BAB III Penyajian dan Analisis Data
3.4 Responsivitas KPU Provinsi Sumatera Utara
3.4.1 Interaksi dan Konsolidasi
Pelaksanaan kegiatan verifikasi yang dilakukan oleh KPU Provinsi Sumatera Utara merupakan kelanjutan dari tahap awal dari verifikasi Parpol sebagai calon partai yang berhak mengikuti Pemilu 2014. Calon anggota DPRD selanjutnya yang ditetapkan oleh parpol sebagai peserta Pemilu menjalin kerja sama dengan KPU dalam proses pendaftaran dan pemenuhan berkas persyaratan. Parpol menjalin interaksi dan kordinasi kepada KPU Sumatera utara sebagai bentuk dari konsolidasi antar stakeholder yang terkait dalam proses kelengkapan data administratif. Kerjasama dalam menjalin komunikasi dengan para
stakeholders perlu dilakukan KPU agar segala sesuatu yang dibutuhkan oleh seluruhstakeholdersdapat terpenuhi selama proses verifikasi berlangsung.
Untuk membangun kerjasama yang intensif antara KPU Provinsi Sumatera Utara dengan Parpol, maka KPU mengharuskan Parpol untuk mengirimkan 2 (dua) orang penghubung atau leassion officer sebagai perantara untuk memudahkan KPU berinteraksi dengan Parpol dalam menanggapi bakal calon anggota DPRD yang kurang melengkapi berkas persyaratannya pada saat verifikasi. Hal tersebut sesuai dengan peraturan KPU No 07 pasal 14 tahun 2013 berisikan tentang penugasan kepungurusan partai sebagai penghubung antara partai dengan KPU. Pada tahapan konsolidasi awal, KPU Sumatera Utara diwakili oleh Pokja melakukan petunjuk pengarahan kepada leassion officer sebagai penghubung Parpol dalam melakukan tugas dan fungsinya pada saat proses verifikasi berlangsung.
Pada pengarahan tersebut leassion officer ditetapkan sebagai pihak yang memediasi antara KPU Sumatera Utara dengan Parpol dalam melakukan komunikasi. Kerjasama antara Pokja denganleassion officer harus menghasilkan sebuah informasi yang bisa dimengerti oleh Parpol dan calon anggota DPRD untuk mengetahui apa saja yang dibutuhkan pada saat proses verifikasi berlangsung. Diantaranya Pokja memberikan informasi kepada leassion officer
tentang persyaratan dan pengajuan bakal calon anggota DPRD yang harus dipenuhi sesuai dengan UUD Nomor 8 tahun 2012 pasal 4 ayat 2 point C tentang
pendaftaran dan verifikasi peserta Pemilu. Adapun pengumuman kelengkapan persyaratan tersebut diklasifikasikan menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Parpol yang telah ditetapkan oleh KPU menjadi peserta Pemilu legislatif pada tahun 2014 mengajukan bakal calon anggota DPRD dengan menggunakan formulir mode B dan dilampiri dengan model BA (Daftar Bakal Calon Anggota DPRD) sebagaimana diatur dalam Peraturan KPU Nomor 07 Tahun 2013. Bakal calon yang diajukan berdasarkan hasil seleksi yang dilakukan oleh Parpol melalui mekanisme demokrasi yang diatur dalam AD/ART Parpol yang bersangkutan.
2. Kelengkapan persyaratan bakal calon yang ditanda tangani oleh calon yang bersangkutan dan diketahui oleh pengurus Parpol serta surat keterangan yang dikeluarkan oleh instansi berwenang sesuai dengan ketentuan dengan rincian sebagai berikut :
a. Model B, surat pencalonan anggota DPRD Provinsi.
b. Model BA, surat daftar bakal calon anggota DPRD Provinsi.
c. Model BB, surat pernyataan mengenai keterangan umur, bertakwa kepada tuhan yang maha Esa, pasif berbicara dan menulis bahasa Indonesia, serta setia Kepada Pancasila, UUD 1945, dan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.
d. Model BB-1, surat pernyataan tidak pernah dijatuhi pidana.
e. Model BB-2, surat pernyataan dari lembaga permasyarakatan bahwa calon telah terbebas dari sanksi hukum.
f. Model BB-3, surat pernyataan tentang kesediaan bakal calon anggota DPRD Provinsi bekerja penuh waktu apabila terpilih.
g. Model BB-4, surat pengunduran diri yang tidak dapat ditarik kembali sebagai PNS, anggota TNI/Kepolisian RI, pengurus pada BUMN atau BUMD, Pengurus Badan lain yang anggarannya bersumber dari APBN dan APBD.
h. Model BB-5, surat pengunduran diri apabila sebelumnya bertugas sebagai anggota legislatif pada priode yang lalu.
i. Model BB-6, surat pengunduran diri sebagai anggota KPU, bawaslu, panwaslu.
j. Model BB-7, surat pengunduran diri sebagai kepala desa atau perangkat desa.
k. Model BB-8, surat pernyataan untuk tidak berpraktek sebagai akuntan publik, advokad, notaris, pejabat pembuat akta tanah, tidak melakukan pekerjaan penyedia barang dan jasa yang dapat menimbulkan konflik kepentingan.
l. Model BB-9, surat kesidaan untuk tidak merangkap jabatan.
m. Model BB-10, surat pernyataan kesediaan menjadi bakal calon yang dicalonkan oleh 1 partai dan 1 daerah pemilihan.
n. Model BB-11, Daftar Riwayat Hidup Bakal Calon.
o. Melampirkan foto fopy ijazah, KTP, KTA, yang masih berlaku dan didelegasikan oleh pejabat yang berwenang.
p. Menyediakan pas foto sesuai dengan kebutuhan.
Kerjasama yang dilakukan oleh Pokja dan Parpol sangat penting, karena komunikasi yang dilakukan antara keduanya dapat menunjang proses verifikasi menjadi berjalan sesuai dengan target yang telah ditentukan. Meskipun KPU dan para stakeholders telah menjalankan tugas dan fungsinya, tetapi permasalahan dilapangan tidak terlepas dari kendala kinerja yang bersifat teknis dan non-teknis yang kerap terjadi pada saat proses verifikasi itu berlangsung. Hal ini disebabkan karena didalam pelaksanaan proses verifikasi terdapat berbagai unsur dari berbagai lapisan yang membuat mekanisme verifikasi terdapat kesulitan tersendiri dalam proses pengerjaannya.
Dari penelitiaan yang dilakukan, diidentifikasi kendala teknis yang dihadapi KPU Provinsi Sumatera Utara dalam melakukan proses verifikasi berkisar pada permasalahan keterlambatan dan ketidak-lengkapan pemenuhan berkas yang diajukan oleh Parpol sebagai persyaratan pendaftaran calon anggota legislatif. Adapun kekurangan dan kendala-kendala yang terjadi pada saat proses verifikasi, dikarenakan kurangnya responsif Parpol dalam menerima masukan dari
KPU serta kurangnya pemahaman calon anggota legislatif dalam memenuhi persyaratan dan kelengkapan berkas meskipun pihak Pokja dan leassion officer
telah mensosialisasikannya.
Sedangkan permasalahan non-teknis, timbul dikarenakan ketidak-sigapan perantara leassion officer dalam menerima dan menyampaikan informasi yang berkaitan dengan persyaratan pendaftaran kepada Parpol dan calon anggota legislatif di kubunya. Keadaan tersebut menyebabkan digantinya perantara
leassion officer yang terdahulu dengan perantara leassion officeryang baru. Dari hasil wawancara yang dilakukan di KPU Sumatera Utara, kepala sub-bagian Teknis dan Humas Bpk. Harry Darma Putra, S.Kom.M.Si mengatakan bahwa :
“Kendala maupun permasalah yang terjadi dalam proses verifikasi pada pemilu legislatif ditahun 2014 yang lalu telah dilewati dengan amat baik. Hal ini tidak terlepas dari bentuk tanggung jawab setiap keanggotaan yang tergabung didalam Pokja untuk bertugas sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing. Memang benar permasalahan teknis seperti keterlambatan data, tidak lengkapnya pemenuhan data, membuat teknis pengerjaan sedikit terhambat. Tetapi kembali lagi melalui proses tindakan interaksi dan konsolidasi yang dibangun dengan baik, KPU Sumut dapat mengatasi permasalah tersebut”.27
Adanya kendala dan permasalahan-permasalahan yang terjadi pada proses verifikasi memang telah diminimalisir, akan tetapi calon anggota DPRD dalam hal ini diwakilil oleh Parpol kurang merespon apa saja masukan yang diberikan oleh KPU. Adanya sejumlah permasalahan yang terjadi ditubuh Parpol, diindikasi menjadi salah satu penyebab kurang responsifnya calon anggota DPRD dalam memenuhi kekurangan berkas persyaratan. Interaksi dan konsolidasi tersebut pada
27
Wawancara Bpk. Harry Darma Putra, S.Kom.M.Si, pada hari Kamis tanggal 15 bulan Januari Tahun 2015.
dasarnya telah sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsi dari masing-masing aparatur KPU dan juga Parpol yang terlibat pada seluruh rangkaian proses verifikasi calon anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara. Mewujudkan pelayanan yang adil dan merata dalam kegiatan verifikasi telah dilakukan KPU Provinsi Sumatera Utara sebagai bentuk responsibilitas KPU dalam melaksanakan program kerja yang telah ditetapkan.
3.5. Akuntabilitas KPU Provinsi Sumatera Utara Dalam Proses Verifikasi