• Tidak ada hasil yang ditemukan

commit to user

D. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Perbedaan pengaruh antara penggunaan model GI, STAD dan

Konvensional terhadap prestasi belajar IPS

Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan, diperoleh nilai Fhitung = 15,653 > Ftabel = 3,12 dan nilai signifikansi probability sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka H0A ditolak. Dengan demikian, dapat dikatakan

commit to user

bahwa ada perbedaan pengaruh antara penggunaan model GI, STAD dan Konvensional terhadap prestasi belajar IPS. Dilihat dari nilai mean marginal masing-masing model pembelajaran diperoleh bahwa prestasi belajar IPS siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 dengan model pembelajaran GI adalah 82,54 dan siswa kelas VIII di SMP Negeri 4 dengan model pembelajaran STAD memperoleh prestasi belajar IPS adalah 81,35 sedangkan siswa kelas VIII SMP Negeri 6 dengan model pembelajaran konvensional memperoleh prestasi belajar IPS adalah 70,42. Hal ini menggambarkan bahwa prestasi belajar IPS pada siswa kelas VIII SMP dengan menggunakan model GI lebih tinggi dari prestasi belajar siswa kelas VIII SMP dengan menggunakan model STAD dan model STAD prestasi belajarnya lebih tinggi dari siswa kelas VIII SMP yang menggunakan model konvensional.

Prestasi belajar adalah puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan belajar yang telah ditetapkan (Femi Olivia, 2011:73). Hasil belajar siswa dapat meliputi aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (sikap) dan aspek psikomotorik (tingkah laku). Untuk melihat tingkat pencapaian hasil belajar adalah dengan melakukan tes prestasi belajar. Tes prestasi belajar dalam bentuk soal pilihan ganda, dengan skor benar satu dan salah nol. Dari hasil tes prestasi belajar dalam pembelajaran IPS di tingkat SMP dapat mengukur tingkat pendidikan sekolah.

commit to user

Model pembelajaran GI memperoleh prestasi belajar lebih tinggi dari model STAD, disebabkan karena model GI dalam pembelajaran IPS banyak melibatkan siswa SMP mulai dari perencanaan dalam menentukan topik sampai melakukan investigasi dengan mencari informasi baik dari berbagai sumber di dalam maupun di luar kelas. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Slavin (2005:216) bahwa dalam metode GI menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang lebih baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Dalam proses belajar mengajar dengan model GI menuntut siswa untuk berpartisipasi sehingga suasana pembelajaran IPS dalam kelas menjadi menyenangkan. Dengan suasana kelas yang menyenangkan siswa tidak akan merasa bosan dan siswa mudah dalam menyerap pelajaran. Sedangkan model STAD sebelum siswa dibentuk dalam kelompok untuk belajar, terlebih dahulu guru menyampaikan materi, setelah itu barulah siswa belajar dalam kelompok dengan bantuan lembar kerja diskusi kelompok yang disiapkan oleh guru. Sehingga keterlibatan siswa dalam pembelajaran model STAD lebih kurang dibandingkan dengan model GI. Hal ini sejalan dengan penelitian Sri Andayani. (2013) yang menyatakan bahwa model GI memiliki prestasi belajar lebih baik dari model STAD.

Model STAD memiliki prestasi belajar lebih tinggi dari model konvensional disebabkan karena model STAD dapat menempatkan siswa secara heterogen, siswa melakukan diskusi kelompok, setelah melakukan diskusi kelompok siswa mengerjakan kuis secara individual sesuai materi

commit to user

yang diajarkan, dalam mengerjakan kuis siswa tidak dapat saling membantu kemudian poin setiap individu dijumlahkan dengan skor tim dan tim yang mencapai kriteria tertentu diberikan penghargaan sehingga dapat memotivasi siswa dan suasana kelas menyenangkan. Sedangkan, model konvensional lebih bersifat ceramah dimana siswa hanya mendengarkan guru dan terkesan guru lebih aktif dari siswa. Hal ini yang menyebabkan siswa merasa bosan dan ketika siswa sudah merasa bosan, materi yang didapatkan tidak akan tersimpan secara baik dalam memori siswa. Ini yang menyebabkan prestasi belajar siswa dengan model konvensional menjadi rendah. Berbanding terbalik dengan model STAD dimana siswa lebih aktif dari guru. Hal ini sejalan dengan penelitian Yesualdus Hendrasmin (2014) yang menyatakan bahwa model pembelajaran STAD lebih baik dalam meningkatkan prestasi belajar.

Pembelajaran yang bersifat konvensional, lebih menekankan pada pemahaman yang bersifat teoritis yang harus dikurangi. Penerapan model pembelajaran yang demikian akan menyebabkan materi pelajaran yang diterima oleh siswa akan menjauh dari lingkungan social dimana siswa berada. Oleh sebab itu, pembelajaran yang dilakukan adalah model pembelajaran yang dapat memberikan pembekalan pada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapi. Model pembelajaran kooperatif lebih cocok diberikan pada siswa SMP yang pemikirannya masih abstrak sehingga dapat mengkontruk pola pikir siswa pada tingkatan Sekolah Menengah Pertama agar mampu memecahkan masalah yang diberikan

commit to user

oleh guru dengan hasil pemikiran siswa dan kerja tim antar siswa guna meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPS.

Hipotesis pertama H0A ditolak maka perlu dilakukan uji komparasi ganda, hal ini dikarenakan terdapat tiga model pembelajaran yakni GI, STAD dan konvensional. Berdasarkan hasil uji komparasi ganda antar baris (model pembelajaran) disimpulkan bahwa pengaruh model GI dan STAD terhadap prestasi belajar IPS membawa pengaruh positif daripada model konvensional terhadap prestasi belajar IPS. Ini berarti bahwa nilai mean marginal (rata-rata) prestasi belajar IPS siswa yang dikenai perlakuan pengajaran model GI dan STAD pada kelas eksperimen lebih baik jika dibandingkan dengan prestasi belajar IPS siswa dengan model konvensional pada kelas kontrol.

Model pembelajaran GI dan STAD memiliki pengaruh prestasi belajar yang positif dikarenakan proses pembelajarannya lebih menekankan pada aktivitas dan kreativitas siswa, berbeda dengan model pembelajaran konvensional yang merupakan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya didominasi oleh guru dimana guru menjelaskan atau memberi informasi melalui ceramah. Selain itu, kesamaan prestasi belajar yang dihasilkan oleh model pembelajaran GI dan STAD dikarenakan kedua model pembelajaran tersebut merupakan pembelajaran kooperatif, dimana dalam proses pembelajaran siswa diarahkan untuk bekerjasama dengan teman-temannya dalam satu kelompok. Kerja sama yang dibangun dalam setiap kelompok dapat menfasilitasi interaksi antara seluruh siswa di dalam ruang

commit to user

kelas. Sedangkan pembelajaran konvensional siswa tidak aktif melainkan gurunya yang lebih aktif. Hal ini sejalan, dengan hasil penelitian Laila Fitriana (2010) yang menyatakan bahwa siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik prestasi belajar siswanya. Sedangkan menurut penelitian Edy Suprapto (2012) menyatakan bahwa siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik prestasi belajar siswanya. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran model kooperatif khususnya GI dan STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Model pembelajaran GI memiliki prestasi belajar IPS lebih baik dari model konvensional dimana model GI memiliki nilai rata-rata prestasi belajar IPS sebesar 82,54 dan model konvensional 70,42. Hal ini disebabkan karena model GI memiliki kelebihan seperti yang ditemukan dalam penelitian Yanti, Putra dan Suniasih (2014:5) yaitu dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk berintegrasi dengan teman sebayanya dimana siswa dapat mengajukan permasalahan yang dihadapi dan mempelajari secara mendalam, bekerjasama, berdiskusi dan berinteraksi dengan kelompoknya masing-masing, kemudian siswa dapat belajar dari siswa lainnya serta mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain, siswa belajar dalam sebuah kelompok dan memberi kontribusi kepada anggota dan kelompok lainnya untuk dapat berprestasi maksimal serta untuk meningkatkan aktivitas dan tanggung jawab siswa dalam pembelajaran. Hal ini sejalan dengan penelitian Mohammad Amin

commit to user

Karafkan (2015) menyatakan bahwa teknik GI lebih baik dari konvensional, penelitian ini relevan dengan penelitian peneliti dikarenakan model GI lebih baik dari konvensional.

Lebih lanjut dikemukan oleh Aunurrahman (2014:151) bahwa pembelajaran melalui investigasi kelompok akan memuat empat esensial yaitu kemampuan melakukan investigasi, kemampuan mewujudkan interaksi, kemampuan menginterpretasi serta mampu menumbuhkan motivasi instrinsik. Dengan demikian, model pembelajaran GI dapat meningkatkan prestasi belajar karena model GI memberikan keaktifan bagi siswa dan hal itu yang membuat siswa merasa senang karena siswa diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan sebuah misi investigasi dan siswa mampu mengembangkan kreativitasnya.

Model pembelajaran STAD memiliki prestasi belajar lebih baik dari model pembelajaran konvensional dimana model STAD memiliki nilai mean 81,35 dan model konvensional memiliki nilai mean 70,42. Menurut Ibrahim dalam Majid (2014:188) menyatakan model STAD memiliki kelebihan sebagai berikut: dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain, siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan, dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergatungan positif, dan setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain. Menurut Van Wyk menyebutkan bahwa pembelajaran STAD dibandingkan dengan pembelajaran langsung dapat meningkatkan sikap positif siswa,

commit to user

menciptakan prestasi belajar yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar (Widiani, Santyasa dan Arsana, 2013: 3-4).

Dalam pembelajaran model STAD lebih khusus dalam pembelajaran IPS pada tingkat SMP siswa kelas VIII khususnya materi menguraikan proses terbentuknya Kesadaran Nasional, Identitas Indonesia dan Perkembangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia model STAD menempatkan siswa dalam kelompok atau tim belajar yang beranggotakan lima sampai enam anggota yang heterogen, setelah melakukan diskusi kelompok seluruh siswa dikenai kuis tentang materi yang sudah dipelajari secara individual dimana setiap siswa tidak dapat saling membantu dalam menjawab kuis. Selanjutnya nilai anggota kelompok dijumlahkan untuk memperoleh nilai skor kelompok, kemudian kelompok yang memperoleh nilai mencapai kriteria tertentu dapat diberikan penghargaan yang dapat memotivasi siswa.

Model pembelajaran konvensional memiliki nilai mean prestasi belajar IPS lebih rendah dari model pembelajaran GI dan STAD, dimana model konvensional memiliki nilai mean 70,42 sedangkan GI memiliki nilai mean 82,54 dan STAD memiliki nilai mean 81,35. Hal ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran didominasi oleh guru dimana sebagai proses pemindahan atau pengalihan informasi dari guru kepada siswa. Menurut penelitian Zaenal Afroni, M. Burhan Rubai Wijaya dan Rusiyanto (2013:2) menyatakan pada umumnya pembelajaran konvesional adalah pembelajaran yang lebih terpusat pada guru, akibatnya terjadi

commit to user

praktik belajar dan pembelajaran yang kurang optimal karena guru membuat siswa pasif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Hal ini yang menyebabkan bahwa prestasi belajar siswa dengan model konvensional menjadi rendah karena siswa pasif dalam proses pembelajaran, siswa hanya sebagai pendengar ketika guru menjelaskan materi pembelajaran diibaratkan siswa bagaikan botol kosong yang siap untuk diisi air oleh guru.

Lebih lanjut, Amin Suyitno (2006:2), mengemukakan bahwa metode

pembelajaran konvensional memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model pembelajaran konvensional antara lain: a) Dapat menampung kelas yang besar, b) Bahan pelajaran dapat disampaikan secara utuh, c) Guru dapat menekankan pada hal-hal yang dipandang penting, d) Tuntutan kurikulum secara cepat dapat diselesaikan, e) Kekurangan buku pelajaran dapat diatasi. Sedangkan kekurangan model pembelajaran konvensional antara lain: a) Peserta didik pasif dan merasa bosan, b) Padatnya materi dapat membuat peserta didik kurang menguasai materi pelajaran, c) Pelajaran yang diperoleh mudah terlupakan, d) Peserta

Dapat disimpulkan bahwa rendahnya prestasi belajar IPS di tingkat SMP dengan model pembelajaran konvensional disebabkan oleh: tidak menekankan penonjolan pada aktivitas fisik seperti aktivitas mental siswa, kegiatan terpusat pada guru sebagai pemberi informasi dan siswa hanya

commit to user

sebagai pendengar sehingga bersifat menghafal, dan jika terlalu dominan pada ceramah terus menerus siswa akan cepat bosan. Kesimpulan tersebut diatas menyebabkan siswa yang dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model konvensional memperoleh prestasi belajar rendah. Sedangkan, materi pembelajaran IPS di SMP dengan Kurikulum KTSP berupa konsep yang akan mudah diterima oleh siswa jika guru melibatkan siswa secara aktif, jika sebaliknya guru lebih aktif dari siswa akan mempengaruhi prestasi belajar siswa menjadi rendah. Dengan demikian, Gull F Shehzad S (2015) menyatakan bahwa hasil penelitian dengan pembelajaran kooperatif memiliki efek yang positif bagi prestasi akademik siswa. Model pembelajaran GI dan STAD dalam penelitian ini merupakan komponen dalam pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Perbedaan pengaruh kreativitas pada kategori tinggi dan kategori