• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Proses Verifikasi Calon Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014(Studi Kasus : KPU Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Proses Verifikasi Calon Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014(Studi Kasus : KPU Sumatera Utara)"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) DALAM PROSES VERIFIKASI CALON ANGGOTA DPRD PROVINSI SUMATERA

UTARA PADA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014 (Studi Kasus : KPU Sumatera Utara)

SKRIPSI

DIAJUKAN GUNA MEMENUHI SYARAT UNTUK

MEMPEROLEH GELAR SARJA ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Putra Alam Rahmad NIM : 090906087

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

PUTRA ALAM RAHMAD (090906087)

KINERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) DALAM PROSES

VERIFIKASI CALON ANGGOTA DPRD PROVINSI SUMATERA UTARA PADA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014.

(STUDI KASUS : KPU SUMATERA UTARA )

Rincian isi skripsi …, 75 halaman, 1 gambar alur pemikiran, 4 tabel, 9 buku, 8 situs internet. (Kisaran buku dari tahun 1989-2014)

ABSTRAK

KPU merupakan lembaga independen yang bertugas membuat suatu perbedaan dalam hasil politik melalui mekanisme penyaringan calon anggota legislatif guna menghasilkan wakil-wakil rakyat yang berkualitas. Mekanisme yang dimaksud disini yaitu proses verifikasi. Wewenang KPU Provinsi Sumatera Utara dalam menjalankan proses verifikasi tersebut sesuai dengan peraturan KPU 07 tahun 2013 tentang mekanisme tata cara pencalonan anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kab/Kota. Kinerja KPU Provinsi Sumatera Utara dalam proses verifikasi bertujuan untuk menciptakan suatu proses birokrasi yang sesuai dengan aturan prosedur yang berlaku baik dari awal pendaftaran calon sampai dengan pengumuman daftar calon tetap. Adapun kendala permasalahan yang terjadi dalam tahapan proses verifikasi tersebut tidak terlepas dari pada

stageholder yang terlibat dalam pelaksanaanya. Bukan saja pada hal itu, timbulnya berbagai persepsi negatif dimata masyarakat mengenai proses verifikasi menjadi tantangan tersendiri bagi KPU Provinsi Sumatera Utara sebagai penyelenggara Pemilu legislatif di Provinsi Sumatera Utara.

Adapun teori yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teori kinerja organisasi serta teori birokrasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan analitis. Data dikumpulkan melalui studi pustaka, observasi, dokumentasi, dan wawancara.

(3)

Kata Kunci : Kinerja, KPU, Verifikasi, Anggota Legislatif

UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

PUTRA ALAM RAHMAD (090906087)

PERFORMANCE GENERAL ELECTION COMMISSION (KPU)

VERIFICATION PROCESS IN CANDIDATE MEMBERS IN NORTH

SUMATRA Parliament LEGISLATIVE ELECTION IN 2014. (CASE STUDY: NORTH SUMATRA KPU)

Details of the contents of the thesis ..., 75 pages, one image line of thought, 4 tables, 8 books, 9 internet sites. (The range of books from years 1989 to 2014)

ABSTRACT

KPU is an independent agency in charge of making a difference in the political outcomes through the filtering mechanism of legislative candidates to produce representatives qualified. Mechanisms in question here is the process of verification. North Sumatra Provincial KPU authority in carrying out the verification process in accordance with the Commission regulation 07 of 2013 concerning the mechanism of the nomination procedures for members of the House of Representatives, Provincial, and DPRD Kab / Kota. Performance KPU of North Sumatra Province in the verification process aimed at creating a bureaucratic process in accordance with the applicable rules of procedure of the initial registration of candidates up to the announcement of the list of candidates remains. The constraints problems that occur in the stages of the verification process can not be separated from the stageholder involved in its implementation. Not only in it, the emergence of a variety of negative perception in the eyes of the public regarding the verification process has been a challenge for the KPU of North Sumatra Province as an organizer of the legislative elections in the province of North Sumatra.

The theory used in this research is the theory and the theory of bureaucratic organizational performance. The method used in this research use descriptive research method with an analytical approach. Data were collected through library research, observation, documentation, and interviews.

(4)

Keywords: Performance, KPU, Verification, Legislative

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Pengesahan

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Dilaksanakan Pada :

Hari :

Tanggal :

Pukul :

Tempat :

Tim Penguji :

Ketua :

( )

Nim.

Anggota I :

( )

Nim.

Anggota II :

( )

(5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh

Nama : Putra Alam Rahmad

Nim : 090906087

Departemen : Ilmu Politik

Judul : Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Proses

Verifikasi Calon Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014

(Studi Kasus : KPU Sumatera Utara)

Menyetujui : Ketua

Departemen Ilmu Politik

Dra.T.Irmayani,M.Si NIP. 196806301994032001

Dosen Pembimbing,

(Indra Fauzan,S.H.I.M.Soc,SC) NIP. 198102182008121002

Mengetahui: Dekan FISIP USU,

(6)
(7)

Kata Pengantar

Skripsi ini berjudul “Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam

Proses Verifikasi Calon Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara Pada Pemilu

Legislatif Tahun 2014. Skripsi ini menggambarkan tentang mekanisme kerja KPU

Provinsi Sumatera Utara dalam melakukan proses verifikasi calon anggota DPRD

Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2014. Dalam skripsi ini diuraikan mengenai

mekanisme kegiatan berupa kinerja KPU Provinsi Sumatera Utara dalam

melaksanakan proses verifikasi calon anggota legislatif dari tahapan awal

pelaksanaan sampai dengan tahapan akhir.

Terdapatnya kendala dalam mekanisme kinerja yang dilakukan KPU

Provinsi Sumatera Utara pada saat melakukan proses verifikasi menjadi tantangan

tersendiri, mengingat KPU merupakan unsur dari birokrasi publik yang

melibatkan banyak pihak dalam proses pelaksanaan kerjanya. Bentuk dari

tindakan atau langkah-langkah yang dilakukan KPU Provinsi Sumatera Utara

dalam melaksanan proses verifikasi, serta upaya KPU dalam menjawab

kecurigaan masyarakat mengenai proses pelaksanaan merupakan bentuk

tanggung-jawab yang dilakukan KPU dalam menjalankan tugas dan fungsinya

sebagai lembaga birokrasi publik yang bertugas sebagai penyelenggara Pemilu di

Indonesia.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, atas limpahan

rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Besar

Muhammad SAW, hingga pada umatnya sampai akhir zaman.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada Bapak Indra Fauzan,S.H.I.M.Soc,SC selaku pembimbing skripsi

serta juga Dosen saya di Departemen Ilmu Politik. Berkat bimbingan beliau

penulis merasa sangat terbantu berupa masukan, kritik, maupun saran yang

membangun dalam penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga peneliti

sampaikan kepada Ketua Departemen Ilmu Politik Ibu Dra.T.Irmayani.M.Si dan

Sekretaris Jurusan Bapak Drs.P.Anthonius Sitepu,M.Si yang selalu mengarahkan

(8)

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua tercinta dari penulis,

Ayahanda saya Iriandi BE dan Ibunda saya Hera Kastuty, yang telah

membesarkan saya dan membimbing saya dalam kehidupan ini. Juga kepada

Kakak dan Adik saya, Putri Alam Rahmany dan Putra Alamsyah, terima kasih

atas suport yang kalian berikan, hanya Allah lah yang tahu betapa berartinya

kalian didalam kehidupan ku.

Kepada seluruh dosen pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Bapak Faisal Andri Mahrawa,M,Si,S.IP, Bapak Prof. Muryanto S.Amin, S.Sos.,

M.Si, Bapak Drs. Tony P. Situmorang, M.Si, Bapak Drs. Zakaria, M.S.P, Bapak

Drs. Ahmad Taufan Damanik, Bapak Drs.P.Anthonius Sitepu,M.Si, Bapak Prof.

Drs. Subhilhar, M.A., Ph.D, Ibu M.Si, Dra. Evi Novida Ginting Damanik, M.S.P,

Ibu Dra. Rosmery, M.A, Abangda dan Kakanda Dosen Fernanda Putra Adela,

Abangda Fuad Ginting, Abangda Husnul Isa, Kakanda Adel, serta staf pengajar

yang lain termasuk juga kakak Ema dibagian kemahasiswaan dan bang Burhan

sebagai staf dijurusan saya ucapkan terima kasih banyak atas didikan dan

bimbingannya serta arahannya selama saya menjalani perkuliahan di Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Fisip USU.

Kepada Sarah Najib Bamhemod, dan kawan-kawan ku sejawat semasa

diperkuliahan, Hansen Gunawan Gultom, Andromeda Yusdi Lubis, Harry Ferdy,

Kosner Sinaga, Jonatan Bonardy Tarigan, Caharyadi Tarigan, Ira Afrianty, Kafi

Gumala Sari, Indah Rian Safitry, Maya Tiara Nainggolan, Ingrace Sirait, Sandi

Gustiro, Yudit Srilestari, Teguh dan kawan-kawan lainnya yang terlalu banyak

untuk disebutkan namanya satu persatu, saya ucapkan terima kasih atas

kenangannya selama dimasa perkuliahan kita.

Kepada kawan-kawan kelompok peraktek kerja lapangan (PKL) penulis,

Nico Hamdani Siahaan, Asrul Aziz Lubis, Dea Raisa Darus, Leni Maya Sari,

Indah Sartika, Try Maulia Ningsih, Terima kasih atas kekompakannya semasa

(9)

Kepada seluruh jajaran Birokrasi KPU Provinsi Sumatera Utara, Bapak

Mulia Banurea, S.Ag. M.Si, Bapak Maruli Pasaribu, SH, Bapak Harry Dharma

Putra.S.Kom, M.SI, Ibu M.Si, Dra. Evi Novida Ginting Damanik, M.S.P,

Abangda Putera, Kakanda Hesti dan Vika (Staff KPU Provinsi), penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya telah diberikan kelancaran

berupa pengambilan data dan wawancara perihal keterkaitannya dengan

penelitian. Semoga tuhan yang membalas kebaikan yang telah diberikan dengan

pahala yang berlipat ganda.

Medan 30-Juni-2015

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul……… i

Abstrak……… ii

Abstract………... iii

Halaman Pengesahan………. iv

Halaman Persetujuan………. v

Lembar Persembahan……… vi

Kata Pengantar……….. vii

Daftar Isi………. x

Daftar Tabel……… xiii

Daftar Gambar……… xiv

BAB I Pendahuluan 1.1 LatarBelakang……… 1

1.2 Perumusan Masalah……… 6

1.3 Pembatasan Masalah………... 7

1.4 Tujuan Penelitian………... 7

1.5 Manfaat Penelitian……… 7

1.6 Kerangka Teori……….. 8

1.6.1 Teori Kinerja... 9

1.6.2 Teori Birokrasi... 12

1.7 Alur Kerangka Pemikiran………. 14

1.8 Metode Penelitian………. 15

1.8.1 Jenis Penelitian………... 15

1.8.2 Teknik Pengumpulan Data………... 16

1.8.3 Teknik Analisis Data………... 16

(11)

Bab II Sejarah Komisi Pemilihan Umum

2.1 Sejarah terbentuknya KPU di Indonesia……….. 18

2.2 KPU Provinsi Sumatera Utara……….. 23

2.2.1 Visi dan Misi KPU Provinsi Sumatera Utara………. 24

2.2.1.1 Visi……… 24

2.2.1.2. Misi……….. 24

2.2.3 Struktur Organisasi……… 25

2.2.4 Tugas,Wewenang, dan Kewajiban………... 26

BAB III Penyajian dan Analisis Data 3.1 Tolak Ukur Kinerja………... 31

3.2 Profesionalitas KPU Provinsi Sumatera Utara………. 32

3.2.1 Kualitas Sumber Daya Manusia………... 33

3.2.2 Peraturan dan Perundang-undangan……….... 35

3.2.2.1 Undang-Undang Dasar Nomor 15 tahun 2011…… 35

3.2.2.2 Undang-Undang Dasar Nomor 8 Tahun 2012…… 36

3.2.2.3 Peraturan KPU Nomor 07 Tahun 2012………….. 36

3.2.2.4 Peraturan KPU Nomor 07 Tahun 2013………... 37

3.3 Progresifitas KPU Provinsi Sumatera Utara………. 38

3.3.1 Mekanisme Pelaksanaan Kinerja………. 39

3.3.2 Tanggung Jawab Kinerja………. 46

3.4 Responsivitas KPU Provinsi Sumatera Utara………... 49

3.4.1 Interaksi dan Konsolidasi………. 50

3.5 Akuntabilitas KPU Provinsi Sumatera Utara……… 55

3.5.1 Tingkat Kesesuaian Data……….. 57

3.6 Langkah dan Tindakan KPU Provinsi Sumatera Utara……….… 63

(12)

BAB IV Penutup

4.1 Kesimpulan……… 66

4.2 Saran……….. 67

4.3 Gambaran Umum Pemilu Legislatif Anggota DPRD………….. 70

Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2014

Daftar Pustaka……… 73

Daftar Lampiran :

Lampiran 1. Hasil Rekapitulasi Suara Sah dan Jumlah Kursi Pada Pemilu Legislatif Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014

Lampiran 2. Pengajuan Usul Judul Proposal Skripsi

Lampiran 3. Surat Pengajuan Usulan Judul Proposal Skripsi Kepada Dosen Pembimbing akademik

Lampiran 4. Surat Kesediaan Dosen Pembimbing

Lampiran 5. Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal

Lampiran 6. Berita Acara Seminar Proposal

Lampiran 7. Surat Izin Pengambilan Data dan Wawancara

Lampiran 8. Daftar Pertanyaan Wawancara

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

Tabel 3.1 Tahapan Pelaksanaan Verifikasi anggota

DPRD Provinsi Tahun 2014………. 41

Tabel 3.2 Jumlah calon anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara berdasarkan daerah pemilihan pada Pemilu legislatif Tahun 2014 sebelum dilakukan verifikasi……… 58

Tabel 3.3 Jumlah calon tetap anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara berdasarkan daerah pemilihan pada Pemilu legislatif Tahun 2014 setelah dilakukan verifikasi………... 59

Tabel 3.4 Dana verifikasi administratif dan faktual calon anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara………... 62

Tabel 3.5 Raihan suara sah dan perolehan kursi anggota DPRD

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

(15)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

PUTRA ALAM RAHMAD (090906087)

KINERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) DALAM PROSES

VERIFIKASI CALON ANGGOTA DPRD PROVINSI SUMATERA UTARA PADA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014.

(STUDI KASUS : KPU SUMATERA UTARA )

Rincian isi skripsi …, 75 halaman, 1 gambar alur pemikiran, 4 tabel, 9 buku, 8 situs internet. (Kisaran buku dari tahun 1989-2014)

ABSTRAK

KPU merupakan lembaga independen yang bertugas membuat suatu perbedaan dalam hasil politik melalui mekanisme penyaringan calon anggota legislatif guna menghasilkan wakil-wakil rakyat yang berkualitas. Mekanisme yang dimaksud disini yaitu proses verifikasi. Wewenang KPU Provinsi Sumatera Utara dalam menjalankan proses verifikasi tersebut sesuai dengan peraturan KPU 07 tahun 2013 tentang mekanisme tata cara pencalonan anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kab/Kota. Kinerja KPU Provinsi Sumatera Utara dalam proses verifikasi bertujuan untuk menciptakan suatu proses birokrasi yang sesuai dengan aturan prosedur yang berlaku baik dari awal pendaftaran calon sampai dengan pengumuman daftar calon tetap. Adapun kendala permasalahan yang terjadi dalam tahapan proses verifikasi tersebut tidak terlepas dari pada

stageholder yang terlibat dalam pelaksanaanya. Bukan saja pada hal itu, timbulnya berbagai persepsi negatif dimata masyarakat mengenai proses verifikasi menjadi tantangan tersendiri bagi KPU Provinsi Sumatera Utara sebagai penyelenggara Pemilu legislatif di Provinsi Sumatera Utara.

Adapun teori yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teori kinerja organisasi serta teori birokrasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan analitis. Data dikumpulkan melalui studi pustaka, observasi, dokumentasi, dan wawancara.

(16)

Kata Kunci : Kinerja, KPU, Verifikasi, Anggota Legislatif

UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

PUTRA ALAM RAHMAD (090906087)

PERFORMANCE GENERAL ELECTION COMMISSION (KPU)

VERIFICATION PROCESS IN CANDIDATE MEMBERS IN NORTH

SUMATRA Parliament LEGISLATIVE ELECTION IN 2014. (CASE STUDY: NORTH SUMATRA KPU)

Details of the contents of the thesis ..., 75 pages, one image line of thought, 4 tables, 8 books, 9 internet sites. (The range of books from years 1989 to 2014)

ABSTRACT

KPU is an independent agency in charge of making a difference in the political outcomes through the filtering mechanism of legislative candidates to produce representatives qualified. Mechanisms in question here is the process of verification. North Sumatra Provincial KPU authority in carrying out the verification process in accordance with the Commission regulation 07 of 2013 concerning the mechanism of the nomination procedures for members of the House of Representatives, Provincial, and DPRD Kab / Kota. Performance KPU of North Sumatra Province in the verification process aimed at creating a bureaucratic process in accordance with the applicable rules of procedure of the initial registration of candidates up to the announcement of the list of candidates remains. The constraints problems that occur in the stages of the verification process can not be separated from the stageholder involved in its implementation. Not only in it, the emergence of a variety of negative perception in the eyes of the public regarding the verification process has been a challenge for the KPU of North Sumatra Province as an organizer of the legislative elections in the province of North Sumatra.

The theory used in this research is the theory and the theory of bureaucratic organizational performance. The method used in this research use descriptive research method with an analytical approach. Data were collected through library research, observation, documentation, and interviews.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan

rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan

adil berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Pemilu berperan menjadi instrumen demokrasi yang

mengikut sertakan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan aspirasinya dan

disalurkan melalui wadah partai politik. Proses Pemilu memiliki makna dan arti

penting sebagai sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

pemerintahan negara Indonesia yang demokratis. Karena ciri dari negara

demokrasi ialah adanya pemilihan umum dan dilaksanakan oleh penyelenggara

Pemilu yang mempunyai integritas, profesionalitas, dan akuntabilitas yang baik.

Pemilu bukan hanya mencerminkan kedaulatan rakyat, tetapi lebih dari

pada itu dimana warga negara melalui hak mereka turun serta berpartisipasi

didalam proses politik kenegaraan. Wujud keterlibatan masyarakat dalam Pemilu

yakni merupakan sarana bagi masyarakat untuk ikut menentukan figur dan arah

kepemimpinan negara atau daerah dalam periode tertentu.1 Dalam sistem

demokrasi modern saat ini, keterwakilan dan akutabilitas politik didalam suatu

pemilihan umum menjadi indikator yang penting untuk melihat berjalannya proses

demokrasi tersebut. Ukuran dan kompleksitas dari negara modern telah

mengharuskan dilaksanakannya pemilihan umum yang menggambarkan bentuk

dari kebebasan masyarakat dalam menentukan wakil mereka diparlemen.

Pemilu menjadi langkah awal dalam menentukan arah kepemimpinan

suatu negara, hal ini disebabkan karena pemerintahan demokrasi mengusung azaz

kepemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Pemilu juga selalu

dikaitkan dengan konsep demokrasi perwakilan atau demokrasi tidak langsung

yang berarti keikut-sertaan rakyat di dalam pemerintahan. Hal tersebut dilakukan

(18)

oleh wakil-wakil rakyat yang dipilih sendiri oleh rakyat secara langsung sehingga

hasil Pemilu merupakan gambaran dari konfigurasi aliran-aliran politik ataupun

aspirasi politik yang hidup ditengah-tengah lapisan masyarakat.

Konsekuensinya adalah masuknya konsep representasi (perwakilan) yang

menjadi bagian dari demokrasi secara utuh. Hal ini juga terkait dengan tuntutan

demokrasi itu sendiri, demokrasi menuntut adanya sistem perwakilan yang

memungkinkan semua kelompok masyarakat terwakili. Amanat konstitusi

tersebut adalah untuk memenuhi tuntutan perkembangan kehidupan politik,

dinamika masyarakat, dan perkembangan demokrasi yang sejalan dengan

pertumbuhan kehidupan berbangsa dan bernegara. Di samping itu wilayah negara

Indonesia yang luas dengan jumlah penduduk yang besar dan menyebar diseluruh

kepulauan nusantara serta memiliki kompleksitas nasional, menuntut

penyelenggara pemilihan umum yang profesional dan memiliki kredibilitas yang

dapat dipertanggung-jawabkan.

Desain sistem Pemilu yang baik merupakan sistem yang secara langsung

mampu merefleksikan preferensi politik dari pada pemilih melalui hasil Pemilu

yang demokratis. Dengan Pemilu yang dilaksanakan secara demokratis, anggota

legislatif yang terpilih baik di tingkat Nasional maupun di tingkat Provinsi dan

Kabupaten/Kota merupakan hasil dari konsep keterwakilan dalam demokrasi

tersebut. Penyelenggaraan Pemilu yang demokratis menjadi syarat penting dalam

menciptakan konsep keterwakilan masyarakat diparlemen dan memiliki peran

untuk menghasilkan legislator yang benar-benar mendekati kehendak rakyat serta

merupakan salah satu sarana yang sah dalam mendapatkan legitimasi kekuasaan

yang berdasarkan konstitusi hukum.2

Terlepas dari sejarah demokrasi pada awal mekanisme Pemilihan Umum

tahun 1999, maka ditetapkan lah Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai suatu

lembaga institusi yang independen dan mempunyai kewenangan khusus dalam

perihal penyelenggaraan Pemilu di Indonesia berdasarkan UU Nomor 15 Tahun

2011. Undang-Undang ini dibuat merupakan bentuk penyempurnaan struktur

penyelenggaraan Pemilu itu sendiri. Penyelenggara Pemilu dimaksudkan untuk

2

(19)

lebih meningkatkan fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi

penyelenggaraan pemilihan umum secara demoratis dan komprehensif. KPU

berperan sebagai juri sekaligus pelaksana Pemilu dalam kompetisi demokrasi

khususnya diwilayah teritorial suatu daerah utuk memunculkan seorang legislator

yang memang betul-betul dikehendaki oleh masyarakat, dan merupakan wadah

dari keterwakilan yang memegang amanat dan tanggung jawab aspirasi rakyat

dalam memperjuangkan tuntutan-tuntutan masyarakat didaerahnya.

Berdasarkan ketetapan UUD Nomor 15 Tahun 2011 Pasal 4 Ayat 2 KPU

Sumatera Utara mewakili daerah Provinsi, merupakan salah satu penyelenggara

Pemilu daerah dan memiliki wewenang dalam melakukan tugasnya sebagai

pelaksana pemilihan umum anggota legislatif.3Didalam Pemilu khususnya Pemilu legislatif, terdapat beberapa mekanisme yang diatur dan ditetapkan KPU sebagai

persyaratan yang harus dituruti dalam perihal pendafaran calon anggota legislatif.

Persyaratan ini merupakan suatu bentuk proses pendafaran untuk menjadi calon

anggota legislatif yang diusung oleh partai peserta Pemilu sesuai dengan peraturan

KPU Nomor 07 Tahun 2013 tentang pedoman teknis, tata cara pendafataran,

verifikasi, dan penetapan calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD

Kabupaten/Kota. Pelaksanaan verifikasi yang dilakukan oleh KPU Sumatera

Utara merupakan dasar yang amat penting dalam menyaring calon legislatif

(caleg) yang mempunyai kapabilitas dalam mewakili aspirasi masyarakat

didaerah.

Proses verifikasi mempunyai peranannya tersendiri didalam rangkaian

tahapan Pemilu. Persyaratan yang diajukan merupakan bentuk dari keharusan

yang dilakukan seorang calon legislatif sebagai kontestan Pemilu. Hal ini

merupakan bentuk legalitas seorang calon legislatif untuk mengikuti Pemilu

legislatif. Pelaksanaan proses verifikasi ditujukan untuk menciptakan unsur

persyaratan yang sesuai berdasarkan peraturan dan ketetapan yang telah

ditentukan oleh KPU sebagai bentuk dari mekanisme tata cara pendaftaran caleg

untuk mengikuti proses pemilu legislatif pada tahun 2014.

3

(20)

Didalam teknis pelaksanaannya, proses verifikasi terbagi menjadi

beberapa tahapan yaitu verifikasi administratif dan faktual. Pada pelaksanaan

verifikasi administratif KPU bertugas untuk memeriksa data persyaratan yang

diajukan oleh para calon anggota legislatif meliputi kebenaran serta kelengkapan

data yang diisi oleh para caleg secara akurat dan akuntabel. Sedangkan dalam

proses verifikasi faktual, yaitu merupakan bentuk tindak-lanjut dari verifikasi

administratif yang berupa pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan KPU

dengan terjun langsung kelapangan melakukan pengecekan kebenaran data.

Dalam proses verifikasi faktual ini KPU melibatkan pihak atau lembaga lainnya

yang merupakan bentuk dari kerja sama dalam proses pelaksanaan tahapan

verifikasi.

KPU pada proses verifikasi mempunyai peranan dalam menciptakan

proses birokrasi yang efektif dan tepat sasaran, serta berpedoman pada azaz jujur

dan adil yang merupakan bentuk dari transparansi kegiatan selama pelaksanaan

proses verifikasi itu berlangsung. Verifikasi calon anggota DPRD yang dilakukan

KPU sebagai petugas penyelenggara Pemilu dalam perihal kerjanya sangat

membutuhkan kecermatan, ketelelitian serta keterbukaan. Kecermatan dalam

proses verifikasi ini merupakan suatu hal yang perlu dilakukan dalam pemilahan

dan pemeriksaan data yang diajukan Parpol sebagai kontestan Pemilu. Data yang

diajukan kemudian diteliti kebenaran serta kelengkapannya sebagai prasyarat

pendaftaran sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Sedangkan keterbukaan adalah menjadi prinsip KPU dalam seluruh rangkaian

proses pencalonan, sejak masa pendaftaran, penetapan Daftar Calon Sementara

(DCS), masa perbaikan, hingga penetapan Daftar Calon Tetap (DCT) dimata

publik.

Salah satu aspek yang dianggap krusial dalam pelaksanaan teknis

verifikasi pendaftaran calon dari kinerja KPU Sumatera Utara yaitu, dalam

persoalan keabsahan data dari persyaratan pendaftaran calon anggota legislatif.

Mekanisme kinerja yang dilakukan KPU Sumatera Utara dalam melakukan proses

pendaftaran calon anggota legislatif dilakukan adalah untuk menjawab hal

(21)

kebenarannya. Proses pemeriksaan kebenaran data persyaratan mempunyai

peranan dalam menciptakan unsur birokrasi yang murni dalam menjalankan tugas

sesuai dengan peraturan dan kewenangan suatu lembaga. Termasuk juga

menjauhkan kelembagaan tersebut dari unsur kecurangan yang bisa berdampak

pada kurangnya tingkat kepercayaan publik akan suatu instansi atau kelembagaan.

Timbulnya berbagai persepsi negatif mengenai penilaian kinerja proses

verifikasi ini diakibatkan kurangnya pemahaman masyarakat dalam proses

pengerjaan verifikasi, terutama pada proses pengecekan keabsahan dan kebenaran

dokumen persyaratan administrasi yang dianggap cendrung menyimpang dari

konteks pelaksanaanya. Pasalnya, dalam proses tersebut rawan kecurangan dan

manipulasi data. Selain dari pada itu, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

seluruh pihak yang terlibat dalam proses tersebut juga perlu mendapat perhatian

khusus. Sebab dikhawatirkan, tenaga kerja yang dipergunakan kurang mempunyai

pemahaman khusus dalam melakukan proses verifikasi berkas pencalonan

tersebut mulai dari verifikasi administrasi hingga verifikasi faktual.

Karena alasan diatas maka penulis tertarik untuk membahas masalah

kinerja KPU khususnya KPU Sumatera Utara dalam proses verifikasi pendaftaran

calon anggota legislatif. Peneliti melihat berbagai alasan yang sangat objektif,

dimana mekanisme verifikasi yang dilakukan KPU dalam menentukan BCAL

(Bakal Calon Anggota Legislatif) merupakan dasar hal yang paling penting untuk

menciptakan calon-calon anggota legislatif yang mempunyai kapabilitas dalam

memimpin masyarakat yang diwakilinya. Pelaksanaan kinerja KPU dalam tahap

verifikasi harus dilakukan secara maksimal, karena merupakan salah aspek

penting yang dapat menentukan seorang calon aparatur bisa mendapatkan

legitimasi secara sah atau tidak sebagai peserta Pemilu khususnya pada Pemilu

legislatif. Serta juga sebagai upaya menanggapi opini publik yang secara tidak

langsung timbul akibat seringnya terjadi indikasi kecurangan dalam proses

persyaratan pencalonan.

Tentu dalam mekanisme kerja semua hal mempunyai beberapa kendala

teknis dalam perihal pelaksanaannya, seperti misalnya terjadi keterlambatan

(22)

para caleg, ketidak-lengkapan berkas yang diisi para caleg, serta kurang

responsifnya Parpol dalam mengintegrasikan keputusan-keputusan KPU perihal

pemenuhan data calon yang ditetapkan partai di beberapa Kabupaten/Kota. Hal ini

menjadi salah satu kendala yang dihadapi KPU Provinsi Sumatera Utara baik di

KPU daerah manapun dalam melakukan verifikasi calon anggota legislatif tingkat

daerah. Selain dari pada itu, aturan-aturan syarat pencalonan dan teknis verifikasi

juga cenderung menimbulkan multitafsir. Seperti misalnya pihak mana saja yang

ikut terkait dalam melakukan kerja sama dalam melakukan proses kinerja

verifikasi, juga tanggapan masyarakat terhadap beberapa calon banyak yang

berindikasi merekayasa data yang berkaitan dengan administrasi pencalonan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan gambaran dari latar belakang yang telah diuraikan, penelitian

ini akan ditujukan untuk menjawab sebuah pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Bagaimana mekanisme kinerja yang dilakukan KPU Sumatera Utara dalam proses verifikasi calon anggota legislatif pada pemilu legislatif tahun 2014 ?

(23)

1.3 Pembatasan Masalah

Pentingnya pembatasan masalah dibuat adalah agar masalah yang diteliti

oleh penulis menjadi jelas, terarah, serta konsisten. Adapun pembatasan masalah

dalam penelitian ini adalah: Hanya akan membahas tentang proses verifikasi yang

dilakukan KPU Sumatera Utara terhadap calon anggota legislatif pada Pemilu

yang berlangsung pada tahun 2014.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui mekanisme kerja yang dilakukan KPU Sumatera Utara

dalam menjalankan proses verifikasi data calon anggota legislatif pada Pemilu

legislatif tahun 2014.

2. Untuk mengetahui langkah-langkah apa saja yang dilakukan KPU Sumatera

Utara dalam menjawab kecurigaan masyarakat mengenai mekanisme

pencalonan anggota legislatif pada pemilu legislatif tahun 2014.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Secara teoritis diharapkan akan bermanfaat bagi pengembangan ilmu yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti dan dapat memperkaya khasanah

terhadap jenis penelitian yang sama.

2. Penelitian diharapkan dapat menjadi masukan untuk memperbaiki dan

meningkatkan kinerja aparatur pemerintah khususnya komisi pemilihan umum

dalam mewujudkan sistem penyaringan calon anggota legislatif kearah yang

lebih baik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Memberikan gambaran mengenai proses mekanisme verifikasi itu sendiri, agar

masyarakat memahami serta mengerti tentang teknis pelaksanaan verifikasi

(24)

1.6 Kerangka Teori

Salah satu unsur penting dalam sebuah penelitian adalah penyusunan

kerangka teori, karena teori berfungsi sebagai landasan berfikir untuk

menggambarkan darimana peneliti melihat objek yang diteliti sehingga penelitian

dapat lebih sistematis. Teori menurut FN Karlinger adalah sebuah konsep atau

konstruksi pemikiran yang berhubungan satu dengan yang lain berdasarkan

pandangan berfikir, serta merupakan pisau analisis penelitian dalam melihat suatu

gejala atau fenomena yang terjadi.4 Teori menurut Masri Singarimbun adalah rangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi dan proposisi untuk menerangkan

suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar

konsep.5

Menurut definisi ini, teori mengandung tiga hal, yaitu:6

- Pertama, teori adalah serangkaian proposisi atau konsep yang

berhubungan.

- Kedua, teori adalah menerangkan secara sistematis suatu fenomena dengan

cara menentukan hubungan antar konsep.

- Ketiga, teori menerangkan fenomena tertentu dan cara menentukan konsep

mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk

hubungannya.

Adapun teori-teori yang penulis gunakan dalam menjawab masalah dalam

penelitian ini adalah:

4

Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Reina Cipta, 1997, Hal. 20

5Masri Singarimbun dan Sofian Effendi,

(25)

1.6.1 Teori Kinerja

Istilah kinerja merupakan terjemahan dariperformance yang sering diartikan

oleh para cendekiawan sebagai “penampilan”, “hasil kerja”, atau “prestasi”.

Secara etimologis, kinerja adalah sebuah kata yang dalam bahasa Indonesia

berasal dari kata dasar “kerja” yang menerjemahkan kata dari bahasa asing

prestasi, bisa pula berarti hasil kerja. Sehingga pengertian kinerja dalam

organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang

telah ditetapkan. Suyadi Prawirosentono mendefinisikan kinerja yaitu sebagai

hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam

rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak

melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.

Sedangkan Bastian Noggi mengemukakan definisi kinerja yaitu sebagai

sebuah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu

organisasi, dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi organisasi tersebut dan

seberapa jauh organisasi mencapai hasil ketika dibandingkan dengan pencapaian

tujuan dan target yang telah ditetapkan. Bernardin dan Russel memberikan

pengertian Prestasi atau kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh

dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurun waktu tertentu

(performance is defined as the record of outcomes produced on a specified job

function or activity during time period).7

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

kinerja merupakan suatu pencapaian atau hasil kerja dalam kegiatan atau aktivitas

atau program yang telah direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan serta

sasaran yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi dan dilaksanakan dalam

jangka waktu tertentu. Sehingga dapat dipahami bahwa kinerja organisasi

ditentukan dari seberapa jauh tingkat kemampuan pelaksana tugas-tugas

organisasi dalam rangka pencapaian tujuan sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki berdasarkan program, kebijakan, serta visi dan misi yang telah ditetapkan

sebelumnya. Untuk melakukan kajian secara lebih mendalam tentang faktor-faktor

7

(26)

yang mempengaruhi efektivitas kinerja, maka perlu melihat beberapa indikator

pendekatan untuk memahami tolak ukur pencapaian hasil kerja yang dilakukan.

Adapun indikator penilaian untuk mengukur pendekatan kinerja tersebut adalah

sebagai berikut :8

1. Profesionalitas

Suatu organisasi dituntun professional, baik dalam segi kualitas sumber daya

manusianya serta mempunyai landasan kerja guna menjalankan tugas dan

fungsinya secara efektif. Kemampuan seseorang atau kelompok merupakan

faktor penting dalam mekanisme kerja yang prosesional guna tercapainya

tujuan yang ingin dicapai. Profesionalitas juga menuntut adanya landasan

hukum atau peraturan yang menjadikan tugas dan fungsi organisasi itu

bergerak sesuai dengan ketentuan organisasi.

2. Progresifitas

Progresifitas merupakan bentuk dari komitmen ataupun keseriusan dalam

menjalankan program yang dikerjakan. Komitmen yang tinggi sangat

berpengaruh terhadap kefektivitas kinerja, karna merupakan bentuk dari

keseriusan dan usaha melakukan pekerjaannya secara tepat dan benar.

3. Responsivitas

Responsivitas dalam ruang lingkup birokrasi erat kaitannya dengan

pengembangan pelayanan publik. Hal ini disebabkan karena birokrasi publik

memiliki stakeholders yang jauh lebih banyak dan lebih kompleks

dibandingkan dengan organisasi swasta. Responsivitas juga berkaitan dengan

perihal interaksi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan

berberapa pihak ataupun masyarakat dalam mekanisme kinerja.

8

(27)

4. Akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan suatu ukuran seberapa besar tingkat kesesuaian

pengerjaan yang dilakukan suatu lembaga atau organisasi. Kesesuaian antara

paradigma yang dianut oleh manajemen suatu organisasi dengan tujuan

penilaian kinerja merupakan suatu bentuk penyesuaian dari seluruh rangkaian

kerja secara terstruktur dari awal sampai dengan akhir.

Kegunaan penilaian kinerja adalah :9

1. Menilai kualitas, kuantitas dan efisiensi pelayanan

2. Memotivasi birokrat pelaksana

3. Memonitor para kontraktor

4. Melakukan penyesuaian anggaran

5. Mendorong pemerintah agar lebih memperhatikan kebutuhan masyarakat

yang dilayani

6. Menunutun perbaikan dalam pelayanan publik

Penyebab kesulitan dalam pengukuran kinerja adalah :

1. Tujuan dan misi organisasi pelayanan publik sangat kabur bersifat

multidimensional

2. Stakeholders(pengambil kebijakan) jauh lebih banyak dan komplek dari

pada organisasi swasta

3. Stakeholderssering kali memiliki kepentingan yang berbenturan antara

satu dengan yang lainnya.

9

(28)

1.6.2 Teori Birokrasi

Birokrasi berasal dari kata “bureau” yang berarti meja atau kantor; dan kata

“kratia” (cratein) yang berarti pemerintahan. Pada mulanya, istilah ini digunakan

untuk menunjuk pada suatu sistematika kegiatan kerja yang diatur atau diperintah

oleh suatu kantor melalui kegiatan-kegiatan administrasi (Ernawan, 1988). Dalam

konsep bahasa inggris secara umum, birokrasi disebut juga dengan public

service.Fungsi pokok yang ada dalam birokrasi adalah untuk

mengimplementasikan atau “excecute law and policy“. Oleh Sebab itu terkadang

birokrasi itu sebagai “the administration” sementara itu bagi eksekutif disebut

dengan istilah “government”.

Menurut Max Weber Birokrasi merupakan suatu bentuk tatanan dalam hal

kinerja. Penetapan tujuan dan perancangan serta bentuk dari tindakan kinerja

tersebut pada umumnya mempunyai kewenangannya tersendiri yang berasal dari

beberapa unsur peraturan, prosedur, dan peranan yang dituliskan secara jelas

mengenai intensitas kerja pengelola objek birokrasi itu sendiri berdasarkan

ketentuan yang berlaku agar tujuan kinerja itu dapat tercapai secara efektif dan

efisien. Birokrasi pada pandangan Max Weber ini memfokuskan pada perihal

instrument teknis dari kinerja birokrasi pemerintah guna mewujudkan pelayanan

publik yang baik.10

Gagasan Birokrasi Weber yang dikutip Rahman mengemukakan ciri-ciri utama

struktur birokrasi adalah :11

1. Prinsip Pembagian Kerja.

Kegiatan-kegiatan regular yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan

organisasi dibagi dalam cara-cara tertentu sebagai tugas-tugas jabatan. Dengan

adanya prinsip pembagian kerja yang jelas ini dimungkinkan pelaksanaan

perkejaan oleh tenaga-tenaga spesialisasi dalam setiap jabatan, sehingga

pekerjaan akan dapat dilaksanakan dengan tanggungjawab penuh dan efektif.

10Ferdinan Kerebungu,

(29)

2. Aturan dan Prosedur

Pelaksanaan kegiatan didasarkan pada suatu system peraturan yang konsisten.

Sistem standar tersebut dimaksudkan untuk menjamin adanya keseragaman

pelaksanaan setiap tugas dan kegiatan tanpa melihat pada jumlah orang yang

terlibat didalamnya.

3. Transparansi

Keterbukaan dalam pengolahan data adalah hal yang paling efektif dalam

menghindari kecurigaan yang terjadi akibat tidak adanya akses dalam daya

olah data. Transparansi pada hakikatnya merupakan bentuk dari penjabaran

data secara terbuka dan transparan bagi siapa saja yang ingin melakukan

pengecekan pada pendataan tersebut. Hal ini dilakukan guna terciptanya unsur

saling percaya-mempercayai antar substansi atau perseorangan.

4. Prinsip Netral

Pejabat yang ideal dalam suatu birokrasi melaksanakan kewajiban dalam

semangat formal (formalistic impersonality), artinya tanpa perasaan simpati

atau tidak simpati. Dalam prinsip ini, seorang pejabat dalam menjalankan

tugas dan wewenangnya terlepas dari pandangan yang bersifat pribadi.

Dengan menghilangkan pertimbangan yang bersifat pribadi dalam urusan

jabatan, berarti suatu pra kondisi untuk bersikap tidak memihak dan juga

untuk efesiensi.

5. Birokrasi Murni

Pengalaman menunjukkan bahwa tipe birokrasi yang murni dari suatu

organisasi atau lembaga administrasi dilihat dari segi teknis akan dapat

memenuhi efesiensi tingkat tinggi. Mekanisme birokrasi yang berkembang

sepenuhnya akan lebih efesien daripada organisasi yang tidak seperti itu atau

(30)
[image:30.595.78.571.118.741.2]

1.7. Alur Kerangka Pemikiran

Gambar 1.1

Alur Kerangka Pemikiran

Sumber : diolah oleh Peneliti, Tahun 2015

Kinerja KPU Provinsi Sumatera Utara

Verifikasi Calon Anggota DPRD Provinsi Sumatera

Utara Pada Pemilu Legislatif 2014

Tolak Ukur Kinerja KPU Sumatera Utara dalam Proses

Verifikasi Calon Anggota Legislatif 2014

1. Profesionalitas KPU Provinsi Sumatera Utara

a. Kualitas Sumber Daya Manusia

b. Peraturan Dan Perundang-Undangan

2. Progresifitas KPU Provinsi Sumatera Utara

a. Mekanisme Pelaksanaan Kinerja

b. Tanggung Jawab Kinerja

3. Responsibilitas KPU Provinsi Sumatera Utara

b. Interaksi dan Konsolidasi

4. Akuntabilitas KPU Provinsi Sumatera Utara

a. Tingkat Kesesuaian Data

Terwujudnya Kinerja KPU Provinsi Sumatera Utara

Birokrasi Murni Aturan dan

Prosedur Pembagian

Kerja

Prinsip Netral Transparansi Teknis Kinerja Tindakan KPU dalammengatasi kecurigaan

(31)

1.8 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif. Pengertian penelitian kualitatif adalah penelitian yang

mempelajari suatu gejala atau realita sosial dan mencoba menemukan suatu

pemahaman akan interpretasi atau makna terhadap gejala tersebut.12 Penelitian kualitatif tidak berusaha untuk menguji sebuah hipotesis, dan penelitian ini

bersifat alamiah (natural setting), artinya peneliti tidak berusaha untuk

memanipulasi data apapun ataupun melakukan intervensi terhadap aktivitas

subjek penelitian dengan memberikan perlakuan tertentu, namun peneliti berusaha

untuk memahami proses dari mekanisme objek yang diteliti sebagai mana adanya.

1.8.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini merupakan

penelitian dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan analitis.

Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan peristiwa dan fakta yang

sedang berlangsung ataupun sudah terjadi. Metode deskriptif dapat diartikan

sebagai prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan menggambarkan atau

melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat,

dan lain-lain), pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

sebagaimana adanya.13 Metode deskriptif ini digunakan untuk mengeksplorasi data, menjelaskan, dan menggambarkan kinerja serta proses yang dilakukan

Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam hal verifikasi administrasi data serta

verifikasi faktual calon anggota legislatif di Provinsi Sumatera Utara.

12

Jane Ritchie and Jane Lewis,Qualitative Research Practice: A Guide for Social Scoence Students

and Researcher, London: SAGE Publication Ltd, 2003,hal, 109 13Hadari Nawawi,

Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta: 2003, Gajah Mada University Press Hal

(32)

1.8.2 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Bagong Suyanto, dalam suatu penelitian kualitatif ada tiga

macam atau teknik dalam mengumpulkan data, yakni14: 1. Wawancara terbuka

Data yang diperoleh merupakan kutipan langsung dari orang-orang yang

berpengalaman dan berpengetahuan dibidangnya.

2. Observasi langsung

Proses pengumpulan data dengan turun langsung ke lapangan serta ikut

terlibat dalam proses yang tengah dialami subjek penelitian.

3. Kepustakaan

Data yang didapat dari tinjauan pustaka (Library Research), yaitu dengan

mempelajari jurnal-jurnal, laporan penelitian, dokumen lembaga, buku-buku,

dan document yang relevan untuk data yang dibutuhkan pada penelitian, data

juga diperoleh dari browsing dan clipping print yaitu untuk pencarian bahan

yang lengkap penulis menggunakan media elektronik/internet.

1.8.3 Teknik Analisis Data

Teknik data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif, dimana teknik ini

melakukan analisa berdasarkan data yang ada yang kemudian merunutkan-nya

menjadi sebuah proses mekanisme kerja yang sistematis dan dibantu juga oleh

tabulasi pendataan yang memudahkan pembaca untuk memahami struktur hasil

dari mekanisme kerja yang dimaksud, sehingga diperoleh gambaran jelas tentang

objek yang akan diteliti dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.

(33)

1.9. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan lebih terperinci serta

untuk mempermudah isi, maka penelitian ini terdiri dari 4 (empat) bab, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang masalah,

perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II : SEJARAH KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU)

Bab ini menyajikan tentang gambaran umum mengenai sejarah

terbentuknya Komisi Pemilihan Umum di Indonesia Pasca

Demokrasi Terpimpin sampai dengan pada masa sekarang, dan

membahas mengenai profil KPU Sumatera Utara.

BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini nantinya akan berisikan tentang penyajian data dan

fakta-fakta yang diperoleh dari lembaga yang diteliti termasuk juga

informasi dari narasumber, surat kabar, media elektronik dan juga

akan menyajikan pembahasan dan analisis data dari fakta tersebut.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan yang

diperoleh dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnya serta

berisikan tentang saran-saran yang peneliti tuliskan setelah

(34)

BAB II

SEJARAH KOMISI PEMILIHAN UMUM

2.1 Sejarah Terbentuknya KPU di Indonesia

Walaupun Pemilu 1955 dikenal sebagai Pemilu pertama di Indonesia

namun sejarah pembentukan lembaga penyelenggaraan pemilu sudah dimulai

pada tahun 1946 ketika Presiden Soekarno membentuk Badan Pembentuk

Susunan Komite Nasional Pusat, menyusun disahkannya Undang-Undang Nomor

12 Tahun 1946 tentang Pembaharuan Susunan Komite Nasional Indonesia Pusat

(UU No. 12 Tahun 1946). Setelah revolusi kemerdekaan pada tanggal 7

November 1953 Presiden Soekarno menandatangani Keputusan Presiden Nomor

188 Tahun 1955 tentang pengangkatan Panitia Pemilihan Indonesia (PPI) Panitia

inilah yang bertugas menyiapkan, memimpin dan menyelenggarakan pemilu 1955

untuk memilih anggota Konstituante dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat.15 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1953 tentang Pemilihan Anggota

Konstituante dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat disahkan pada 4 April 1953

dan menyebutkan PPI berkedudukan di ibukota Negara. Panitia Pemilihan Daerah

(PPD) berkedudukan di setiap daerah pemilihan. Panitia Pemilihan Kabupaten

berkedudukan di setiap kecamatan. Panitia pendaftaran pemilihan berkedudukan

di setiap desa dan panitia pemilihan luar negeri. PPI ditunjuk oleh Presiden,

Panitia Pemilihan ditunjuk oleh Menteri Kehakiman dan Panitia Pemilihan

Kabupaten ditunjuk oleh Menteri Dalam Negeri. Pemilu yang pertama kali

tersebut berhasil diselenggarakan dengan aman, lancar, jujur dan adil serta sangat

demokratis.

Sangat disayangkan, kisah sukses Pemilu 1955 akhirnya tidak bisa

dilanjutkan, dan hanya menjadi catatan emas sejarah. Pemilu pertama itu tidak

berlanjut dengan Pemilu kedua lima tahun berikutnya, meskipun ditahun 1958

Pejabat Presiden Sukarno sudah melantik Panitia Pemilihan Indonesia II, yang

15 http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2014/8/PEMILU-1955/MzQz, diakses pada

(35)

terjadi kemudian adalah berubahnya format politik dengan keluarnya Dekrit

Presiden 5 Juli 1959. Presiden Soekarno secara sepihak membentuk DPR-Gotong

Royong (DPR-GR) dan MPR Sementara (MPRS) yang semua anggotanya

diangkat oleh Presiden. Pada Dektrit itu pula Presiden Soekarno membubarkan

Konstituante dan mengutarakan pernyataan untuk kembali ke UUD 1945 yang

diperkuat angan-angan Presiden Soekarno menguburkan kepartaian di Indonesia.

Dekrit itu kemudian mengakhiri rezim demokrasi dan mengawali otoriterianisme

kekuasaan di Indonesia. Otoriterianisme pemerintahan Presiden Soekarno makin

jelas ketika pada 4 Juni 1960, ia membubarkan DPR hasil Pemilu 1955.

Pengangkatan keanggotaan MPR dan DPR, dalam arti tanpa pemilihan

memang tidak bertentangan dengan UUD 1945. Karena UUD 1945 tidak memuat

klausul tentang tata cara memilih anggota DPR dan MPR. Rezim yang kemudian

dikenal dengan sebutan Demokrasi Terpimpin itu tidak pernah sekalipun

menyelenggarakan Pemilu Kepresidenan. Malah tahun 1963 MPRS yang

anggotanya diangkat Soekarno, diinstruksikan untuk menetapkan orang yang

mengangkatnya menjadi Presiden seumur hidup. Ini adalah satu bentuk kekuasaan

otoriter yang mengabaikan kemauan rakyat. Presiden Soekarno diberhentikan oleh

MPRS melalui Sidang Istimewa bulan Maret 1967 (Ketetapan XXXIV/MPRS/

1967) setelah meluasnya krisis politik, ekonomi dan sosial pasca kudeta G 30

S/PKI.

Tongkat kepemerintahan Republik Indonesia selanjutnya diserahkan

kepada Soeharto menggantikan jabatan Presiden Soekarno. Dimasa

kepemerintahan orde baru Presiden Soeharto membentuk Lembaga Pemilihan

Umum (LPU) yang bertugas sebagai badan penyelenggara pemilihan umum di

Indonesia. LPU terbentuk berdasarkan Keppres No 3 Tahun 1970 diketuai oleh

Menteri Dalam Negeri yang keanggotaannya terdiri atas Dewan Pimpinan, Dewan

Pertimbangan, Sekretariat Umum LPU dan Badan Perbekalan dan Perhubungan16.

Menyusul runtuhnya rezim orde baru yang diakibatkan gejolak politik

16

(36)

dimasyarakat. Presiden Soeharto mengumumkan pemunduran dirinya sebagai

Presiden Republik Indonesia dari kekuasaannya pada tanggal 21 Mei 1998 dan

jabatan ke Presidenan selanjutnya digantikan oleh Wakil Presiden Bacharuddin

Jusuf Habibie. Pada masa inilah sejarah Komisi Pemilihan Umum di Indonesia

pertama kali dibentuk melalui Keppres No 16 Tahun 1999.

LPU yang dibentuk Presiden Soeharto pada 1970 itu ditransformasi

menjadi Komisi Pemilihan Umum dengan memperkuat peran, fungsi dan struktur

organisasinya menjelang pelaksanaan pemilu 1999. Saat itu KPU diisi oleh

wakil-wakil pemerintah dan wakil-wakil-wakil-wakil peserta pemilu 1999 serta tokoh-tokoh

masyarakat yang berjumlahkan 53 anggota dan dilantik oleh Presiden BJ.Habibie.

Pembentukan KPU dilakukan mengingat desakan publik yang menuntut

pemerintahan yang demokratis. Pada saat itu untuk sebagian alasan diadakannya

pemilu, adalah untuk memperoleh pengakuan atau kepercayaan dari publik,

termasuk dunia internasional, karena kepemerintahan dan lembaga-lembaga lain

yang merupakan produk Pemilu 1997 pemerintahan orde baru sudah dianggap

tidak mendapat kepercayaan lagi oleh masyarakat.

Dengan pemilu dipercepat, yang terjadi bukan hanya bakal digantinya

keanggotaan DPR dan MPR sebelum selesai masa kerjanya, tetapi Presiden

Habibie sendiri memangkas masa jabatannya yang seharusnya berlangsung

sampai tahun 2003, suatu kebijakan dari seorang presiden yang belum pernah

terjadi sebelumnya. Pemilu ditahun 1999 itu sendiri menghasilkan kemenangan

bagi pasangan calon K.H Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Soekarno

Putri sebagai Presiden dan wakil Presiden RI yang ke 3. Dimasa jabatan Presiden

Addurrahman Wahid, beliau melakukan perombakan struktur KPU melalui

Keppres No 70 Tahun 2001.17 Perombakan struktur KPU ini merupakan upaya perbaikan dari pembentukan KPU sebelumnya dijaman pemerintahan Presiden

BJ.Habibie. Perombakan struktur tersebut dapat dilihat dari pemangkasan struktur

penjabat KPU yang sebelumnya beranggotakan 53 orang.

17

(37)

Struktur KPU pada masa Presiden Abdurrahman Wahid ini terdiri dari

unsur LSM serta akademisi yang beranggotakan berjumlah 11 orang. Hal ini

dibuat supaya mekanisme kerja komisi pemilihan umum dapat berjalan lebih

efektif dibandingkan dengan KPU sebelumnya yang beranggotakan 53 orang.

Pelantikan struktur KPU tersebut dilakukan pada tanggal 11 april 2001 dan

dilantik secara langsung oleh Presiden Abdurrahman Wahid. Pada periode pemilu

kedua pasca orde baru ini Pemilu dilaksanakan lebih tertib dan konfrehensif

mengingat perubahan-perubahan yang terus dilakukan untuk membenahi dan

memperbaiki sistem pemilihan umum di Indonesia.

Pemilu kedua ini menghasilkan pasangan calon Megawati Soekarno Putri

dan Prof.Dr.H. Hamza Haz sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI yang ke-4.

Setahun pasca pergantian Kepemimpinan Negara, Presiden Megawati Soekarno

Putri merancang Keppres mengenai pembentukan tim seleksi anggota KPU.

Fungsi dari tim seleksi yang dibuat adalah membantu Presiden untuk menetapkan

calon anggota KPU yang baru dan diajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat

untuk dilakukan pemilihan secara demokratis. Dalam melaksanakan tugasnya tim

seleksi anggota KPU bertanggung jawab kepada Presiden. Pembentukan tim

seleksi anggota KPU ini dibuat berdasarkan Keppres No 67 Tahun 2002 untuk

membentuk kepengurusan KPU dalam menghadapi Pemilihan umum di Tahun

2004 yang akan datang.18

Pembentukan tim seleksi anggota KPU bertujuan untuk mengangkat

kepengurusan KPU yang pertama pasca perbaikan struktur KPU yang dilakukan

Presiden Abdurrahman Wahid. Pada Pemilu 2004 menghasilkan pasangan calon

Susilo Bambang Yudhoyono dan H.M. Yussuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil

Presiden RI ke-5. Massa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

mempunyai keistimewaan tersendiri dipasca era reformasi demokrasi. Beliau

memenangkan 2 kali tahapan Pemilu Presiden mengalahkan saingan lainnya di

Pemilu 2004 dan 2009. Presiden SBY merombak pasangan wakil Presiden di

18http://portal.mahkamahkonstitusi.go.id/eLaw/mg58ufsc89hrsg/KEPPRES_67_2002_ok.pdf,

(38)

tahap ke dua masa jabatanya menjadi Prof.Dr.Buediono,M.Ec sebagai Wakil

Presiden Republik Indonesia. Pembentukan kepengurusan KPU yang kedua ini

dilakukan berdasarkan Keppres No 12 Tahun 2007 mengenai pembentukan tim

seleksi keanggotaan KPU.19

Tim seleksi calon anggota KPU yang terakhir (ketiga), dibentuk

berdasarkan Keppres Nomor 33 Tahun 2011 tentang Pembentukan Tim Seleksi

Calon Anggota KPU tanggal 2 December 2011 yang ditanda tangani oleh

Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono.20 Pembentukan tim seleksi ini dilakukan dalam rangka melaksanakan ketentuan Undang-Undang No.

15 tahun 2011 dan undang-undang sebelumnya pasca perbaikan tentang

Penyelenggaraan Pemilhan Umum. KPU yang ketiga ini mempunyai jumlah

sebanyak 7 orang anggota dan terdiri dari peneliti, birokrat, serta akademisi.

19

http://www.menpan.go.id/jdih/perundang-undangan/keputusan-presiden/file/941-keppres2007-no-012?start=220, diakses pada tanggal 15 September 2014.

20

http://www.kemendagri.go.id/media/documents/2012/05/10/k/e/keppres_no.07-2012.pdf,

(39)

2.2 KPU Provinsi Sumatera Utara

Terlaksananya Pemilu yang jujur dan adil tersebut merupakan faktor

penting bagi terpilihnya wakil rakyat yang lebih berkualitas, dan mampu

menyuarakan aspirasi rakyat. Adanya integritas moral sebagai pelaksana pemilu

adalah sangat penting, selain menjadi motor penggerak pelaksana juga membuat

KPU lebih kredibel di mata masyarakat karena didukung oleh personal yang jujur

dan adil. Peningkatan kualitas Pemilihan Umum seiring waktu diperbaiki dan

salah satunya adalah kualitas penyelenggara pemilu. Untuk itu atas usul insiatif

DPR-RI bersama pemerintah menyusun dan mensahkan undang-undang Nomor

15 Tahun 2011 mengenai penyelenggara pemilu yang merupakan bentuk

penyempurnaan struktur penyelenggaraan pemilu itu sendiri.

KPU Provinsi dibentuk berlandaskan dari ketentuan UU No 15 Tahun

2011 pasal 3 tentang wilayah kerja KPU, pasal 4 ayat 2 tentang kedudukan KPU

Provinsi serta pasal 6 tentang jumlah anggota KPU Provinsi dan tidak mengubah

pembagian tugas, fungsi, wewenang dan kewajiban anggota KPU dalam

merencanakan dan melaksanakan tahap-tahap, jadwal dan mekanisme Pemilu

DPR, DPD, DPRD, Pemilu Presiden/Wakil Presiden dan Pemilu Kepala Daerah

dan Wakil Kepala Daerah. Penyelenggara Pemilu (KPU) berpedoman kepada asas

mandiri; jujur; adil; kepastian hukum; tertib penyelenggara Pemilu; kepentingan

umum; dan keterbukaan. Beranjak dari keputusan Presiden No 16 Tahun 1999 dan

dengan diundangkannya undang-undang penyelenggara pemilu maka terbentuk

lah Komisi Pemilihan Umum Provinsi meliputi KPU Provinsi Sumatera Utara.21

21

(40)

2.2.1 Visi dan Misi KPU Provinsi Sumatera Utara

2.2.1.1 Visi

Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilihan

Umum yang memiliki integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel,

demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan

UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.22

2.2.1.2 Misi

a. Membangun lembaga penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki

kompetensi, kredibilitas dan kapabilitas dalam menyelenggarakan Pemilihan

Umum.

b. Menyelenggarakan Pemilihan Umum untuk memilih Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil, akuntabel, edukatif

dan beradab.

c. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pemilihan Umum yang bersih, efisien

dan efektif.

d. Melayani dan memperlakukan setiap peserta Pemilihan Umum secara adil dan

setara, serta menegakkan peraturan Pemilihan Umum secara konsisten sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam

Pemilihan Umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang

demokratis.

22

(41)

2.2.3. Struktur Organisasi

Berikut adalah strukutur organisasi berupa organigram KPU Sumatera

[image:41.595.66.567.200.529.2]

Utara dapat dilihat pada Gambar 2.2.3.23

Gambar 2.1. Struktur organisasi komisi pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara

( Sumber : KPU Provinsi Sumatera Utara, 2014 )

23

http://kpud-sumutprov.go.id/wp/?page_id=415, di akses pada tanggal 16 september 2014.

KETUA Mulia Banurea, S.Ag. M.Si

ANGGOTA KOMISIONER Dra. Evi Novida Ginting

Manik, M.SP

ANGGOTA KOMISIONER Nazir Salim Manik, S.Sos,

M.SP

ANGGOTA KOMISIONER Ir. Benget Manahan

Silitonga

ANGGOTA KOMISIONER Yulhsmi, S.S

KABAG PROGRAM DATA ORGANISASI & SDM Irwan Zuhdi Siregar, S.H

KABAG KEUANGAN & LOGISTIK Kartina Waty Harahap,

KABAG TEKNIS HUMAS & HUKUM

Maruli Pasaribu, SH

(42)

2.2.4. Tugas,Wewenang, dan Kewajiban KPU Provinsi Sumatera Utara

Dalam Pasal 9 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang

Penyelenggara Pemilihan Umum dijelaskan bahwa untuk melaksanakan

Pemilihan Umum, KPU Provinsi mempunyai tugas, wewenangan, serta kewajiban

sebagai berikut24:

Tugas dan wewenang KPU Provinsi dalam penyelenggaraan Pemilu Anggota

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah meliputi:

1. Menjabarkan program dan melaksanakan anggaran serta menetapkan jadwal

Pemilu di provinsi.

2. Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan Pemilu di provinsi

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan tahapan

penyelenggaraan Pemilu oleh KPU Kabupaten/Kota.

4. Menerima daftar pemilih dari KPU Kabupaten/Kota dan menyampaikannya

kepada KPU.

5. Memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan yang disiapkan

dan diserahkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan data Pemilu dan/atau

pemilihan gubernur, bupati, dan walikota terakhir dan menetapkannya sebagai

daftar pemilih;

6. Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara Pemilu

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi berdasarkan hasil

rekapitulasi di KPU Kabupaten/Kota dengan membuat berita acara

penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara.

7. Melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilu Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah di provinsi yang

bersangkutan dan mengumumkannya berdasarkan berita acara hasil

rekapitulasi penghitungan suara di KPU Kabupaten/Kota.

24

(43)

8. Membuat berita acara penghitungan suara serta membuat sertifikat

penghitungan suara dan wajib menyerahkannya kepada saksi peserta Pemilu,

Bawaslu Provinsi, dan KPU.

9. Menerbitkan keputusan KPU Provinsi untuk mengesahkan hasil Pemilu

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan mengumumkannya.

10. Mengumumkan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi

terpilih sesuai dengan alokasi jumlah kursi setiap daerah pemilihan di provinsi

yang bersangkutan dan membuat berita acaranya.

11. Menindaklanjuti dengan segera rekomendasi Bawaslu Provinsi atas temuan

dan laporan adanya dugaan pelanggaran Pemilu.

12. Mengenakan sanksi administratif dan/atau menonaktifkan sementara anggota

KPU Kabupaten/Kota, sekretaris KPU Provinsi, dan pegawai sekretariat KPU

Provinsi yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya

tahapan penyelenggaraan Pemilu berdasarkan rekomendasi Bawaslu Provinsi

dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan;

13. Menyelenggarakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan/atau yang

berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU Provinsi kepada masyarakat;

14. Melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan penyelenggaraan

Pemilu; dan

15. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh KPU dan/atau

yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tugas dan wewenang KPU Provinsi dalam penyelenggaraan Pemilu Presiden dan

Wakil Presiden meliputi:

1. Menjabarkan program dan melaksanakan anggaran serta menetapkan jadwal

di provinsi.

2. Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan di provinsi berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan tahapan

(44)

4. Memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan yang disiapkan

dan diserahkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan data Pemilu dan/atau

pemilihan gubernur, bupati, dan walikota terakhir dan menetapkannya sebagai

daftar pemilih.

5. Menerima daftar pemilih dari KPU Kabupaten/Kota dan menyampaikannya

kepada KPU.

6. Melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilu Presiden dan Wakil

Presiden di provinsi yang bersangkutan dan mengumumkannya berdasarkan

hasil rekapitulasi penghitungan suara di KPU Kabupaten/Kota dengan

membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan

suara.

7. Membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan

suara serta wajib menyerahkannya kepada saksi peserta Pemilu, Bawaslu

Provinsi, dan KPU.

8. Menindaklanjuti dengan segera rekomendasi Bawaslu Provinsi atas temuan

dan laporan adanya dugaan pelanggaran Pemilu.

9. Mengenakan sanksi administratif atau menonaktifkan sementara anggota KPU

Kabupaten/Kota, sekretaris KPU Provinsi, dan pegawai sekretariat KPU

Provinsi yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya

tahapan penyelenggaraan Pemilu berdasarkan rekomendasi Bawaslu Provinsi

dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan hal yang berkaitan

dengan tugas dan wewenang KPU Provinsi kepada masyarakat.

11. Melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan penyelenggaraan

Pemilu dan melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh KPU

(45)

Tugas dan wewenang KPU Provinsi dalam penyelenggaraan Pemilu Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah meliputi:

1. Merencanakan program, anggaran, dan jadwal Pemilu Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah Provinsi.

2. Menyusun dan menetapkan tata kerja KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota,

PPK, PPS, dan KPPS dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Provinsi dengan memperhatikan pedoman dari KPU.

3. Menyusun dan menetapkan pedoman yang bersifat teknis untuk tiap-tiap

tahapan penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Provinsi berdasarkan peraturan perundang-undangan.

4. Mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahapan

penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi

berdasarkan peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan pedoman

dari KPU.

5. Memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan dan

menetapkannya sebagai daftar pemilih.

6. Menerima daftar pemilih dari KPU Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan

Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi.

7. Menetapkan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah provinsi

yang telah memenuhi persyaratan.

8. Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara Pemilu

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi berdasarkan hasil

rekapitulasi penghitungan suara di KPU Kabupaten/Kota dalam wilayah

provinsi yang bersangkutan dengan membuat berita acara penghitungan suara

dan sertifikat hasil penghitungan suara.

9. Membuat berita acara penghitungan suara serta membuat sertifikat hasil

penghitungan suara danwajib menyerahkannya kepada saksi peserta Pemilu,

Panwaslu Provinsi, dan KPU.

10. Menetapkan dan mengumumkan hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil

(46)

11. Berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara Pemilu Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah Provinsi dari seluruh KPU Kabupaten/Kota dalam

wilayah provinsi yang bersangkutan dengan membuat berita acara

penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara.

12. Mengumumkan pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Provinsi terpilih dan membuat berita acaranya.

13. Melaporkan hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi

kepada KPU;

14. Memeriksa pengaduan dan laporan adanya pelanggaran kode etik yang

dilakukan oleh KPUKabupaten/Kota.

Kewajiban KPU Provinsi :

1. Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan Pemilu dengan tepat waktu.

2. Memperlakukan peserta Pemilu dan pasangan calon secara adil dan setara.

3. Menyampaikan semua informasi penyelenggaraan Pemilu kepada masyarakat.

4. Melaporkan pertanggung-jawaban penggunaan anggaran sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

5. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban semua kegiatan penyelenggaraan

Pemilu kepada KPU melalui KPU Provinsi.

6. Memelihara arsip dan dokumen Pemilu serta mengelola barang inventaris

KPU Provinsi berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(47)

BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

3.1 Tolak Ukur Kinerja KPU Sumatera Utara dalam Proses Verifikasi Calon Anggota Legislatif 2014

Kinerja adalah merupakan penilaian hasil kerja yang dicapai KPU Provinsi

Sumatera Utara saat melakukan verifikasi calon anggota DPRD pada Pemilu

legislatif 2014. Kinerja juga merupakan rangkaian program dari awal sampai

dengan akhir tahapan kerja yang dilakukan KPU Sumatera Utara dalam hal

melakukan verifikasi data. Pencapaian hasil dari kegiatan verifikasi yang

dilakukan adalah untuk mengetahui dan menilai kinerja KPU Provinsi Sumatera

Utara dalam melakukan verifikasi calon anggota DPRD pada Pemilu legislatif

2014. Penyelesaian untuk menilai kinerja tersebut tidak terlepas dari proses

rangkaian program kegiatan tugas yang dikerjakan oleh KPU Provinsi Sumatera

Utara itu sendiri. Rangkaian program kegiatan yang dikerjakan merupakan dasar

dari mekanisme organisasi yang mempunyai tugasnya tersendiri. Tugas dalam

artian organisasi merupakan suatu hal yang harus dikerjakan mengingat peran dan

fungsi dari suatu lembaga organisasi.

KPU dalam ruang lingkup suatu lembaga yang independen mempunyai

peranan dalam melakukan pengecekan data yang merupakan syarat dari

mekanisme pendaftaran calon anggota legislatif pada Pemilu 2014. Peranan

tersebut menjalankan fungsi dari kelembagaan dan bertujuan untuk mencapai hasil

dari sebuah kinerja. Hasil dari sebuah kinerja adalah sangat penting untuk

diketahui di dalam pelaksanaan suatu organisasi, karena dapat dijadikan sebagai

dasar acuan penentu keberhasilan tujuan yang akan dicapai. Pencapaian hasil

kinerja terangkai dalam indikator pendekatan guna mengukur pencapaian

kesuksesan hasil kerja yang dilakukan suatu lembaga atau organisasi. Adapun

indikator yang digunakan dalam penelitian kinerja KPU Provinsi Sumatera Utara

dalam melakukan verifikasi calon anggota DPRD pada Pemilu Legislatif 2014

terdiri dari profesionalitas, progresifitas, responsivitas, dan akuntabilitas. Untuk

Gambar

Gambar 1.1Alur Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1. Struktur organisasi komisi pemilihan Umum
Tabel 3.1 Tahapan Pelaksanaan Verifikasi
Tabel 3.1
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini untuk mencari kondisi yang efektif dan efisien pada jangka waktu tertentu reaksi antara gliserol dan sodium bikarbonat pada pembuatan

Di samping itu setiap industri formula bayi juga melakukan pengujian E sakazakii dan mikroba lain pada produk akhir sebelum diedarkan.Sedangkan untuk formula bayi

Pada Gambar 3 menunjukkan para atlet dan pelatih memberikan penghormatan tanda berakirnya suatu kegiatan di metland Jakarta timur. Hal tersebut dilakukan dalam upaya untuk

Kelima , skripsi dari Kurnia Fajrianti dengan judul “Analisis Semiotika Program Acara Provocative Proactive di Metro TV Episode Indonesia S.O.S (Save Our

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk kandang sapi dengan dosis 60 ton ha -1 (setara dengan 25,92 kg petak -1 ) memberikan hasil yang lebih

Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa secara konseptual yang yang dimaksud dengan Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Program Pendisiplinan Shalat Lima Waktu

IGLAS (Persero) Gresik, dengan pendekatan risk assessment (penilaian analisa resiko), dari hasil tersebut akan member gambaran mengenai tingkat implementasi program K3 dan

Bangunan Kraton Plered rusak karena adanya serangan Trunojoyo yang dibantu oleh Kraeng Galengsong karena merasa tidak puas atas sikap Amangkurat Agung yang telah