• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. eksperimen dua yang diberi perlakuan dengan menggunakan model STAD dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. eksperimen dua yang diberi perlakuan dengan menggunakan model STAD dan"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Nopember 2015 di SMP Negeri 2 Bajawa sebagai kelas ekperimen pertama yang diberi perlakuan dengan menggunakan model GI, di SMP Negeri 4 Bajawa sebagai kelas eksperimen dua yang diberi perlakuan dengan menggunakan model STAD dan SMP Negeri 6 Bajawa sebagai kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan menggunakan model konvensional. Oleh karena itu, pada bab IV akan dipaparkan tentang deskripsi data, rangkuman deskripsi data, hasil uji prasyarat yang terdiri dari uji keseimbangan, uji normalitas dan homogenitas, kemudian pengujian hipotesis, pembahasan hasil analisis data.

A. Deskripsi Data

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; 1) perbedaan pengaruh model GI, STAD dan konvensional terhadap prestasi belajar IPS pada siswa kelas VIII SMP se-kecamatan Bajawa Kabupaten Ngada; 2) perbedaan pengaruh prestasi belajar kreativitas tinggi dan prestasi belajar kreativitas rendah terhadap prestasi belajar IPS pada siswa kelas VIII SMP se-kecamatan Bajawa Kabupaten Ngada; 3) interaksi pengaruh model pembelajaran (GI, STAD dan konvensional) dan kreativitas terhadap prestasi belajar IPS pada siswa kelas VIII SMP se-kecamatan Bajawa Kabupaten Ngada.

(2)

commit to user

Penelitian ini mengambil populasi seluruh siswa SMP se-kecamatan Bajawa Kabupaten Ngada. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bajawa sejumlah 27 siswa sebagai kelas ekperimen, siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Bajawa sejumlah 28 siswa sebagai kelas eksperimen, dan siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Bajawa sejumlah 28 siswa sebagai kelas kontrol. Sedangkan kelas uji coba instrument dilakukan di SMP Negeri 1 Bajawa.

1. Deskripsi Data Prestasi Belajar IPS Model GI (A1)

Dari data penelitian dapat diketahui jumlah responden (N)= 27 siswa, nilai tertinggi = 97, nilai terendah = 67, secara keseluruhan memiliki range = 30, skor rata-rata (Mean) = 82,70, modus = 83, median = 83, varians = 52,140 dan simpangan baku (standar deviasi) = 7,221 (nilai statistik ini perhitungannya dilakukan dengan menggunakan program SPSS version 16 terlampir pada lampiran 25).

Tabel 14. Deskripsi data Prestasi belajar IPS dengan model GI Frequen cy Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 67 1 3.7 3.7 3.7 70 2 7.4 7.4 11.1 73 1 3.7 3.7 14.8 77 2 7.4 7.4 22.2 80 4 14.8 14.8 37.0 83 7 25.9 25.9 63.0 87 4 14.8 14.8 77.8 90 4 14.8 14.8 92.6

(3)

commit to user

Berdasarkan dari frekuensi data prestasi belajar model GI diatas, dapat digambarkan dalam histogram frekuensi skor sebagai berikut.

Gambar 2. Histogram Prestasi belajar Model GI

2. Deskripsi Data Prestasi Belajar IPS Model STAD (A2)

Dari data penelitian dapat diketahui jumlah responden (N)= 28 siswa, nilai tertinggi = 93, nilai terendah = 53, secara keseluruhan memiliki range = 40, skor rata-rata (Mean) = 81,71 , modus = 80, median = 83, varians = 93,249 dan simpangan baku (standar deviasi) = 9,657 (nilai statistik ini perhitungannya dilakukan dengan menggunakan program SPSS version 16 terlampir pada lampiran 25).

93 1 3.7 3.7 96.3

97 1 3.7 3.7 100.0

(4)

commit to user

Berdasarkan dari frekuensi data prestasi belajar model STAD diatas, dapat digambarkan dalam histogram frekuensi skor sebagai berikut.

Gambar 3. Histogram Prestasi belajar Model STAD

Tabel 15. Deskripsi data Prestasi belajar IPS dengan model STAD

Frequen cy Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 53 1 3.6 3.6 3.6 63 1 3.6 3.6 7.1 70 1 3.6 3.6 10.7 73 3 10.7 10.7 21.4 77 2 7.1 7.1 28.6 80 5 17.9 17.9 46.4 83 3 10.7 10.7 57.1 87 5 17.9 17.9 75.0 90 2 7.1 7.1 82.1 93 5 17.9 17.9 100.0 Total 28 100.0 100.0

(5)

commit to user

3. Deskripsi Data Prestasi Belajar IPS Konvensional (A3)

Dari data penelitian dapat diketahui jumlah responden (N)= 28 siswa, nilai tertinggi = 90, nilai terendah = 40, secara keseluruhan memiliki range = 50, skor rata-rata (Mean) = 70,43 , modus = 60, median = 71,5, varians = 134,106 dan simpangan baku (standar deviasi) = 11,58 (nilai statistik ini perhitungannya dilakukan dengan menggunakan program SPSS version 16 terlampir pada lampiran 25).

Tabel 16. Deskripsi data Prestasi belajar IPS dengan model Konvensional

Frequen cy Percen t Valid Percent Cumulativ e Percent Valid 40 1 3.6 3.6 3.6 43 1 3.6 3.6 7.1 60 4 14.3 14.3 21.4 63 2 7.1 7.1 28.6 67 2 7.1 7.1 35.7 70 4 14.3 14.3 50.0 73 3 10.7 10.7 60.7 77 3 10.7 10.7 71.4 80 4 14.3 14.3 85.7 83 3 10.7 10.7 96.4 90 1 3.6 3.6 100.0 Total 28 100.0 100.0

Berdasarkan dari frekuensi data prestasi belajar model Konvensional diatas, dapat digambarkan dalam histogram frekuensi skor sebagai berikut.

(6)

commit to user

Gambar 4. Histogram Prestasi belajar Model Konvensional

4. Data Prestasi Belajar IPS Dengan Kreativitas Tinggi (B1)

Data penelitian diperoleh dari keseluruhan prestasi belajar IPS yang dikategorikan sesuai dengan angket kreativitas tinggi. Dari data penelitian ini diketahui jumlah responden sejumlah 43 siswa yang terdiri dari 14 siswa dari kelas GI, 15 siswa dari kelas STAD dan 14 siswa kelas konvensional. Nilai tertinggi = 97, nilai terendah = 43, memiliki rentangan (range) = 54, skor rata-rata (mean) = 82,20, modus sebesar 83, median sebesar 83, standar deviasi (simpangan baku) sebesar 1,0412 dan variance sebesar 108,408 (nilai statistik ini perhitungannya dilakukan dengan menggunakan program SPSS version 16 terlampir pada lampiran 25).

(7)

commit to user

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar IPS dengan siswa yang Kreativitas tinggi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 43 1 2.3 2.3 2.3 60 2 4.7 4.7 7.0 70 2 4.7 4.7 11.6 73 2 4.7 4.7 16.3 77 4 9.3 9.3 25.6 80 6 14.0 14.0 39.5 83 7 16.3 16.3 55.8 87 6 14.0 14.0 69.8 90 6 14.0 14.0 83.7 93 6 14.0 14.0 97.7 97 1 2.3 2.3 100.0 Total 43 100.0 100.0

Berdasarkan dari tabel frekuensi data prestasi belajar bagi siswa dengan kreativitas tinggi diatas, dapat digambarkan dalam histogram frekuensi skor sebagai berikut.

(8)

commit to user

Gambar 5. Histogram Prestasi belajar dengan kreativitas tinggi

5. Data Prestasi Belajar IPS Dengan Kreativitas Rendah (B2)

Data penelitian diperoleh dari keseluruhan prestasi belajar IPS yang dikategorikan sesuai dengan angket kreativitas rendah. Dari data penelitian ini diketahui jumlah responden sejumlah 40 siswa yang terdiri dari 13 siswa dari kelas GI, 13 siswa dari kelas STAD dan 14 siswa kelas konvensional. Nilai tertinggi = 90, nilai terendah = 40, memiliki rentangan (range) = 50, skor rata-rata (mean) = 73,95, modus sebesar 80, median sebesar 75, standar deviasi (simpangan baku) sebesar 10.268 dan variance sebesar 105,433 (nilai statistik ini perhitungannya dilakukan dengan menggunakan program SPSS version 16 terlampir pada lampiran 25).

(9)

commit to user

Tabel 18. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar IPS dengan siswa yang Kreativitas Rendah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 40 1 2.5 2.5 2.5 53 1 2.5 2.5 5.0 60 2 5.0 5.0 10.0 63 3 7.5 7.5 17.5 67 3 7.5 7.5 25.0 70 5 12.5 12.5 37.5 73 5 12.5 12.5 50.0 77 3 7.5 7.5 57.5 80 7 17.5 17.5 75.0 83 6 15.0 15.0 90.0 87 3 7.5 7.5 97.5 90 1 2.5 2.5 100.0 Total 40 100.0 100.0

Berdasarkan dari tabel frekuensi data prestasi belajar bagi siswa dengan kreativitas rendah diatas, dapat digambarkan dalam histogram frekuensi skor sebagai berikut.

(10)

commit to user

Gambar 6. Histogram Prestasi belajar dengan kreativitas rendah

6. Deskripsi Data Kreativitas Siswa Tinggi Dengan Model GI (A1B1)

Dari data penelitian dapat diketahui jumlah responden sebanyak 14 siswa. Nilai tertinggi = 97, nilai terendah = 80, memiliki rentangan (range) = 17, skor rata-rata (mean) = 86,86, modus sebesar 83, median sebesar 87, standar deviasi (simpangan baku) sebesar 4,737 dan variance sebesar 22,440 (nilai statistik ini perhitungannya dilakukan dengan menggunakan program SPSS version 16 terlampir pada lampiran 25).

(11)

commit to user

Tabel 19. Distribusi Frekuensi Kreativitas tinggi dengan model GI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 80 1 7.1 7.1 7.1 83 5 35.7 35.7 42.9 87 3 21.4 21.4 64.3 90 3 21.4 21.4 85.7 93 1 7.1 7.1 92.9 97 1 7.1 7.1 100.0 Total 14 100.0 100.0

Berdasarkan dari tabel frekuensi data prestasi belajar bagi siswa dengan kreativitas tinggi di atas, dapat divisualisasikan dalam gambar histogram frekuensi skor sebagai berikut.

(12)

commit to user

7. Deskripsi Data Kreativitas Siswa Rendah Dengan Model GI (A1B2) Dari data penelitian dapat diketahui jumlah responden sebanyak 13

siswa. Nilai tertinggi = 90, nilai terendah = 67, memiliki rentangan (range) = 23, skor rata-rata (mean) = 78,23, modus sebesar 80, median sebesar 80, standar deviasi (simpangan baku) sebesar 6,84536 dan variance sebesar 46,859 (nilai statistik ini perhitungannya dilakukan dengan menggunakan program SPSS version 16 terlampir pada lampiran 25).

Tabel 20. Distribusi Frekuensi Kreativitas Rendah dengan model GI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 67 1 7.7 7.7 7.7 70 2 15.4 15.4 23.1 73 1 7.7 7.7 30.8 77 2 15.4 15.4 46.2 80 3 23.1 23.1 69.2 83 2 15.4 15.4 84.6 87 1 7.7 7.7 92.3 90 1 7.7 7.7 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan dari tabel frekuensi data prestasi belajar bagi siswa dengan kreativitas tinggi di atas, dapat divisualisasikan dalam gambar histogram frekuensi skor sebagai berikut.

(13)

commit to user

Gambar 8. Histogram kreativitas rendah dengan Model GI

8. Deskripsi Data Kreativitas Siswa Tinggi Dengan Model STAD (A2B1)

Dari data penelitian dapat diketahui jumlah responden sebanyak 15 siswa. Nilai tertinggi = 93, nilai terendah = 73, memiliki rentangan (range) = 20, skor rata-rata (mean) = 86,40, modus sebesar 93, median sebesar 87, standar deviasi (simpangan baku) sebesar 6,73795 dan variance sebesar 45,400 (nilai statistik ini perhitungannya dilakukan dengan menggunakan program SPSS version 16 terlampir pada lampiran 25).

(14)

commit to user

Tabel 21. Distribusi Frekuensi Kreativitas Tinggi dengan Model STAD

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 73 1 6.7 6.7 6.7 77 1 6.7 6.7 13.3 80 3 20.0 20.0 33.3 87 3 20.0 20.0 53.3 90 2 13.3 13.3 66.7 93 5 33.3 33.3 100.0 Total 15 100.0 100.0

Berdasarkan dari tabel frekuensi data prestasi belajar bagi siswa dengan kreativitas tinggi di atas, dapat divisualisasikan dalam gambar histogram frekuensi skor sebagai berikut.

(15)

commit to user

9. Deskripsi Data Kreativitas Siswa Rendah Dengan Model STAD (A2B2)

Dari data penelitian dapat diketahui jumlah responden sebanyak 13 siswa. Nilai tertinggi = 87, nilai terendah = 53, memiliki rentangan (range) = 34, skor rata-rata (mean) = 76,30, modus sebesar 83, median sebesar 80, standar deviasi (simpangan baku) sebesar 9,88589 dan variance sebesar 97,731 (nilai statistik ini perhitungannya dilakukan dengan menggunakan program SPSS version 16 terlampir pada lampiran 25).

Tabel 22. Distribusi Frekuensi Kreativitas Rendah dengan Model STAD

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 53 1 7.7 7.7 7.7 63 1 7.7 7.7 15.4 70 1 7.7 7.7 23.1 73 2 15.4 15.4 38.5 77 1 7.7 7.7 46.2 80 2 15.4 15.4 61.5 83 3 23.1 23.1 84.6 87 2 15.4 15.4 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan dari tabel frekuensi data prestasi belajar bagi siswa dengan kreativitas rendah di atas, dapat divisualisasikan dalam gambar histogram frekuensi skor sebagai berikut.

(16)

commit to user

Gambar 10. Histogram kreativitas rendah dengan Model STAD

10. Deskripsi Data Kreativitas Siswa Tinggi Dengan Model Konvensional (A3B1)

Dari data penelitian dapat diketahui jumlah responden sebanyak 14 siswa. Nilai tertinggi = 90, nilai terendah = 43, memiliki rentangan (range) = 47, skor rata-rata (mean) = 73,07, modus sebesar 77, median sebesar 77, standar deviasi (simpangan baku) sebesar I,2060 dan variance sebesar 145,456 (nilai statistik ini perhitungannya dilakukan dengan menggunakan program SPSS version 16 terlampir pada lampiran 25)

(17)

commit to user

Berdasarkan dari tabel frekuensi data prestasi belajar bagi siswa dengan kreativitas tinggi di atas, dapat divisualisasikan dalam gambar histogram frekuensi skor sebagai berikut.

Gambar 11. Histogram kreativitas tinggi dengan Model Konvensional.

Tabel 23. Distribusi Frekuensi Kreativitas Tinggi dengan Model Konvensional Frequenc y Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 43 1 7.1 7.1 7.1 60 2 14.3 14.3 21.4 70 2 14.3 14.3 35.7 73 1 7.1 7.1 42.9 77 3 21.4 21.4 64.3 80 2 14.3 14.3 78.6 83 2 14.3 14.3 92.9 90 1 7.1 7.1 100.0 Total 14 100.0 100.0

(18)

commit to user

11. Deskripsi Data Kreativitas Siswa Rendah Dengan Model Konvensional (A3B2)

Dari data penelitian dapat diketahui jumlah responden sebanyak 14 siswa. Nilai tertinggi = 83, nilai terendah = 40, memiliki rentangan (range) = 43, skor rata-rata (mean) = 67,78 modus sebesar 60, median sebesar 68,5, standar deviasi (simpangan baku) sebesar 1,0864 dan variance sebesar 118,027 (nilai statistik ini perhitungannya dilakukan dengan menggunakan program SPSS version 16 terlampir pada lampiran 25).

Tabel 24. Distribusi Frekuensi Kreativitas Rendah dengan model Konvensional

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 40 1 7.1 7.1 7.1 60 2 14.3 14.3 21.4 63 2 14.3 14.3 35.7 67 2 14.3 14.3 50.0 70 2 14.3 14.3 64.3 73 2 14.3 14.3 78.6 80 2 14.3 14.3 92.9 83 1 7.1 7.1 100.0 Total 14 100.0 100.0

Berdasarkan dari tabel frekuensi data prestasi belajar bagi siswa dengan kreativitas rendah di atas, dapat divisualisasikan dalam gambar histogram frekuensi skor sebagai berikut.

(19)

commit to user

Gambar 12. Histogram kreativitas rendah dengan Model Konvensional

12. Rangkuman Data

Sesuai dengan rancangan penelitian ini, rangkuman data yang digunakan adalah nilai mean dari setiap kelompok data seperti yang tertera pada tabel berikut.

Tabel 25. Rangkuman Data

Kreativitas (B)

Model Pembelajaran (A) Total

GI (A1) STAD (A2) Konvensional (A3) Tinggi (B1) N = 14 = 86,86 N = 15 = 86,40 N = 14 = 73,07 N = 43 = 82,20 Rendah (B2) N = 13 = 78,23 N = 13 = 76,30 N = 14 = 67,78 N = 40 = 73,95

(20)

commit to user

Data dari tes prestasi belajar IPS dan kreativitas diatas dapat disimpulkan sebagai berikut.

a. Mean dari penerapan model GI dengan kreativitas tinggi hasilnya lebih baik dari dibandingkan dengan model GI dengan kreativitas rendah (86,86 > 78,23).

b. Mean dari model GI dengan kreativitas tinggi hasilnya lebih baik dibandingkan dengan model STAD dengan kreativitas tinggi (86,86 > 86,40).

c. Mean dari model GI dengan kreativitas rendah tidak lebih baik dari model STAD dengan kreativitas tinggi (78,23 < 86,40).

d. Mean dari model GI dengan kreativitas tinggi lebih baik dari model STAD dengan kreativitas rendah (86,86 > 76,30).

e. Mean dari model GI dengan kreativitas rendah lebih baik dibandingkan dengan model STAD dengan kreativitas rendah (78,23 > 76,30). f. Mean dari model STAD dengan kreativitas tinggi lebih baik dari

model STAD dengan kreativitas rendah (86,40 > 76,30).

g. Mean dari model STAD dengan kreativitas tinggi lebih baik dari model konvensional dengan kreativitas tinggi (86,40 > 73,07).

h. Mean dari model STAD dengan kreativitas rendah lebih baik dari model konvensional dengan kreativitas tinggi (76,30 > 73,07).

i. Mean dari model STAD dengan kreativitas tinggi lebih baik dari model konvensional dengan kreativitas rendah (86,40 > 67,78).

(21)

commit to user

j. Mean dari model STAD dengan kreativitas rendah lebih baik dari model konvensional dengan kreativitas rendah (76,30 > 67,78).

k. Mean dari model Konvensional dengan kreativitas tinggi lebih baik dari model konvensional dengan kreativitas rendah (73,07 > 67,78).

B. Pengujian Prasyarat Analisis

Uji prasarat analisis merupakan pengujian terhadap sampel sebagai persyaratan untuk keperluan analisis data, sehingga kebenaran dapat dipertanggungjawabkan. Sebelum melaksanakan analisis teknik anava dua jalan, data yang akan dianalisis harus diuji kesetaraan dan harus memenuhi persyaratan normalitas data dan data dari populasi yang homogen.

1. Uji Kesetaraan

Data yang digunakan untuk uji kesetaraan adalah nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) kelas VIII semester I mata pelajaran IPS disajikan dalam lampiran. Uji kesetaraan dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang setara. Uji kesetaraan dilakukan terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dimana kelas eksperimen digunakan model GI dan STAD dan kelas kontrol digunakan model konvensional.

Uji kesetaraan dalam penelitian ini adalah uji independence sample test. Didapat nilai signifikansi 0,917 lebih besar dari 0,05 maka H0

diterima. Disimpulkan bahwa populasi kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kontrol mempunyai kemampuan awal yang sama atau dalam keadaan seimbang.

(22)

commit to user

2. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya seberan data yang dianalisis. Untuk uji normalitas dalam penelitian ini, menggunakan teknik liliefors dengan taraf signifikansi 5%. Data dikatakan normal apabila Lhitung < Ltabel atau probabilitas lebih besar dari 0,05. Dari

perhitungan diperoleh hasil uji normalitas sebagai berikut:

Tabel 26. Hasil Analisis Uji Normalitas

Model Pembelajaran

Lhitung Df Ltabel Kesimpulan

GI STAD Konvensional 0,146 0,144 0,128 27 28 28 0,170 0,167 0,167 Normal Normal Normal

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebaran data prestasi belajar masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dianalisis adalah normal, karena Lhitung < Ltabel. Hasil uji selengkapnya disajikan pada

lampiran 16. 3. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas varians dalam penelitian ini menggunakan SPSS. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian populasi data adalah sama atau tidak. Jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua kelompok data atau lebih adalah sama atau homogen. Untuk menguji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan rumus , output hasil pengujian homogenitas dapat dilihat pada lampiran 17. Dari output diketahui bahwa nilai signifikansi (sig) sebesar 0,146. Karena nilai signifikan lebih dari

(23)

commit to user

0,05 maka disimpulkan bahwa prestasi belajar, model pembelajaran dan kreativitas berasal dari variansi yang homogen.

C. Uji Hipotesis 1. Analisis Variansi

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang dirumuskan dapat teruji kebenarannya atau tidak. Maka untuk menjawab hipotesis tersebut digunakan teknik ANAVA dua jalan. Untuk pengujian hasil analisa data yang diperoleh dari perhitungan yang digunakan dengan hasil analisa variansi two way. Berikut disajikan tabel rangkuman hasil Anava dua jalan sebagai berikut.

Tabel 27. Rangkuman Hasil ANAVA

Sumber Variansi

JK Dk RK Fhitumg Ftabel Sign Keputusan

Uji A (baris) 2475,019 2 1237,509 15,653 3,12 0,000 H0A ditolak B (kolom) 1325,237 1 1325,237 16,762 3,97 0,000 H0B ditolak A*B (interaksi) 84,702 2 42,351 0,536 3,12 0,587 H0AB diterima G (galat) 6087,677 77 79,061 Total 518018 83 Keterangan:

A = Model pembelajaran GI, STAD dan Konvensional B = Kreativitas

A*B = Interaksi antara model pembelajaran dengan kreativitas Berdasarkan tabel 27 diatas terlihat bahwa:

a. Hasil uji hipotesis pertama diperoleh harga FA = 15,653 sedangkan harga

Ftabel dengan Dk (2:77) untuk taraf signifikan 5% adalah 3,12. Karena

(24)

commit to user

pembelajaran GI, STAD dan konvensional terhadap prestasi belajar IPS. Uji hipotesis pertama dilihat dari harga signifikansi (Sig) sebesar 0,000

pembelajaran GI, STAD dan konvensional terhadap prestasi belajar IPS. b. Hasil uji hipotesis kedua diperoleh harga FB = 16,762 sedangkan harga

Ftabel dengan Dk (1:77) untuk taraf signifikan 5% adalah 3,97. Karena

harga FB > Ftabel, maka H0B ditolak atau ada perbedaan pengaruh antara

kreativitas pada kategori tinggi dan kategori rendah terhadap prestasi belajar IPS. Uji hipotesis kedua dilihat dari harga signifikansi (Sig) sebesar

kreativitas pada kategori tinggi dan kategori rendah terhadap prestasi belajar IPS.

c. Hasil uji hipotesis ketiga diperoleh harga FAB = 0,536 sedangkan harga

Ftabel dengan Dk (2:77) untuk taraf signifikan 5% adalah 3,12. Karena

harga FAB < Ftabel, maka H0AB diterima atau tidak terdapat pengaruh

interaksi antara model pembelajaran (GI, STAD dan konvensional) dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar IPS. Uji hipotesis ketiga dilihat

tidak terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran (GI, STAD dan konvensional) dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar IPS. Berdasarkan hasil uji anava, uji hipotesis pertama dan kedua terdapat perbedaan antar baris dan antar kolom, maka untuk mengetahui manakah diantara rerata yang lebih tinggi perlu dilakukan uji lanjut dengan uji

(25)

commit to user

Scheffe. Sedangkan hasil uji hipotesis ketiga tidak terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran (GI, STAD dan konvensional) dan kreativitas terhadap prestasi belajar IPS, maka tidak dilakukan uji lanjut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran (GI, STAD dan konvensional) dan kreativitas memiliki pengaruh sendiri-sendiri terhadap prestasi belajar. Karena tidak adanya interaksi dari kedua variabel tersebut diatas, maka tidak perlu dilakukan uji lanjut pasca Anova atau uji Scheffe (Budiyono, 2009: 221).

2. Uji Lanjut Pasca Anava

Uji lanjut pasca analisis variansi (komparasi ganda) bertujuan untuk melakukan pelacakan terhadap perbedaan rataan dari setiap baris, kolom dan antar sel. Berdasarkan hasil uji hipotesis diperoleh H0A dan H0B, ditolak, maka perlu

dilakukan uji komparasi ganda antar baris dan kolom. Adapun rataan masing-masing sel sebagai berikut:

Tabel 28. Rataan masing-masing sel dari data uji hipotesis

Model Pembelajaran (A) Kreativitas (B) Rataan Marginal Tinggi (B1) Rendah (B2) GI (A1) 86,86 81,35 82,54 STAD (A2) 86,40 70,42 81,35 Konvesional 73,07 67,78 70,42 Rataan Marginal 82,11 74,10

Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan anava, maka dapat diuraikan dengan langkah-langkah uji komparasi ganda sebagai berikut:

(26)

commit to user

a. Untuk hipotesis antar baris (model pembelajaran)

Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan sel tak sama diperoleh keputusan bahwa H0A ditolak, maka perlu dilakukan komparasi

pasca anava. Rangkuman uji komparasi ganda dengan metode Scheffe disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 29. Rangkuman Komparasi Ganda Antar Model

H0 Fobs Ftabel =(2) F0,05(2,77) Keputusan

µ1 - µ2 0,2461 2x3,12=6,24 H0 diterima

µ2 - µ3 21,149 2x3,12=6,24 H0 ditolak

µ1 - µ3 25,532 2x3,12=6,24 H0 ditolak

Keterangan:

µ1 = rerata prestasi belajar IPS untuk model GI µ2 = rerata prestasi belajar IPS untuk model STAD µ3 = rerata prestasi belajar IPS untuk model konvensional

Melihat hasil uji komparasi rataan antar model pembelajaran diatas, dimana tidak semua menolak hipotesis nol. Ini berarti, ada model pembelajaran yang memberikan pengaruh sama terhadap prestasi belajar IPS. Selanjutnya dari tabel diatas dapat dijelasakan lebih rinci sebagai berikut:

1. µ1 = µ2 (H0 diterima). Ini berarti tidak ada perbedaan antara model

pembelajaran GI dan STAD terhadap presasi belajar. Dilihat dari tabel rerata marginal dapat disimpulkan bahwa siswa yang diberikan perlakukan model pembelajaran GI memberikan prestasi belajar IPS yang sama baiknya dengan siswa yang diberikan model

(27)

commit to user

pembelajaran STAD. Atau dengan kata lain, model GI dan STAD memberikan pengaruh positif terhadap prestasi belajar IPS. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya F1-2 < Ftabel = 0,2461 < 6,24.

2. 0 ditolak). Ini berarti ada perbedaan antara model

pembelajaran STAD dan konvensional terhadap prestasi belajar. Dilihat dari tabel rerata marginal dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran STAD mempunyai prestasi belajar IPS lebih baik jika dibandingkan dengan model konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya F2-3 > Ftabel = 21,149 > 6,24.

3. 0 ditolak). Ini berarti ada perbedaan antara model

pembelajaran GI dan konvensional terhadap prestasi belajar. Dilihat dari tabel rerata marginal dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran GI mempunyai prestasi belajar IPS lebih baik jika dibandingkan dengan model konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya F1-3 > Ftabel = 25,532 > 6,24.

b. Untuk hipotesis antar kolom (kreativitas)

Dari rangkuman uji hipotesis ditunjukkan bahwa H0B ditolak, karena

variabel kreativitas hanya memiliki dua kategori yaitu kreativitas tinggi dan kreativitas rendah maka antar kolom tidak perlu dilakukan uji komparasi pasca anava. Dilihat dari rataan marginalnya, sudah menunjukkan bahwa rataan siswa dengan kreativitas kategori tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kreativitas dengan

(28)

commit to user

kategori rendah dimana rataan siswa dengan kreativitas tinggi sebesar 82,11 > 74,10 rataan siswa dengan kreativitas rendah.

c. Uji komparasi ganda antar sel (model pembelajaran dan kreativitas) Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan sel tak sama diperoleh keputusan bahwa H0AB diterima, hal ini dapat diartikan bahwa

tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran (GI, STAD, Konvensional) dan kreativitas terhadap prestasi belajar IPS. Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran (GI, STAD, Konvensional) dengan kreativitas mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap prestasi belajar.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengujian prasyarat analisis yang terdiri dari uji keseimbangan, uji normalitas dan uji homogenitas diperoleh bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol seimbang, berdistribusi normal dan sampel-sampel berasal dari populasi homogen. Dengan demikian pengujian hipotesis secara statistik dapat dipertanggung jawabkan.

Secara rinci pembahasan hasil penelitian dan pengujian hipotesis dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Perbedaan pengaruh antara penggunaan model GI, STAD dan

Konvensional terhadap prestasi belajar IPS

Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan, diperoleh nilai Fhitung =

15,653 > Ftabel = 3,12 dan nilai signifikansi probability sebesar 0,000 lebih

(29)

commit to user

bahwa ada perbedaan pengaruh antara penggunaan model GI, STAD dan Konvensional terhadap prestasi belajar IPS. Dilihat dari nilai mean marginal masing-masing model pembelajaran diperoleh bahwa prestasi belajar IPS siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 dengan model pembelajaran GI adalah 82,54 dan siswa kelas VIII di SMP Negeri 4 dengan model pembelajaran STAD memperoleh prestasi belajar IPS adalah 81,35 sedangkan siswa kelas VIII SMP Negeri 6 dengan model pembelajaran konvensional memperoleh prestasi belajar IPS adalah 70,42. Hal ini menggambarkan bahwa prestasi belajar IPS pada siswa kelas VIII SMP dengan menggunakan model GI lebih tinggi dari prestasi belajar siswa kelas VIII SMP dengan menggunakan model STAD dan model STAD prestasi belajarnya lebih tinggi dari siswa kelas VIII SMP yang menggunakan model konvensional.

Prestasi belajar adalah puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan belajar yang telah ditetapkan (Femi Olivia, 2011:73). Hasil belajar siswa dapat meliputi aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (sikap) dan aspek psikomotorik (tingkah laku). Untuk melihat tingkat pencapaian hasil belajar adalah dengan melakukan tes prestasi belajar. Tes prestasi belajar dalam bentuk soal pilihan ganda, dengan skor benar satu dan salah nol. Dari hasil tes prestasi belajar dalam pembelajaran IPS di tingkat SMP dapat mengukur tingkat pendidikan sekolah.

(30)

commit to user

Model pembelajaran GI memperoleh prestasi belajar lebih tinggi dari model STAD, disebabkan karena model GI dalam pembelajaran IPS banyak melibatkan siswa SMP mulai dari perencanaan dalam menentukan topik sampai melakukan investigasi dengan mencari informasi baik dari berbagai sumber di dalam maupun di luar kelas. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Slavin (2005:216) bahwa dalam metode GI menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang lebih baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Dalam proses belajar mengajar dengan model GI menuntut siswa untuk berpartisipasi sehingga suasana pembelajaran IPS dalam kelas menjadi menyenangkan. Dengan suasana kelas yang menyenangkan siswa tidak akan merasa bosan dan siswa mudah dalam menyerap pelajaran. Sedangkan model STAD sebelum siswa dibentuk dalam kelompok untuk belajar, terlebih dahulu guru menyampaikan materi, setelah itu barulah siswa belajar dalam kelompok dengan bantuan lembar kerja diskusi kelompok yang disiapkan oleh guru. Sehingga keterlibatan siswa dalam pembelajaran model STAD lebih kurang dibandingkan dengan model GI. Hal ini sejalan dengan penelitian Sri Andayani. (2013) yang menyatakan bahwa model GI memiliki prestasi belajar lebih baik dari model STAD.

Model STAD memiliki prestasi belajar lebih tinggi dari model konvensional disebabkan karena model STAD dapat menempatkan siswa secara heterogen, siswa melakukan diskusi kelompok, setelah melakukan diskusi kelompok siswa mengerjakan kuis secara individual sesuai materi

(31)

commit to user

yang diajarkan, dalam mengerjakan kuis siswa tidak dapat saling membantu kemudian poin setiap individu dijumlahkan dengan skor tim dan tim yang mencapai kriteria tertentu diberikan penghargaan sehingga dapat memotivasi siswa dan suasana kelas menyenangkan. Sedangkan, model konvensional lebih bersifat ceramah dimana siswa hanya mendengarkan guru dan terkesan guru lebih aktif dari siswa. Hal ini yang menyebabkan siswa merasa bosan dan ketika siswa sudah merasa bosan, materi yang didapatkan tidak akan tersimpan secara baik dalam memori siswa. Ini yang menyebabkan prestasi belajar siswa dengan model konvensional menjadi rendah. Berbanding terbalik dengan model STAD dimana siswa lebih aktif dari guru. Hal ini sejalan dengan penelitian Yesualdus Hendrasmin (2014) yang menyatakan bahwa model pembelajaran STAD lebih baik dalam meningkatkan prestasi belajar.

Pembelajaran yang bersifat konvensional, lebih menekankan pada pemahaman yang bersifat teoritis yang harus dikurangi. Penerapan model pembelajaran yang demikian akan menyebabkan materi pelajaran yang diterima oleh siswa akan menjauh dari lingkungan social dimana siswa berada. Oleh sebab itu, pembelajaran yang dilakukan adalah model pembelajaran yang dapat memberikan pembekalan pada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapi. Model pembelajaran kooperatif lebih cocok diberikan pada siswa SMP yang pemikirannya masih abstrak sehingga dapat mengkontruk pola pikir siswa pada tingkatan Sekolah Menengah Pertama agar mampu memecahkan masalah yang diberikan

(32)

commit to user

oleh guru dengan hasil pemikiran siswa dan kerja tim antar siswa guna meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPS.

Hipotesis pertama H0A ditolak maka perlu dilakukan uji komparasi

ganda, hal ini dikarenakan terdapat tiga model pembelajaran yakni GI, STAD dan konvensional. Berdasarkan hasil uji komparasi ganda antar baris (model pembelajaran) disimpulkan bahwa pengaruh model GI dan STAD terhadap prestasi belajar IPS membawa pengaruh positif daripada model konvensional terhadap prestasi belajar IPS. Ini berarti bahwa nilai mean marginal (rata-rata) prestasi belajar IPS siswa yang dikenai perlakuan pengajaran model GI dan STAD pada kelas eksperimen lebih baik jika dibandingkan dengan prestasi belajar IPS siswa dengan model konvensional pada kelas kontrol.

Model pembelajaran GI dan STAD memiliki pengaruh prestasi belajar yang positif dikarenakan proses pembelajarannya lebih menekankan pada aktivitas dan kreativitas siswa, berbeda dengan model pembelajaran konvensional yang merupakan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya didominasi oleh guru dimana guru menjelaskan atau memberi informasi melalui ceramah. Selain itu, kesamaan prestasi belajar yang dihasilkan oleh model pembelajaran GI dan STAD dikarenakan kedua model pembelajaran tersebut merupakan pembelajaran kooperatif, dimana dalam proses pembelajaran siswa diarahkan untuk bekerjasama dengan teman-temannya dalam satu kelompok. Kerja sama yang dibangun dalam setiap kelompok dapat menfasilitasi interaksi antara seluruh siswa di dalam ruang

(33)

commit to user

kelas. Sedangkan pembelajaran konvensional siswa tidak aktif melainkan gurunya yang lebih aktif. Hal ini sejalan, dengan hasil penelitian Laila Fitriana (2010) yang menyatakan bahwa siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik prestasi belajar siswanya. Sedangkan menurut penelitian Edy Suprapto (2012) menyatakan bahwa siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik prestasi belajar siswanya. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran model kooperatif khususnya GI dan STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Model pembelajaran GI memiliki prestasi belajar IPS lebih baik dari model konvensional dimana model GI memiliki nilai rata-rata prestasi belajar IPS sebesar 82,54 dan model konvensional 70,42. Hal ini disebabkan karena model GI memiliki kelebihan seperti yang ditemukan dalam penelitian Yanti, Putra dan Suniasih (2014:5) yaitu dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk berintegrasi dengan teman sebayanya dimana siswa dapat mengajukan permasalahan yang dihadapi dan mempelajari secara mendalam, bekerjasama, berdiskusi dan berinteraksi dengan kelompoknya masing-masing, kemudian siswa dapat belajar dari siswa lainnya serta mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain, siswa belajar dalam sebuah kelompok dan memberi kontribusi kepada anggota dan kelompok lainnya untuk dapat berprestasi maksimal serta untuk meningkatkan aktivitas dan tanggung jawab siswa dalam pembelajaran. Hal ini sejalan dengan penelitian Mohammad Amin

(34)

commit to user

Karafkan (2015) menyatakan bahwa teknik GI lebih baik dari konvensional, penelitian ini relevan dengan penelitian peneliti dikarenakan model GI lebih baik dari konvensional.

Lebih lanjut dikemukan oleh Aunurrahman (2014:151) bahwa pembelajaran melalui investigasi kelompok akan memuat empat esensial yaitu kemampuan melakukan investigasi, kemampuan mewujudkan interaksi, kemampuan menginterpretasi serta mampu menumbuhkan motivasi instrinsik. Dengan demikian, model pembelajaran GI dapat meningkatkan prestasi belajar karena model GI memberikan keaktifan bagi siswa dan hal itu yang membuat siswa merasa senang karena siswa diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan sebuah misi investigasi dan siswa mampu mengembangkan kreativitasnya.

Model pembelajaran STAD memiliki prestasi belajar lebih baik dari model pembelajaran konvensional dimana model STAD memiliki nilai mean 81,35 dan model konvensional memiliki nilai mean 70,42. Menurut Ibrahim dalam Majid (2014:188) menyatakan model STAD memiliki kelebihan sebagai berikut: dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain, siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan, dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergatungan positif, dan setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain. Menurut Van Wyk menyebutkan bahwa pembelajaran STAD dibandingkan dengan pembelajaran langsung dapat meningkatkan sikap positif siswa,

(35)

commit to user

menciptakan prestasi belajar yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar (Widiani, Santyasa dan Arsana, 2013: 3-4).

Dalam pembelajaran model STAD lebih khusus dalam pembelajaran IPS pada tingkat SMP siswa kelas VIII khususnya materi menguraikan proses terbentuknya Kesadaran Nasional, Identitas Indonesia dan Perkembangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia model STAD menempatkan siswa dalam kelompok atau tim belajar yang beranggotakan lima sampai enam anggota yang heterogen, setelah melakukan diskusi kelompok seluruh siswa dikenai kuis tentang materi yang sudah dipelajari secara individual dimana setiap siswa tidak dapat saling membantu dalam menjawab kuis. Selanjutnya nilai anggota kelompok dijumlahkan untuk memperoleh nilai skor kelompok, kemudian kelompok yang memperoleh nilai mencapai kriteria tertentu dapat diberikan penghargaan yang dapat memotivasi siswa.

Model pembelajaran konvensional memiliki nilai mean prestasi belajar IPS lebih rendah dari model pembelajaran GI dan STAD, dimana model konvensional memiliki nilai mean 70,42 sedangkan GI memiliki nilai mean 82,54 dan STAD memiliki nilai mean 81,35. Hal ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran didominasi oleh guru dimana sebagai proses pemindahan atau pengalihan informasi dari guru kepada siswa. Menurut penelitian Zaenal Afroni, M. Burhan Rubai Wijaya dan Rusiyanto (2013:2) menyatakan pada umumnya pembelajaran konvesional adalah pembelajaran yang lebih terpusat pada guru, akibatnya terjadi

(36)

commit to user

praktik belajar dan pembelajaran yang kurang optimal karena guru membuat siswa pasif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Hal ini yang menyebabkan bahwa prestasi belajar siswa dengan model konvensional menjadi rendah karena siswa pasif dalam proses pembelajaran, siswa hanya sebagai pendengar ketika guru menjelaskan materi pembelajaran diibaratkan siswa bagaikan botol kosong yang siap untuk diisi air oleh guru.

Lebih lanjut, Amin Suyitno (2006:2), mengemukakan bahwa metode

pembelajaran konvensional memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model pembelajaran konvensional antara lain: a) Dapat menampung kelas yang besar, b) Bahan pelajaran dapat disampaikan secara utuh, c) Guru dapat menekankan pada hal-hal yang dipandang penting, d) Tuntutan kurikulum secara cepat dapat diselesaikan, e) Kekurangan buku pelajaran dapat diatasi. Sedangkan kekurangan model pembelajaran konvensional antara lain: a) Peserta didik pasif dan merasa bosan, b) Padatnya materi dapat membuat peserta didik kurang menguasai materi pelajaran, c) Pelajaran yang diperoleh mudah terlupakan, d) Peserta

Dapat disimpulkan bahwa rendahnya prestasi belajar IPS di tingkat SMP dengan model pembelajaran konvensional disebabkan oleh: tidak menekankan penonjolan pada aktivitas fisik seperti aktivitas mental siswa, kegiatan terpusat pada guru sebagai pemberi informasi dan siswa hanya

(37)

commit to user

sebagai pendengar sehingga bersifat menghafal, dan jika terlalu dominan pada ceramah terus menerus siswa akan cepat bosan. Kesimpulan tersebut diatas menyebabkan siswa yang dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model konvensional memperoleh prestasi belajar rendah. Sedangkan, materi pembelajaran IPS di SMP dengan Kurikulum KTSP berupa konsep yang akan mudah diterima oleh siswa jika guru melibatkan siswa secara aktif, jika sebaliknya guru lebih aktif dari siswa akan mempengaruhi prestasi belajar siswa menjadi rendah. Dengan demikian, Gull F Shehzad S (2015) menyatakan bahwa hasil penelitian dengan pembelajaran kooperatif memiliki efek yang positif bagi prestasi akademik siswa. Model pembelajaran GI dan STAD dalam penelitian ini merupakan komponen dalam pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Perbedaan pengaruh kreativitas pada kategori tinggi dan kategori rendah terhadap prestasi belajar IPS pada siswa kelas VIII SMP Se-kecamatan Bajawa Kabupaten Ngada

Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan, diperoleh nilai Fhitung =

16,762 > Ftabel = 3,97 dan nilai signifikansi probability sebesar 0,000 lebih

kecil dari 0,05 maka H0B ditolak. Dengan demikian, dapat dikatakan ada

perbedaan pengaruh yang signifikan antara kreativitas kategori tinggi dan kreativitas kategori rendah terhadap prestasi belajar IPS. Berdasarkan analisis data terlihat bahwa pada siswa yang mempunyai kreativitas kategori tinggi memiliki nilai mean 82,11 lebih baik dari siswa dengan

(38)

commit to user

kreativitas kategori rendah dengan nilai mean 74,10. Perbedaan ini memiliki makna bahwa siswa yang memiliki kreativitas kategori tinggi akan lebih giat belajar dan terdorong untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Ini yang membuktikan bahwa kreativitas siswa juga sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar dalam pembelajaran IPS.

Penerimaan hipotesis kedua menurut Sund (dalam Slameto, 2010: 147) dikarenakan siswa yang memiliki kreativitas tinggi maka ia akan memiliki ciri-ciri diantaranya adalah hasrat ingin tahu yang cukup besar, bersikap terbuka terhadap pengalaman baru, panjang akal, keinginan untuk menemukan dan meneliti, cederung mencari jawaban yang luas dan memuaskan, memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas, berpikir fleksibel sehingga dapat memberikan banyak alternatif jawaban dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban, dapat melihat permasalahan dari sudut pandang yang berbeda, orisinalitas dalam berpikir, mampu mengelaborasi dan mengevaluasi sehingga kreativitas berpengaruh terhadap prestasi belajar IPS.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu itu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial maupun ilmu pendidikan (Gunawan, 2013:17). Adapun tujuan pembelajaran IPS dalam Sapriya (2014:201) yang berkaitan dengan indikator kreativitas liki

(39)

commit to user

kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keteram

disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS dan kreativitas memiliki kaitan dimana mengajarkan siswa untuk memiliki rasa ingin tahu, berpikir kritis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sosial. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Kreativitas yaitu setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreativitas dan kemampuan untuk mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun masing-masing dalam bidang dan dalam kadar yang berbeda-beda. Yang terutama penting bagi dunia pendidikan ialah bahwa bakat tersebut dapat dan perlu dikembangkan dan ditingkatkan. Hal ini sejalan dengan pengembangan kreativitas menurut Munandar (2012:45) yaitu (1) Pribadi, karena kreativitas merupakan ungkapan dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari ungkapan individu yang unik inilah dapat diharapkan timbul ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif. (2) Pendorong, bakat kreativitas seseorang akan terwujud jika ada dorongan dan dukungan dari lingkungannya, ataupun jika ada dorongan kuat dari diri sendiri guna menghasilkan sesuatu. (3) Proses, untuk mengembangkan kreativitas seseorang perlu diberikan kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif. (4) Produk, kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna adalah kondisi pribadi dan kondisi dimana kedua mendorong seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses kesibukannya.

(40)

commit to user

Kreativitas akan muncul pada seseorang yang memiliki motivasi, rasa ingin tahu dan motivasi karena selalu ingin mencari dan menemukan sesuatu jawaban, senang memecahkan masalah, sering mengajukan pertanyaan dengan baik, memberi banyak gagasan atau ide, usulan terhadap suatu masalah, bebas menyatakan pendapat dan imajinasi yang kuat. Dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinil yang jarang diperlihatkan oleh orang lain.

Siswa yang memiliki kreativitas tinggi akan mampu menciptakan pertanyaan yang kritis pada saat diskusi kelompok akan memperoleh pengetahuan yang akan terus membekas dalam ingatan siswa sehingga akan mempengaruhi prestasi belajar yang tinggi. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi akan mampu menciptakan suasana kelas yang kondusif. Siswa yang memiliki kreativitas rendah cenderung malas dalam bertindak dan takut dalam mengambil resiko sehingga prestasi belajar mereka menjadi rendah. Hal ini menyebabkan mereka cenderung pasif dikelas sehingga mereka menjadi tidak tertarik untuk belajar dan tidak tertarik terhadap tugas-tugas yang merupakan sebuah tantangan bagi siswa itu sendiri. Hal ini sejalan, dengan penelitian Weiping Hu, Baojun Wu, Xiaojuan Jia, Xinfa Yi, Chunyan Duan, Winter Meyer, James C. Kafiman (2013) menyatakan bahwa efek pengembangan kreativitas ilmiah siswa sekolah menengah dengan empat kali pre-test akan berhasil meningkatkan prestasi, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara tes prestasi belajar

(41)

commit to user

dan kreativitas siswa, dimana kreativitas siswa yang tinggi dapat meningkatkan prestasi belajar.

Slameto (2010:54-72), menyebutkan bahwa secara global faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut:

a) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.

b) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitas siswa.

Untuk meningkatkan prestasi belajar ada dua faktor yang mempengaruhinya seperti pemaparan diatas. Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri siswa, setiap siswa memiliki kreativitas masing-masing karena kreativitas muncul dari dalam diri setiap individu, lebih lanjut bagaimana individu tersebut mengembangkan kreativitas yang ada dalam dirinya. Dengan demikian, apabila setiap siswa memiliki kreativitas yang tinggi akan mempengaruhi prestasi belajar siswa kearah lebih baik. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berada diluar diri siswa, contohnya seperti model pembelajaran GI dan STAD. Model pembelajaran tersebut merupakan salah satu faktor eksternal untuk meningkatkan prestasi belajar siswa karena setiap model pembelajaran seperti GI dan STAD merupakan hasil dari rancangan guru dengan tujuan agar menarik perhatian siswa sehingga siswa menyukai pelajaran dan prestasi belajar siswa akan meningkat. Model pembelajaran GI dan STAD

(42)

commit to user

memiliki kelebihan masing-masing, namun pada intinya kedua model pembelajaran yang diterapkan bertujuan agar meningkatkan keaktifan siswa. Model pembelajaran seperti GI dan STAD yang diterapkan merupakan salah satu faktor eksternal untuk mendukung meningkatkan prestasi belajar siswa.

Dari hasil uji analisis varians menyatakan bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar IPS karena kreativitas berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan prestasi belajar IPS. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Wuryanto (2012) yang menyatakan bahwa ada perbedaan pengaruh antara prestasi belajar dan kreativitas siswa. Sedangkan penelitian relevan lainnya dari Maria de Fatima Morais, Leandro S. Almeida, Ivete Azevedo, Eunice Alencar, Denise Fleith (2014) menyatakan bahwa dengan menggunakan kreativitas dapat meningkatkan prestasi dalam proses belajar mengajar mahasiswa di pendidikan tinggi Universitas Publik di utara Portugal.

3. Tidak ada interaksi pengaruh model GI, STAD dan konvensional dengan kreativitas terhadap prestasi belajar IPS

Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan, diperoleh nilai Fhitung =

0,536 < Ftabel = 3,12 dan nilai signifikansi probability sebesar 0,587 lebih

besar dari 0,05 maka H0AB diterima. Dengan demikian, dikatakan bahwa

tidak ada interaksi pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran (GI, STAD, konvensional) dan kreativitas untuk meningkatkan prestasi

(43)

commit to user

belajar IPS. Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran (GI, STAD, konvensional) dan kreativitas mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap prestasi belajar IPS.

Prestasi belajar IPS siswa SMP yang menggunakan model pembelajaran GI dengan kreativitas siswa kategori tinggi memiliki nilai mean (86,86) dan kreativitas siswa kategori rendah memiliki nilai mean (78,23), selanjutnya prestasi belajar IPS siswa yang menggunakan model pembelajaran STAD dengan kreativitas kategori tinggi memiliki nilai mean (86,40) dan kreativitas siswa kategori rendah memiliki nilai mean (76,30), sedangkan prestasi belajar IPS siswa SMP yang menggunakan model pembelajaran konvensional dengan kreativitas siswa kategori tinggi memiliki nilai mean (73,07) dan kreativitas siswa kategori rendah memiliki nilai mean (67,78).

Berdasarkan nilai mean prestasi belajar dari setiap model pembelajaran IPS di tingkat SMP dimana pembelajaran dengan model GI lebih tinggi nilai meannya dari model STAD, dan model STAD lebih tinggi dari konvensional. Berdasarkan nilai mean hasil prestasi belajar IPS siswa kelas VIII di tingkat SMP bahwa model pembelajaran GI dan STAD dengan kreativitas kategori tinggi dan kategori rendah yang mendapat perlakuan lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional baik model konvensional dengan siswa yang kreativitas kategori tinggi dan kategori rendah.

(44)

commit to user

Berdasarkan hasil uraian diatas, dapat diketahui bahwa tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar IPS di SMP. Tidak ada interaksi ini menunjukkan jika variabel bebas (model pembelajaran) dan variabel moderator (kreativitas) lebih membawa pengaruh sendiri-sendiri terhadap variabel terikat (prestasi belajar IPS). Jika model pembelajaran dan kreativitas berinteraksi, namun tidak mempunyai pengaruh yang signifikan pada hasil belajar IPS siswa di tingkat SMP, kondisi ini mengidentifikasikan variabel model pembelajaran dan variabel kreativitas memberi pengaruh sendiri-sendiri yang sama kuat.

Tidak adanya interaksi antara model pembelajaran dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII SMP dikarenakan model GI menurut Slavin (2005: 215) penekanannya ada pada interaksi, komunikasi dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih dituntut untuk berinteraksi dengan kelompoknya masing-masing, jadi ini membuat kreativitas siswa kurang punya ruang untuk dimunculkan dalam pembelajaran. Selain itu, GI sesuai untuk proyek-proyek studi yang terintegrasi yang berhubungan dengan penguasaan, analisis dan mensintesiskan informasi sehubungan dengan penyelesaian masalah yang bersifat multi-aspek, jadi bisa dikatakan hanya sampai pada kognitif ke lima, namun kurang dalam kognitif ke enam yang merupakan salah satu indikator dari kreativitas itu sendiri.

Menurut pendapat Tapung (2012:213) menyatakan bahwa anak bisa berkreasi dengan baik maka model pembelajaran yang konvensional dan

(45)

commit to user

menghafal harus dikurangi, karena kegiatan menghafal mengurangi kreativitas pada siswa. Pemilihan model pembelajaran STAD, diharapkan oleh siswa agar guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan banyak berbicara akan tetap dituntut untuk mampu membawa materi pembelajaran kedalam lingkungan kelas sehingga siswa terhindar dari verbalisme.

Tidak adanya interaksi ini dikarenakan realitas pembelajaran IPS di lapangan yang masih menggunakan pembelajaran konvensional dimana guru sudah terbiasa menggunakan ceramah sehingga berakibat pada diri siswa, diibaratkan siswa bagaikan botol kosong yang selalu siap untuk diisi air. Hal ini berdampak pada penerapan model GI dan STAD yang kurang maksimal di kelas karena siswa sudah cenderung terbiasa dengan ceramah sehingga siswa ketika diajak untuk belajar dengan menggunakan model GI dan STAD cenderung masih pasif. Seharusnya pada pembelajaran IPS siswa perlu dilatih untuk meningkatkan daya nalar serta daya analisisnya sehingga tidak sekedar mengembangkan kemampuan menghafal fakta, seperti yang sering dipersiapkan terhadap tujuan pelajaran IPS.

Pembelajaran yang sudah terbiasa menggunakan metode ceramah berdampak pada saat siswa disuruh untuk mengkontruk pengetahuan seperti yang dijelaskan model GI atau mengerjakan kuis seperti yang dijelaskan model STAD terlihat ada beberapa siswa yang kurang aktif. Selain itu, ketika siswa melaporkan hasil investigasi dan melaporkan hasil

(46)

commit to user

kuis kelompok siswa masih terlihat malu-malu dan kurang menjiwai ketika memaparkan hasil yang dihasilkan kelompoknya. Hal ini dikarenakan guru selalu mendominasi dalam kelas dan siswa hanya sebagai pendengar dan siswa jarang mengemukakan pendapat mereka, sehingga hasil yang diharapkan kurang maksimal. Namun, ada juga siswa yang bagus dalam melakukan investigasi dan mengerjakan kuis secara baik.

Keberhasilan dalam belajar mengajar untuk meningkatkan prestasi belajar itu dipengaruhi banyak faktor, tidak hanya model pembelajaran dan kreativitas, tetapi juga motivasi, budaya kelas, alat evaluasi, kemampuan guru, kemampuan dasar siswa, materi, sarana dan prasarana, serta lingkungan yang kesemuanya merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan yang bekerja secara terpadu demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

Hal-hal diatas jika dikaitkan dengan penelitian ini, sampel yang diteliti berasal dari siswa SMP kelas VIII dari kota kecil dimana sebagian siswa belum terbiasa dengan model GI dan STAD yang menuntut mereka untuk lebih aktif dari gurunya. Secara realita, dalam pembelajaran IPS lebih bersifat teacher center dimana guru lebih aktif dari pada siswa. Sehingga, keaktifan siswa SMP kelas VIII yang berada di kecamatan Bajawa dalam menerima pembelajaran dengan perlakuan dua model (GI dan STAD) belum maksimal. Namun hal tersebut bukan berarti kedua model tersebut tidak cocok untuk diterapkan pada sekolah-sekolah. Terbukti masih ada siswa yang kreatif, kritis dan memiliki minat yang baik terhadap

(47)

commit to user

pembelajaran IPS pada siswa-siswi kelas VIII SMP. Jika dikaitkan dengan filsafat konstruktivisme dimana pembelajaran merupakan proses, maka guru dalam proses pembelajaran ketika memilih model pembelajaran tidak menghilangkan kreativitas siswa khususnya siswa di tingkat SMP.

Gambar

Tabel 14. Deskripsi data Prestasi belajar IPS  dengan model GI  Frequen cy Percent  Valid  Percent  Cumulative Percent  Valid  67  1  3.7  3.7  3.7  70  2  7.4  7.4  11.1  73  1  3.7  3.7  14.8  77  2  7.4  7.4  22.2  80  4  14.8  14.8  37.0  83  7  25.9
Gambar 2. Histogram Prestasi belajar Model GI
Gambar 3. Histogram Prestasi belajar Model STAD
Tabel 16. Deskripsi data Prestasi belajar IPS  dengan model Konvensional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sababaraha panganut lalaki pribumi Bonokeling marengan tradisional masak rupa masakan di imah pangadilan Bonokeling komunitas adat adat, kampung Pekuncen, Kacamatan

All music ensemble types discussed in the analysis that follows are multipurpose in character. None is solely connected with Muslim ceremonial contexts and this prob-

[r]

4. Terimakasih untuk keceriaan juga kesetiaan mendengar keluh kesah saya selama ini. Semoga persahabatan kita kekal. Dan semangat buat mengerjakan skripsinya, kalian

Hasil uji t berdasarkan asumsi bahwa varian berbeda, sehingga diketahui nilai t hitung pada sebesar 26,859 dengan signifikansi 0,000, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang

Hasil pengamatan sifat fisik serat Nenas pada proses pengelantangan memperlihatkan bahwa untuk pulp hasil perlakuan NaOH 0% dan 5% yang dikelantang sedikit mengurangi

Jadi yang dimaksud dengan berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih kemampuan dalam mengevaluasi atau melakukan penilaian secara cermat tentang

Alhamdulillahirrabbil’alamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan hidayah-Nya, Tuhan semesta Alam yang senantiasa memberi