• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tidak ada interaksi pengaruh model GI, STAD dan konvensional dengan kreativitas terhadap prestasi belajar IPS

commit to user

D. Pembahasan Hasil Penelitian

3. Tidak ada interaksi pengaruh model GI, STAD dan konvensional dengan kreativitas terhadap prestasi belajar IPS

Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan, diperoleh nilai Fhitung = 0,536 < Ftabel = 3,12 dan nilai signifikansi probability sebesar 0,587 lebih besar dari 0,05 maka H0AB diterima. Dengan demikian, dikatakan bahwa tidak ada interaksi pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran (GI, STAD, konvensional) dan kreativitas untuk meningkatkan prestasi

commit to user

belajar IPS. Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran (GI, STAD, konvensional) dan kreativitas mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap prestasi belajar IPS.

Prestasi belajar IPS siswa SMP yang menggunakan model pembelajaran GI dengan kreativitas siswa kategori tinggi memiliki nilai mean (86,86) dan kreativitas siswa kategori rendah memiliki nilai mean (78,23), selanjutnya prestasi belajar IPS siswa yang menggunakan model pembelajaran STAD dengan kreativitas kategori tinggi memiliki nilai mean (86,40) dan kreativitas siswa kategori rendah memiliki nilai mean (76,30), sedangkan prestasi belajar IPS siswa SMP yang menggunakan model pembelajaran konvensional dengan kreativitas siswa kategori tinggi memiliki nilai mean (73,07) dan kreativitas siswa kategori rendah memiliki nilai mean (67,78).

Berdasarkan nilai mean prestasi belajar dari setiap model pembelajaran IPS di tingkat SMP dimana pembelajaran dengan model GI lebih tinggi nilai meannya dari model STAD, dan model STAD lebih tinggi dari konvensional. Berdasarkan nilai mean hasil prestasi belajar IPS siswa kelas VIII di tingkat SMP bahwa model pembelajaran GI dan STAD dengan kreativitas kategori tinggi dan kategori rendah yang mendapat perlakuan lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional baik model konvensional dengan siswa yang kreativitas kategori tinggi dan kategori rendah.

commit to user

Berdasarkan hasil uraian diatas, dapat diketahui bahwa tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar IPS di SMP. Tidak ada interaksi ini menunjukkan jika variabel bebas (model pembelajaran) dan variabel moderator (kreativitas) lebih membawa pengaruh sendiri-sendiri terhadap variabel terikat (prestasi belajar IPS). Jika model pembelajaran dan kreativitas berinteraksi, namun tidak mempunyai pengaruh yang signifikan pada hasil belajar IPS siswa di tingkat SMP, kondisi ini mengidentifikasikan variabel model pembelajaran dan variabel kreativitas memberi pengaruh sendiri-sendiri yang sama kuat.

Tidak adanya interaksi antara model pembelajaran dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII SMP dikarenakan model GI menurut Slavin (2005: 215) penekanannya ada pada interaksi, komunikasi dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih dituntut untuk berinteraksi dengan kelompoknya masing-masing, jadi ini membuat kreativitas siswa kurang punya ruang untuk dimunculkan dalam pembelajaran. Selain itu, GI sesuai untuk proyek-proyek studi yang terintegrasi yang berhubungan dengan penguasaan, analisis dan mensintesiskan informasi sehubungan dengan penyelesaian masalah yang bersifat multi-aspek, jadi bisa dikatakan hanya sampai pada kognitif ke lima, namun kurang dalam kognitif ke enam yang merupakan salah satu indikator dari kreativitas itu sendiri.

Menurut pendapat Tapung (2012:213) menyatakan bahwa anak bisa berkreasi dengan baik maka model pembelajaran yang konvensional dan

commit to user

menghafal harus dikurangi, karena kegiatan menghafal mengurangi kreativitas pada siswa. Pemilihan model pembelajaran STAD, diharapkan oleh siswa agar guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan banyak berbicara akan tetap dituntut untuk mampu membawa materi pembelajaran kedalam lingkungan kelas sehingga siswa terhindar dari verbalisme.

Tidak adanya interaksi ini dikarenakan realitas pembelajaran IPS di lapangan yang masih menggunakan pembelajaran konvensional dimana guru sudah terbiasa menggunakan ceramah sehingga berakibat pada diri siswa, diibaratkan siswa bagaikan botol kosong yang selalu siap untuk diisi air. Hal ini berdampak pada penerapan model GI dan STAD yang kurang maksimal di kelas karena siswa sudah cenderung terbiasa dengan ceramah sehingga siswa ketika diajak untuk belajar dengan menggunakan model GI dan STAD cenderung masih pasif. Seharusnya pada pembelajaran IPS siswa perlu dilatih untuk meningkatkan daya nalar serta daya analisisnya sehingga tidak sekedar mengembangkan kemampuan menghafal fakta, seperti yang sering dipersiapkan terhadap tujuan pelajaran IPS.

Pembelajaran yang sudah terbiasa menggunakan metode ceramah berdampak pada saat siswa disuruh untuk mengkontruk pengetahuan seperti yang dijelaskan model GI atau mengerjakan kuis seperti yang dijelaskan model STAD terlihat ada beberapa siswa yang kurang aktif. Selain itu, ketika siswa melaporkan hasil investigasi dan melaporkan hasil

commit to user

kuis kelompok siswa masih terlihat malu-malu dan kurang menjiwai ketika memaparkan hasil yang dihasilkan kelompoknya. Hal ini dikarenakan guru selalu mendominasi dalam kelas dan siswa hanya sebagai pendengar dan siswa jarang mengemukakan pendapat mereka, sehingga hasil yang diharapkan kurang maksimal. Namun, ada juga siswa yang bagus dalam melakukan investigasi dan mengerjakan kuis secara baik.

Keberhasilan dalam belajar mengajar untuk meningkatkan prestasi belajar itu dipengaruhi banyak faktor, tidak hanya model pembelajaran dan kreativitas, tetapi juga motivasi, budaya kelas, alat evaluasi, kemampuan guru, kemampuan dasar siswa, materi, sarana dan prasarana, serta lingkungan yang kesemuanya merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan yang bekerja secara terpadu demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

Hal-hal diatas jika dikaitkan dengan penelitian ini, sampel yang diteliti berasal dari siswa SMP kelas VIII dari kota kecil dimana sebagian siswa belum terbiasa dengan model GI dan STAD yang menuntut mereka untuk lebih aktif dari gurunya. Secara realita, dalam pembelajaran IPS lebih bersifat teacher center dimana guru lebih aktif dari pada siswa. Sehingga, keaktifan siswa SMP kelas VIII yang berada di kecamatan Bajawa dalam menerima pembelajaran dengan perlakuan dua model (GI dan STAD) belum maksimal. Namun hal tersebut bukan berarti kedua model tersebut tidak cocok untuk diterapkan pada sekolah-sekolah. Terbukti masih ada siswa yang kreatif, kritis dan memiliki minat yang baik terhadap

commit to user

pembelajaran IPS pada siswa-siswi kelas VIII SMP. Jika dikaitkan dengan filsafat konstruktivisme dimana pembelajaran merupakan proses, maka guru dalam proses pembelajaran ketika memilih model pembelajaran tidak menghilangkan kreativitas siswa khususnya siswa di tingkat SMP.