• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Intensitas Serangan (%) C.nicotianae

Faktor Jenis Fungisida Nabati (A)

Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C.nicotianae pada setiap waktu pengamatan mulai dari pengamatan I sampai dengan pengamatan VII dapat dilihat pada lampiran (2 – 8) Uji beda Rataan Intensitas Serangan (%) C.nicotianae dengan faktor perlakuan I yaitu Fungisida nabati (A) dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Rataan Intensitas Serangan (%) C.nicotianae dengan Perlakuan Pemberian Jenis Fungisida Nabati

Perlakuan Pegamatan

1(6 hst) 2(13 hst 3(20 hst) 4(27 hst) 5(34 hst) 6(41 hst) 7(48 hst) A1 (Daun Nimba) 0.00 3.39 5.66B 6.17B 5.55B 5.77B 5.62B A2 ( Daun Sirih) 0.00 3.29 4.45AB 4.16AB 4.17AB 4.43AB 4.27AB A3 (Daun Serai ) 0.00 3.21 3.35A 4.12A 3.11A 3.39A 3.51A Keterangan : Nilai rataan yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang

sama yang tidak berbeda sangat nyata pada taraf 1% menurut uji jarak Duncan.

Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa Intensitas Serangan tertinggi pada perlakuan A1 (daun nimba) adalah pada pengamatan ke 4 yaitu 6,17 %,dan yang

terendah pada pengamatan pertama yaitu sebesar 0,00 %. Untuk perlakuan A2 (daun sirih) IS tertinggi diperoleh pada pengamatan ke-3 yaitu 4.45 %, dan yang

terendah pada pengamatan pertama sebesar 0,00 %. Untuk perlakuan A3 (daun serai) IS tertinggi pada pengamatan ke-4 yaitu 4,12 %, dan yang terendah pada pengamatan pertama sebesar 0,00 %.

Dari data pada tabel 1 dapat diketahui bahwa pada pengamatan 1 - 2 ketiga perlakuan berbeda tidak nyata sedangkan pada pengamatan 3 -7 ketiga perlakuan berbeda nyata. Dari tabel 1. Dapat dilihat bahwa pada pengamatan 1-7 besar Intensitas Serangan pada semua perlakuan ada kalanya meningkat dan ada yang menurun hal ini ini disebabkan oleh adanya perubahan iklim ekstrem yaitu terjadinya perubahan cuaca hujan menjadi cuaca panas, sehingga penyakit menjadi berkembang. Hal ini sesuai dengan literatur Erwin (1997) yang menyatakan perubahan cuaca dari panas ke hujan sangat cepat memacu perkembangan penyakit dan penyakit ini sangat merugikan di daerah tropika yang cuacanya panas dan lembab.

Pada pengamatan terakhir (pengamatan 7) dari ketiga jenis fungisida nabati yang digunakan untuk mengendalikan penyakit C. nicotianae ternyata fungisida nabati A3 (daun serai) memiliki IS terendah sebesar 3,11 %, dan fungisida nabati A1 (daun nimba) memiliki IS tertinggi sebesar 6,17 %. Ini menandakan jika dilihat dari IS yang terjadi pada setiap perlakuan fungisida nabati serai (A3) lebih baik menekan IS dibandingkan fungisida nabati sirih (A2) dan nimba (A1). Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa fungisida berbahan aktif fungisida nabati daun serai bersifat mengendalikan/mengobati patogen Kardinan (2004) sedangkan fungisida berbahan aktif fungisida nabati sirih bersifat mencegah penyakit Hendra, dkk (1995) sama halnya dengan fungisida berbahan aktif fungisida nabati daun nimba Galingging (2010).

Adapun pengaruh perlakuan faktor fungisida nabati (jenis fungisida) terhadap Intensitas serangan dapat dilihat pada histogram berikut :

Gambar 3. Hubungan antara Intensitas Serangan (%) dengan waktu

pengamatan terhadap penyakit bercak caun tembakau

C.nicotianae.

Faktor Dosis (D)

Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C.nicotianae pada setiap waktu pengamatan mulai dari pengamatan I sampai dengan pengamatan VII dapat dilihat pada lampiran (2 – 8) Uji beda Rataan Intensitas Serangan (%) C.nicotianae dengan faktor perlakuan II yaitu Dosis (D) dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini : Tabel 2. Rataan Intensitas Serangan (%) C.nicotianae Pada Tanaman

Tembakau Dengan Perlakuan Pemberian Dosis Fungisida Nabati.

Perlakuan Pegamatan

1(6 hst) 2(13 hst 3(20 hst) 4(27 hst) 5(34 hst) 6(41 hst) 7(48 hst) D1(50gr/l air) 0.00 4.38 5.02 5.74 5.83B 6.02B 5.59B D2(100gr/l air 0.00 2.33 4.42 4.87 4.96B 5.17B 4.83B D3(150gr/l air) 0.00 3.17 4.02 3.84 2.05A 2.39A 2.98A

Keterangan : Nilai rataan yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama yang tidak berbeda sangat nyata pada taraf 1% menurut uji jarak Duncan.

Dari data di atas diketahui bahwa pada pengamatan ke-1 sampai dengan pengamatan ke-4 dari setiap perlakuan berbeda tidak nyata terhadap intensitas serangan penyakit C. nicotianae, namun pada pengamatan ke-5 sampai dengan

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 1 2 3 4 5 6 7 Pengamatan Intensitas Serangan (%) A1 A2 A3

pengamatan ke-7 dapat diketahui perlakuan D3(150gr/l air) berbeda nyata terhadap perlakuan D2(100gr/l air) dan D1(50gr/l air).

Hasil akhir dari perkembangan IS pada percobaan ini dapat dilihat pada

pengamatan ke-7. Jika dibandingkan antara perlakuan D1 (50gr/l air), D2 (100gr/l air), dan D3 (150gr/l air) diketahui bahwan IS tertinggi pada

perlakuan D1 (50gr/l air) yaitu 6,02 % dan IS terendah pada perlakuan D3 (150gr/ l air) yaitu 2,05 %.

Pada ketiga perlakuan dosis diatas pada pengamatan ke-7 memberikan pengaruh nyata terhadap IS, dimana untuk lebih jelasnya jika perlakuan D1 berpengaruh berbeda nyata terhadap perlakuan D2 dan D3 sedangkan perlakuan D2 dan D3 memberi pengaruh yang tidak berbeda nyata diantara kedua perlakuaan tersebut. Terbukti bahwa pada faktor II (Dosis) ini bahwa perlakuan yang paling efektif terhadap IS C. nicotianae adalah perlakuan D3 (150 gr/l air) dibandingkan dengan 2 perlakuan lainnya (D2 dan D3) untuk lebih jelasnya pengaruh faktor II (Dosis) terhadap IS penyakit C. nicotianae dapat dilihat pada histogram 2 di bawah ini:

Gambar 4. Hubungan antara Intensitas Serangan (%) dengan waktu

pengamatan terhadap penyakit bercak caun tembakau

C.nicotianae. 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 1 2 3 4 5 6 7 Pengamatan Intensitas serangan D1 D2 D3

Faktor Interaksi Fungisida nabati (A) x Dosis (D)

Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C.nicotianae pada setiap waktu pengamatan mulai dari pengamatan I sampai dengan pengamatan VII dapat dilihat pada lampiran (2 – 8) Uji beda Rataan Intensitas Serangan (%) C.nicotianae dengan faktor perlakuan interaksi antara faktor I (Fungisida nabati) dengan faktor II (Dosis) dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini :

Tabel 3. Rataan Intensitas Serangan (%) C.nicotianae dengan Perlakuan Interaksi Pemberian Fungisida nabati (A) x Dosis (D) Sebagai Pembanding Pada Tanaman Tembakau.

Perlakuan Pengamatan 1 2 3 4 5 6 7 A1D1 0.00A 4.72A 6.78B 8.23C 7.13C 7.26C 6.62BC A1D2 0.00A 1.96A 5.69B 6.66BC 7.03C 7.28C 7.36C A1D3 0.00A 3.49A 4.50AB 3.64AB 2.50AB 2.77AB 2.90A A2D1 0.00A 4.12A 4.55AB 3.41AB 5.33BC 5.65BC 5.16ABC A2D2 0.00A 3.13A 3.59AB 4.04AB 4.81BC 5.00BC 4.17AB A2D3 0.00A 2.62A 5.22A 5.03ABC 2.38AB 2.64AB 3.48A A3D1 0.00A 4.31A 3.75AB 5.58ABC 5.04BC 5.16BC 4.99ABC A3D2 0.00A 1.92A 3.97AB 3.92AB 3.04AB 3.24AB 2.96A A3D3 0.00A 3.42A 2.34A 2.86A 1.26A 1.77A 2.57A

Keterangan : Nilai rataan yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda sangat nyata pada taraf 1% menurut uji jarak Duncan.

Dari data pengamatan di atas dapat diperoleh bahwa pengaruh interaksi Faktor I (Fungisida nabati) dengan faktor II (Dosis) tidak nyata terhadap IS penyakit C. nicotianae pada pengamatan ke-1 sampai dengan pengamatan ke-3. Interaksi mulai menunjukkan pengaruh nyata terhadap IS penyakit C. nicotianae pada pengamatan ke-4 sampai dengan pengamatan ke-7.

Perkembangan IS terakhir pada percobaan ini dapat dilihat pada pengamatan ke-7 dimana pengaruh interaksi menunjukkan tingkat IS berbeda diantara 9 kombinasi perlakuan, dimana IS penyakit tertinggi terdapat pada perlakuan A1D1 (Fungisida nabati nimba 50gr/l air) yaitu 8,23 % dan IS penyakit

terendah terdapat pada perlakuan A3D3 (fungisida nabati Serai 150 gr/l air) yaitu 1,26 %. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh yang diberikan perlakuan A3D3 adalah yang paling efektif terhadap IS penyakit C. nicotianae dibandingkan dengan interaksi perlakuan yang lainnya.

Pada pengamatan ke-4 diketahui bahwa perlakuan A1D1, A1D2, A3D1 berpengaruh tidak berbeda nyata diantara ketiganya, namun jika ketiga perlakuan di atas dibandingkan dengan perlakuan A1D3, A2D1, A2D2, A2D3, A3D2, A3D3 memiliki pengaruh yang berbeda nyata.

Pada pengamatan ke-5 menunjukkan hasil perbedaan pengaruh nyata yang tidak berbeda jauh dengan pengatan ke-6 dimana pengaruh interaksi tidak berbeda nyata terhadap IS penyakit pada perlakuan (A1D1, A1D2, A2D1, A2D2, A3D1) sama halnya dengan perlakuan (A1D3, A2D3, A3D2, A3D3). Namun jika dibandingkan antara perlakuan (A1D1, A1D2, A2D1, A2D2, A3D1) berpengaruh berbeda nyata dengan perlakuan (A1D3, A2D3, A3D2, A3D3).

Pada pengamatan ke-7 menunjukkan hasil pengaruh interaksi terhadap IS penyakit tidak berbeda nyata pada perlakuan (A1D1, A1D2 dan A2D1) sama halnya dengan perlakuan (A2D2, A3D1) juga pada perlakuan (A1D3, A2D3, A3D2, A3D3). Namun jika deibandingkan antara perlakuan (A1D1, A1D2 dan A2D1) berpengaruh berbeda nyata terhadap perlakuan (A1D3, A2D2, A2D3, A3D1,A3D2, A3D3).

Untuk mengetahui lebih jelas pengaruh interaksi fungisida nabati (A) dengan dosis (D) dapat dilihat dengan grafik pada hitogram di bawah ini:

Gambar 5. Hubungan antara Intensitas Serangan (%) dengan waktu

pengamatan terhadap penyakit bercak caun tembakau

C.nicotianae.

2. Produksi

Faktor Fungisida nabati (A)

Data Pengamatan Produksi daun tembakau (gr/plot) pada setiap waktu dapat dilihat pada lampiran (9 - 11) Uji beda Rataan produksi dengan faktor perlakuan I yaitu fungisida nabati (A) dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :

Tabel 4. Rataan Produksi Daun Tembakau (gr/plot) dengan Perlakuan Pemberian Fungisida nabati (A) Sebagai Pembanding Pada Tanaman Tembakau.

Perlakuan Daun Pasir Daun Kaki 1 Daun Kaki 2

A1 67.56A 103.11A 116.00A

A2 78.22B 112.00B 150.22B

A3 86.22C 123.11C 171.11C

Keterangan : Nilai rataan produksi daun tembakau yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama yang tidak berbeda sangat nyata pada taraf 1 % menurut uji jarak Duncan.

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 1 2 3 4 5 6 7 Pengamatan Intensitas Serangan (%) A1D1 A1D2 A1D3 A2D1 A2D2 A2D3 A3D1 A3D2 A3D3

Data hasil pengamatan di atas diketahui bahwa pada produksi daun pasir tanaman tembakau produksi tertinggi pada perlakuan A3 (daun serai) yaitu 86,22 gr/plot sedangkan produksi terendah pada perlakuan A1 (daun nimba) yaitu 67,56 gr/plot.

Pengamatan produksi daun kaki I di atas menunjukkan bahwa produksi tertinggi terdapat pada perlakuan A3 (daun serai) yaitu 123,11 gr/plot dan terendah pada perlakuan A1 (daun nimba) yaitu 103.11 gr/plot.

Pengamatan produksi daun kaki II di atas menunjukkan bahwa produksi tertinggi terdapat pada perlakuan A3 (daun serai) yaitu 171,11 gr/plot dan terendah pada perlakuan A1 (daun nimba) yaitu 116,00 gr/plot.

Jika dibandingkan antara ketiga hasil produksi (daun pasir, daun kaki 1 dan daun kaki 2 tembakau) berdasarkan perlakuannya, diketahui bahwa pengaruh faktor perlakuan fungisida nabati (A) memiliki pengaruh nyata terhadap produksi, dimana perlakuan A1 (daun nimba) memiliki pengaruh berbeda nyata terhadap perlakuan A2 (daun sirih) dan A3 (daun serai), namun perlakuan A2 (daun sirih) memiliki pengaruh tidak berbeda nyata dengan perlakuan A3 (daun serai).

Dari tabel 4. Diatas dapat dilihat bahwa dari ketiga perlakuan, produksi daun pasir, daun kaki 1 dan kaki 2 terbesar adalah pada perlakuan A3 (daun serai) ini terjadi karena intensitas serangan terkecil adalah pada perlakuan A3 (daun serai). Hal ini disebabkan daun serai mengandung beberapa bahan aktif yang dapat berfungsi sebagai fungisida. Hal ini sesuai dengan literartur Kardian (2004) yang menyatakan serai dapat berfungsi sebagai insektisida dan fungisida yang mengandung bahan aktif atsiri yang terdiri dari senyawa sintral, sitronela, geraniol, mirsena, nerol, farsenol, metil heptenon dan dipentena.

Faktor Dosis (D)

Data Pengamatan Produksi daun tembakau (gr/plot) pada setiap waktu dapat dilihat pada lampiran (9 - 11) Uji beda Rataan produksi dengan faktor perlakuan II yaitu Dosis (D) dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini :

Tabel 5. Rataan Produksi Daun Tembakau (gr/plot) dengan Perlakuan Pemberian Dosis (D) Sebagai Pembanding Pada Tanaman Tembakau.

Perlakuan Daun Pasir Daun Kaki 1 Daun Kaki 2

D1 74.67A 108.89A 139.11A

D2 77.78AB 113.33B 145.33B

D3 79.56B 116.00B 152.89C

keterangan : Nilai rataan produksi daun tembakau yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama yang tidak berbeda sangat nyata pada taraf 1 % menurut uji jarak Duncan.

Data hasil pengamatan di atas diketahui bahwa pada produksi daun pasir tanaman tembakau produksi tertinggi pada perlakuan D3 (150 gr/liter air) yaitu 79,56 gr/plot sedangkan produksi terendah pada perlakuan D1 (50 gr/liter air) yaitu 74,67 gr/plot.

Pengamatan produksi daun kaki 1 di atas menunjukkan bahwa produksi tertinggi terdapat pada perlakuan D3 (150 gr/liter air) yaitu 116,00 gr/plot dan terendah pada perlakuan D1 (50 gr/liter air) yaitu 108,89 gr/plot.

Pengamatan produksi daun kaki II di atas menunjukkan bahwa produksi tertinggi terdapat pada perlakuan D3 (150 gr/liter air) yaitu 152,89 gr/plot dan terendah pada perlakuan D1 (50 gr/liter air) yaitu 139,11 gr/plot.

Jika dibandingkan antara ketiga hasil produksi (daun pasir, daun kaki 1 dan daun kaki 2 tembakau) berdasarkan perlakuannya, diketahui bahwa pengaruh faktor perlakuan

fungisida nabati (D) memiliki pengaruh nyata terhadap produksi, dimana perlakuan D1 (50 gr/liter air) memiliki pengaruh berbeda nyata terhadap perlakuan D2 (daun sirih)

dan D3 (150 gr/liter air), namun perlakuan D2 (100 gr/liter air) memiliki pengaruh tidak berbeda nyata dengan perlakuan D3 (150 gr/liter air).

Dari ketiga perlakuan di atas perlakuan yang paling efektif adalah perlakuan D3

(150 gr/liter air) dibandingkan dengan perlakuan D1 (50 gr/liter air) dan D2 (100 gr/liter air).

Faktor Interaksi A x D

Data Pengamatan Produksi daun tembakau (gr/plot) pada setiap waktu dapat dilihat pada lampiran (9 - 11) Uji beda Rataan produksi dengan faktor Interaksi perlakuan Fungisida nabati (A) dengan Dosis (D) dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini :

Tabel 6. Rataan Produksi Daun Tembakau (gr/plot) dengan Interaksi Perlakuan Fungisida nabati (A) x Dosis (D) Sebagai Pembanding Pada Tanaman Tembakau.

Perlakuan Daun Pasir Daun Kaki 1 Daun Kaki 2

A1D1 64.00A 98.67A 113.33A A1D2 68.00A 104.00B 113.33A A1D3 70.67AB 106.67BC 121.33B A2D1 76.00BC 109.33CD 140.00C A2D2 80.00CD 112.00DE 150.67D A2D3 78.67CD 114.67EF 160.00E A3D1 84.00DE 118.67FG 164.00EF A3D2 85.33DE 124.00GH 172.00FG A3D3 89.33E 126.67H 177.33G

Keterangan : Nilai rataan produksi daun tembakau yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama yang tidak berbeda sangat nyata pada taraf 1 % menurut uji jarak Duncan.

Data hasil pengamatan di atas diketahui bahwa pada produksi daun pasir tanaman tembakau produksi tertinggi pada perlakuan A3D3 (fungisida nabati daun serai 150

gr/liter air) yaitu 89.33 gr/plot sedangkan produksi terendah pada perlakuan A1D1 (fungisida nabati daun nimba 50 gr/liter air) yaitu 64.00 gr/plot.

Pengamatan produksi daun kaki I di atas menunjukkan bahwa produksi tertinggi terdapat pada perlakuan A3D3 (fungisida nabati daun serai 150 gr/liter air) yaitu 126.67 gr/plot sedangkan produksi terendah pada perlakuan A1D1 (fungisida nabati daun nimba 50 gr/liter air) yaitu 98.67 gr/plot.

Pengamatan produksi daun kaki II di atas menunjukkan bahwa produksi tertinggi terdapat pada perlakuan A3D3 (fungisida nabati daun serai 150 gr/liter air) yaitu 177.33 gr/plot sedangkan produksi terendah pada perlakuan A1D1 (fungisida nabati daun nimba 50 gr/liter air) yaitu 113.33 gr/plot.

Jika dibandingkan antara ketiga hasil produksi (daun pasir, daun kaki 1 dan daun kaki 2 tembakau) berdasarkan perlakuannya, diketahui bahwa pengaruh faktor interaksi perlakuan fungisida nabati (A x D) memiliki pengaruh nyata terhadap produksi, dimana interaksi perlakuan (A1D1, A1D2, A2D1) memiliki pengaruh berbeda nyata terhadap interaksi perlakuan (A1D1, A1D2, A1D3, A2D1, A2D2, A2D3, A3D1, A3D2, A3D3), interaksi perlakuan (A2D2, A3D1) memiliki pengaruh berbeda nyata terhadap interaksi

perlakuan (A1D1, A1D2, A1D3, A2D1, A2D3, A3D2, A3D3), interaksi perlakuan (A1D3, A2D3, A3D2, A3D3) memiliki pengaruh berbeda nyata dengan interaksi

perlakuan (A1D1, A1D2, A2D1, A2D2, A3D1).

Jika dibandingkan antara perlakuan A1D1 dengan A1D2 dan A2D1 memiliki pengaruh yang tidak berbeda nyata sama halnya jika dibandingkan antara perlakuan A2D2 dengan A3D1, dan juga interaksi perlakuan A1D3 dibandingkan dengan interaksi perlakuan A2D3, A3D2 dan A3D3 memiliki pengaruh tidak berbeda nyata.

Dari ketiga perlakuan di atas perlakuan yang paling efektif adalah interaksi perlakuan A3D3 (fungisida nabati serai 150 gr/liter air) dibandingkan dengan perlakuan (A1D1, A1D2, A1D3, A2D1, A2D2, A2D3, A3D1, DAN A3D2).

Gambar 6. Hubungan antara perlakuan dengan produksi daun pasir,daun kaki 1 dan daun kaki 2.

Dari hasil penelitian diketahuai bahwa tanaman yang memiliki IS rendah akan menghasilkan produksi yang tinggi dapat dilihat pada perlakuan A3D3 (fungisida nabati daun serai 150 gr/liter air) dimana IS nya adalah 2.06 % dan produksinya (produksi daun pasir = 89.33 gr/plot, daun kaki 1 = 126.67 gr/plot, daun kaki 2 = 177.33 gr/plot ). Sebaliknya jika nilai IS maka tanaman akan menghasilkan produksi yang rendah dapat dilihat pada perlakuan A1D1 (fungisida nabati daun nimba 50 gr/plot) dimana nilai IS nya adalah 7. 7.6 % dan produksinya (daun pasir = 64.00 gr/plot, daun kaki 1 = 98.67 gr/plot, daun kaki 2 = 113.33 gr/plot). 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00

A1D1 A1D2 A1D3 A2D1 A2D2 A2D3 A3D1 A3D2 A3D3 perlakuan

(gr/plot)

Produksi Daun Pasir Daun Kaki 1 Daun Kaki 2

Dokumen terkait