitas cahaya matahari berkurang maka proses fotosintesis akan terhambat sehingga oksigen dalam air juga akan berkurang, dimana oksigen dibutuhkan organisme akuatik untuk metabolisme. Ikan gulamah dapat hidup pada intensitas cahaya yang rendah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Wedjatmiko (2008) di perairan bengkalis yang sungainya keruh dan berlumpur, spesies yang dominan didapat adalah dari famili Sciaenidae (Johnius sp)

9. Nitrat

Nilai nitrat pada setiap stasiun berkisar antara 13,1-154 mg/L.Nitrat tertinggi terdapat pada stasiun III, nitrat terendah didapat pada staiun V.Nitrat juga memiliki peranan yang cukup penting bagi kehidupan ikan. Jumlah nitrat ini sangat mendukung kehidupan organisme. Menurut Mahida (1993) dalam Gonawi (2009), keberadaan nitrat-nitrogen mendukung keberadaan fitoplankton yang merupakan makanan ikan. Secara hipotetik, kandungan nitrat yang tinggi dapat mendukung produktivitas yang tinggi pula.

44

10. Pospat

Nilai pospat pada stasiun penelitian berkisar antara 0,95-2,74 mg/L. Pospat tertinggi terdapat pada stasiun V, pospat terendah didapat pada staiun III. Menurut Chu dalam Mackmentum (1969), kandungan fosfat dalam air merupakan karakteristik kesuburan perairan yang bersangkutan.Pada umumnya perairan yang mengandung fosfat antara 0,003-0,010 mg/L digolongkan pada perairan oligotrofik; 0,011-0,030 mg/L adalah perairan mesotrofik; dan 0,031-0,100 mg/L adalah perairan eutrofik.

Untuk pertumbuhan optimal antara 0,090-1,800 mg/L. Kadar posfat dari kelima stasiun masih mendukung pertumbuhan kecuali pada stasiun V.

11. TDS

Nilai TDS pada stasiun penelitian berkisar antara 91-1464 mg/L. TDS tertinggi terdapat pada stasiun II, TDS terendah pada staiun V.Nilai ini berada diantara baku mutu Peraturan Daerah Jawa Timur No 2 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air yaitu 1000 mg/L.

Pada stasiunII dan IV kenaikan terjadi,kenaikan ini disebabkan senyawa organik pencemar berkumpul di muara dekat laut dan pemukiman penduduk yang menghasilkan limbah rumah tangga.Adanya kandungan zat padat di kelima stasiun pengamatan adalah berasal dari kegiatan masyarakat yang membuang limbah ke perairan, terutama limbah yang dihasilkan oleh industri yang berhubungan dengan logam atau zat padat lainnya. Menurut Sastrawijaya (2000) Total Dissolved Solid (jumlah kandungan zat padat terlarut) dalam air sangat mempengaruhi kualitas perairan. Nilai zat padat terlarut dalam air juga mempengaruhi penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan. Jika nilai TDS tinggi maka penetrasi cahaya matahari akan berkurang, akibatnya proses fotosintesis juga akan berkurang yang akhirnya mengurangi tingkat produktivitas perairan.

Nilai TDS sungai Barumun sangat mendukung kehidupan ikan gulamah karena ikan gulamah (J. trachycephalus) dapat hidup di perairan yang keruh dan berlumpur(Wedjatmiko, 2008).

45

12. TSS

Nilai TSS pada stasiun penelitian berkisar antara 32-115 mg/L. TSS tertinggi terdapat pada stasiun I, TSS terendah pada staiun III. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air (Effendi, 2003). Padatan tersuspensi pada umumnya terdiri dari partikel-partikel organik dan non organik, ataupun campuran keduanya.

Padatan tersuspensi dapat menurunkan produktivitas suatu perairan karena perairan dengan padatan tersuspensi yang tinggi akan meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke badan air sehingga menghambat proses fotosintesis. Pengaruh limbah cair yang dihasilkan dari aktifitas disekitarnya, aktifitas nelayan dan kapal penyeberangan dipelabuhan, aktifitas penduduk, pembuangan air ballast kapal, sampah pasar ikan, akan membawa dampak secara fisik, seperti adanya perubahan warna air, kekeruhan, dan meningkatkan padatan tersuspensi (TSS). Ikan gulamah (J. trachycephalus) paling banyak ditemukan pada stasiun I. Kondisi perairan pada stasiun I berlumpur atau sangat keruh. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Wedjatmiko (2008) dan Longhurst & Pauly (1987) di perairan bengkalis yang sungainya keruh dan berlumpur, spesies yang dominan didapat adalah dari famili Sciaenidae (Johnius sp)

13. COD

Nilai COD pada stasiun penelitian berkisar antara 17,4-59 mg/L. COD tertinggi terdapat pada stasiun V, COD terendah didapat pada staiun IV.Tingginya nilai COD di Stasiun V disebabkan oleh banyaknya limbah pabrik kelapa sawit,sehingga kebutuhan akan oksigen untuk menguraikan limbah organik secara kimiawi menjadi lebih tinggi. Mahida (1981) mengatakan COD merupakan ukuran besar kecilnya potensi limbah untuk merusak kandungan oksigen dalam air. Nilai COD dipakai sebagai petunjuk tingkat pencemaran air oleh limbah.

Hubungan antara kandungan bahan organik, COD dan oksigen terlarut yaitu:

semakin tinggi kandungan bahan organik terlihat dari semakin tingginya oksigen terlarut yang digunakan untuk menguraikan bahan organik melalui proses kimia yang mengakibatkan nilai oksigen terlarut dalam air menjadi rendah yang dapat

46

mengganggu kehidupan biota air.Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai COD pada perairan sungai Barumun Kabupaten Labuhan Batu masih mendukung kehidupan biota air terutama ikan gulamah karena nilai COD yang diukur di bawah 10 artinya kebutuhan oksigen masih terpenuhi bagi organisme perairan.

Hasil korelasi kepadatan ikan gulamah dengan faktor fisik kimia perairan di sungai Barumun kabupaten Labuhan Batu dapat dilihat pada tabel 6 berikut :

Tabel 6. Hasil Korelasikepadatan Ikan dengan Faktor Fisik Kimia Perairan

No Parameter Nilai Korelasi

A Parameter Fisik

1 pH 0,446

2 Suhu 0,832

3 Salinitas 0,688

4 Penetrasi Cahaya 0,347

B Parameter Kimia

5 DO 0,363

6 Kejenuhan Oksigen 0,848

7 BOD 0,641

8 Kecepatan Arus 0,037

9 Intensitas Cahaya 0,483

10 Nitrat 0,382

11 Fospat 0,635

12 TDS 0,604

13 TSS 0,205

14 COD 0,377

Suhu dan kejenuhan oksigen berpengaruh sangat kuat terhadap kepadatan populasi ikan gulamah. Jika suhu naik, populasi ikan gulamah akan menurun. Hal ini sesuai pendapatLonghurst & Pauly (1987) menyatakan ikan gulamah dapat hidup di air yang sangat keruh dan berlumpur. Air yang keruh dapat menghalangi cahaya masuk ke badan air dan dapat menurunkan suhu air. Saputra (2008) juga menambahkan bahwa populasi ikan gulamah meningkat pada saat musim penghujan. Suhu air menurun pada musim hujan karena intensitas cahaya menurun.

Kejenuhan oksigen yang tinggi juga dapat meningkatkan populasi ikan gulamah. Kondisi kejenuhan oksigen yang tinggi mengindikasikan bahwa terjadinya proses fotosintesis yang berjalan cukup lancar akan menghasilkan

47

oksigen yang banyak sehingga dapat menurunkan suhu perairan Ikan gulamah (Johnius trachycephalus) adalah salah satu ikan demersal. Ikan demersal adalah jenis ikan yang hidup di dasar atau dekat dasar perairan. Di samping itu distribusi atau sebaran ikan demersal sangat dibatasi oleh kedalaman perairan, karena tiap jenis ikan hanya mampu bertoleransi terhadap kedalaman tertentu sebagai akibat perbedaan tekanan air. Semakin dalam suatu perairan akan semakin besar tekanan yang diterima. Oleh karena itu pola penyebarannya juga dipengaruhi oleh dasar perairan yang berfungsi menentukan densitas organisme lain yang merupakan makanan ikan dan menentukan tingkat produktivitas primer terhadap perairan tersebut (Hutabarat, 2000).

BAB 5

Dokumen terkait