KAJIAN TEORITIS
B. Pola Interaksi Guru dan Siswa
4. Interaksi dalam Pembelajaran
“Interaksi antara guru dan siswa adalah proses komunikasi yang dilakukan secara timbal balik dalam menyampaikan pesan kepada siswa. Interaksi yang dimaksud disini tidak terlepas dari unsur komunikasi, yakni melibatkan komponen komunikator, komunikan, pesan, dan media. Keempat unsur ini akan melahirkan umpan balik yang disebut dengan interaksi (manakala dilihat dari istilah komunikasi yang berasal dari Communicare yang berarti berpartisipasi, memberitahukan, menjadi milik bersama).”41
“Interaksi belajar mengajar mengandung suatu arti adanya kegiatan interaksi dari tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar di satu pihak, dengan warga belajar (siswa, anak didik/subjek belajar) yang sedang melaksanakan kegiatan belajar dipihak lain.”42 “Dalam interaksi edukatif ada dua buah kegiatan yakni kegiatan guru di satu pihak dan kegiatan anak didik di lain pihak. Guru mengajar dengan gayanya sendiri anak didik belajar dengan gayanya sendiri. Guru tidak hanya mengajar tetapi juga memahami suasana psikologis anak didik dan kondisi kelas.”43
Interaksi edukatif terjadi sepanjang proses pembelajaran dan dapat berlangsung dalam berbagai bentuk kegiatan
40
M. Setiadi,Elly, dkk, Ilmu sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2007), h. 95.
41
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi– Cet. kedua, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2004), h. 91
42
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi-Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 1-2.
43
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta. 2010), h. 62
pembelajaran.44“Interaksi edukatif adalah sebuah interaksi belajar mengajar, yaitu sebuah proses interaksi yang menghimpun sejumlah nilai (norma) yang merupakan substansi, sebagai medium antara guru dengan anak didik dalm rangka mencapai tujuan.”45
“Prinsip interaktif mengandung makna bahwa pengajaran bukan hanya sekedar menyampaiakan pengetahuan dari guru ke siswa, akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan yang merangsang siswa untuk belajar. Dengan demikian proses pembelajaran adalah proses interaksi baik antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa, maupun antara siswa dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi, memungkinkan kemampuan siswa akan berkembang baik mental maupun intelektual.”46
“Di dalam dunia pendidikan, interaksi dalam pembelajaran dan bertujuan lebih dikenal dengan istilah interaksi edukatif. Interaksi edukatif dapat diartikan sebagai suatu aktivitas relasi berbagai elemen edukatif, baik pendidik, staf administrasi, maupun anak didik. Mereka dengan bersama-sama memiliki kesadaran dalam menciptakan suatu iklim pendidikan dan pembelajaran di sekolah, untuk menghasilkan sumber daya manusia (anak didik) yang berkualitas dan handal sesuai perkembangan zaman.”47
Interaksi edukatif antara pendidik dan anak didik yang diharapkan dapat tercapai dengan optimal apabila adanya kesadaran pendidik bahwa tugas mulia dalam mengajar dan mendidik anak didik itu sifatnya komperehensif. Melaksanakan tugas mencerdaskan anak didik yang memerlukan keteladanan baik di dalam maupun diluar sekolah. Interaksi merupakan dua unsur untuk saling berkomunikasi yang bertujuan, yaitu untuk menyampaikan sesuatu yang ingin disampaikan. Guru menyapaikan materi dan siswa menanggapi materi yang disampaikan. Perlu perhatian khusus saat terjadinya sebuah interaksi. Salah
44
Ahmadi, Lif Khoirun dkk. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. 2011), h. 46.
45
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta. 2010), h. 62.
46
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2006), h. 133.
47
Abdullah dan Safarina HD. Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 130.
satunya ialah sebuah proses saat belangsungnya kegiatan belajar mengajar. Melalui proses yang baik akan mendapatkan hasil yang baik.
“Kegiatan belajar mengajar tidak lain adalah menanamkan sejumlah norma ke dalam jiwa anak didik. Itulah sebabnya kegiatan ini di dalam pembahasan ini dipakai istilah Proses Interaksi Edukatif. Semua norma yang diyakini mengandung kebaikan perlu ditanamkan ke dalam jiwa anak didik melalui peranan guru dalam pengajaran. Guru dan anak didik berada dalam suatu relasi kejiwaan. Interaksi antara guru dengan anak didik terjadi karena saling membutuhkan. Anak didik ingin belajar dengan menimba sejumlah ilmu dari guru dan guru ingin membina dan membimbing anak didik dengan memberikan sejumlah ilmu kepada anak didik yang membutuhkan. Keduanya mempunyai kesamaan langkah dan tujuan, yakni kebaikan.”48
Menurut Syaiful Bahri Djamrah
maka tepatlah bila dikatakan bahwa “guru mitra anak didik dalam kebaikan.”
Terciptanya suatu interaksi karena adanya komunikasi guru dengan siswa yang bertujuan merupakan proses dari kegiatan belajar mengajar. Tujuan dari pembelajaran ialah dapat mengembangkan kemampuan siswa, baik mental maupun intelektual. Hubungan guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar merupakan dua unsur yang dapat saling mempengaruhi. Karena antara guru dan siswa merupakan unsur penting dalam melangsungkan kegiatan belajar mengajar. Guru yang berperan sebagai pengajar atau subyek yang dapat mengatur terhadap keberlangsungan proses pembelajaran sangat memiliki pengaruh di dalam proses pembelajaran, salah satunya penggunaan metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Karena metode merupakan alat atau medium untuk menciptakan interaksi yang lebih teratur dan terarah. Penentuan metode pembelajaran merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran.
Sebab dapat berpengaruh terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran. Jika guru semakin kreatif terhadap penggelolaan kelas maka semakin bervariatif metode pembelajaran yang akan digunakan oleh guru tersebut. Penggunaan
48
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta. 2010), h. 5.
metode yang digunakan oleh guru sangat berpengaruh terhadap keaktifan siswanya di dalam ruang kelas.
“Hubungan guru dengan siswa atau anak didik di dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan, bagaimanapun sempurnanya metode yang digunakan, namun jika hubungan guru dan siswa yang tidak harmonis dapat menciptakan suatu hasil yang tidak di inginkan.”49
Pendidik dan peserta didik merupakan dua pelaku terjadinya interaksi edukatif. Dan memiliki peran fungsional dalam wilayah aktifitas dalam dunia pendidikan. Masing-masing dari guru dan siswa saling pengaruh dan mempengaruhi di antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya tidak ada, maka keberlangsungan proses pendidikan tidak mungkin berjalan dengan baik. Karena guru dan siswa harus memiliki hubungan yang erat dan baik demi mencapai tujuan belajar mengajar.
“Pendidikan di dalam proses belajar-mengajar, kegiatan interakasi antara guru dan siswa merupakan kegiatan yang cukup dominan kemudian di dalam kegiatan interaksi antara guru dan siswa dalam rangka transfer of knowledge dan bahkan juga transfer of values, akan senantiasa menuntut komponen yang serasi antara komponen yang satu dengan yang lainnya. Serasi dalam hal ini berarti komponen-komponen yang ada pada kegiatan proses belajar mengajar itu saling menyesuaikan dalam rangka mendukung pencapaian tujuan belajar bagi anak didik.”50
Menurut Nana Sudjana dalam bukunya Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar mengatakan bahwa “proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing
49
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi-Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 147.
50Ibid
jenis belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.”51
“Hampir semua pelajaran memerlukan kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir termasuk ranah pada ranah kognitif, meliputi kemampuan menganalisis, kemampuan mengevaluasi, dan kemampuan mencipta atau dalam istilah taksonomi hasil revisi taksonomi Bloom yaitu mampu untuk menguasai dimensi proses kognitif. Kemampuan yang penting pada ranah kognitif adalah kemampuan menerapkan konsep-konsep untuk memecahkan masalah yang ada di lapangan. Kemampuan ini sering disebut dengan kemampuan menstransfer pengetahuan ke berbagai situasi sesuai dengan konteksnya. Hal ini berkaitan dengan pembelajaran kontekstual. Hampir semua mata pelajaran berkaitan dengan kemampuan kognitif, karena didalamnya diperlukan kemampuan berpikir untuk memahaminya. Kemampuan yang kedua psikomotor, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan gerak, yaitu menggunakan otot seperti lari, melompat melukis, berbicara, menbongkar dan memasang peralatan dan sebagaianya.”52
Kemampuan siswa yang baik secara mental dan intelektual merupakan hasil dari belajar. Karena hasil merupakan tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama yang baik antara guru dengan siswa guna mencapai tujuan tersebut. Sekolah sebagai wadah kegiatan mereka sangat memiliki peran sebagai medium atau perantara yang di antaranya dengan adanya sarana dan prasana dapat mendorong untuk terjalinnya hubungan atara guru yang baik. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar. maka dari itu perlu adanya suatu kerja sama yang baik antara guru sebagai pengajar dan siswa sebagai yang diajarkan, karena secara tidak langsung dan tanpa disadari
51
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung. PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 22.
52Ibid
guru juga belajar dari siswa. Melalui pola interaksi guru dapat lebih kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran sehingga selama proses belajar mengajar menjadi lebih efektif, dan kondusif.
“Hubungan guru dan murid di dalam kelas secara langsung sudah menanamkan rasa keimanan yang bisa dibuktikan secara interaksi belajar mengajar, sedangkan interaksi belajar mengajar adalah hubungan aktif antara guru yang mengajar dengan siswa yang belajar untuk mencapai tujuan instruksional yang telah ditentukan.”53
Makna dari hubungan antara guru dengan siswa di dalam ruang pendidikan bukanlah hanya sekedar aktifitas sederhana yang dilakukan oleh keduanya, guru yang menyampaikan dan siswa yang menerima. Akan tetapi ini merupakan sebuah fenomena dari realitas sosial dimana guru dan siswa secara langsung dan tidak langsung dituntut untuk saling memahami, bagaimana siswa yang diajarkan harus dapat memahami apa yang guru sampaikan begitu juga siswa harus dapat memahami apa yang guru sampaikan. Karena guru dan siswa merupakan unsur dasar terjadinya interaksi edukatif yang diharuskan berproses dalam ikatan guna mencapai tujuan. Oleh karena itu, interaksi edukatif adalah satu gambaran hubungan aktif antara guru dan siswa yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan.
b. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
4. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
“Istilah IPS di Indonesia mulai dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil kesepakatan komunitas akademik dan secara formal mulai digunakan dalam system pendidikan nasional dalam Kurikulum 1975. Dalam dokumen kurikulum tersebut IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran IPS merupakan sebuah
53
Etty Ratnawati, Interaksi dan Proses Komunikasi dalam pembelajaran, Jurnal Al-Tarbiyah, Volume XX Nomor 2, Desember 2007, h. 274
nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnnya.”54
Menurut Muhammad Nu'man Somantri, IPS adalah ”sutau penyederhana
disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi, dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait, yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan padan tingkat pendidikan dasar dan menengah.”55
Hakikat IPS, adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya karena pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup sendirian untuk memenuhi kebutuhannya. Melalui cabang-cabang yang dipelajari saat disekolah seperti pelajaran sosiologi, ekonomi, sejarah dan geografi.
Menurut Ali Amran Udin pada buku ilmu Sosial dasar menyatakan “Ilmu
Pengetahuan Sosial adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar dan menengah (elementary and secondary school).”56
Menurut Trianto dalam Buku Model Pembelajaran Terpadu mengatakan
“Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena social yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu social (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya).”57
IPS atau studi social merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.
Pengetahuan sosial meliputi konsep-konsep ynag tercangkup sederhana yang sering kali terdapat pada kehidupan sehari-hari yang meliputi kegiatan
54
Sapriya, Pendidikan IPS. (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 7
55
Nu'man Sumantri, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001) cet.1, h.74
56
Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), h. 2.
57
interaksi sosial baik dengan keluarga, teman sebaya, di sekolah dan di lingkungan masyarakat sekitar. Kegiatan sosial dapat dimulai sejak kita baru lahir dengan adanya interaksi dengan orang tua atau pun keluarga, lalu berkembang terus menerus sehingga dapat mengenal teman, mengenal tetangga, Negara, dan dunia. Mengenal Negara antara lain kita dapat mengenal kota-kota serta pulau-pulau yang terdapat di Negara, khususnya Negara yang kita tempati. Selain Negara kita mengenal juga letak geografis dari kota dan pulau tersebut. maka dengan kita mengenal itu semua secara tidak langsung kita sudah belajar mengenai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
“Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha membantu mahasiswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatynya.”58
Ilmu pengetahuan sosial salah satu mata pelajaran yang dipelajari dari SD/MI, SMP/MTS, sampai SMA/SMK/MAN. Banyak siswa yang mengeluhkan terkait pada mata pelajar Ilmu pengetahuan sosial dikarenakan materi yang di ajarkan banyak terdapat teori-teori yang diharuskan dihafal.
5. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial
“Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah
58Ibid,.
diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut.”59
a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.
b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.
d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.
e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.
f. Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.
g. Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat menghakimi.
h. Mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang baik dalam kehidupannya “to prepare students to be well-functioning citizens in a democratic society” dan mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya.
i. Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi Pembelajaran IPS yang diberikan.