• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interaksi sering digunakan secara bersamaan dengan kata-kata seperti transaksi, mekanisme, dinamika, dan proses dalam bidang kependidikan, serta komunikasi sosial. Istilah-istilah itu menyiratkan adanya dinamika kehidupan yang terus bergulir. Bahkan ada yang menyebut interaksi itu sebagai jantungnya kehidupan (Jarvis, 1983). Interaksi itu sendiri tercipta karena ada aksi dan reaksi, transaksi lahir karena stimulus dan adarespon, mekanisme lahir karena adanya dinamika kehidupan yang sifatnya tarik menarik dari dua sisi yang berkepentingan, dan dinamika tercipta karena ada kekuatan-kekuatan yang berseberangan saling mendorong, (Blanchard dkk, 1985).

Bila istilah-istilah itu ditarik ke dalam setting kelas dan prosesnya diamati secara cermat, maka akan tampak adanya perilaku-perilaku mulai dari yang searah hingga proses-proses yang bertentangan. Proses ini menunjukkan adanya interaksi atau pola hubungan interaktif baik yang nampak maupun yang terselubung antara guru dengan siswa atau siswa dengan guru, atau siswa dengan siswa sendiri. Proses-proses interaksi ini mengindikasikan adanya keterikatan antara pihak-pihak dalam teori Gagne disebut stimulus-respons bond.

Menurut Slavin (1995:16) proses interaksi yang terjadi di kelas merupakan refleksi dari 2 (dua) teori yang mendasari pembelajaran kelompok.

1. Teori Motivasi dari Slavin

Teori motivasi bertolak dari sokongan/dukungan atau struktur tujuan yang memungkinkan anggota kelompok terdorong untuk bekerja. Struktur tujuan itu dipicu oleh tiga alasan. Pertama adalah alasan kerjasama (cooperations). Kerjasama merupakan suatu usaha atau kegiatan bersama dimana usaha-usahanya berorientasi pada pencapaian tujuan individual atau pun mengacu pada tujuan anggota lainnya, kedua adalah alasan persaingan (competition) yaitu usaha-usaha pencapaian tujuan individual dengan menghambat pencapaian tujuan kelompok, dan alasan ketiga adalah individualistik: upaya-upaya yang dilakukan lebih mengacu pada tujuan individual dan tidak memiliki konsekuensi untuk pencapaian tujuan anggota kelompok.

Pemikiran tersebut memberikan penjelasan bahwa struktur tujuan proses interaksi dalam belajar dapat menciptakan situasi-situasi yang memungkinkan anggota kelompok meraih tujuan-tujuan pribadinya jika anggota kelompok itu dapat berhasil secara umum. Karena itu untuk memenuhi tujuan pribadi anggota kelompok harus membantu anggota kelompoknya yang lain. Membantu anggota kelompok yang lain apa saja yang dapat membantu kelompok untuk meraih keberhasilan dan mendorong teman kelompoknya berusaha dan bekerja secara maksimum. Dengan perkataan lain kelompok-kelompok pendorong yang dilandasi oleh keberhasilan kelompok harus mampu menciptakan suatu struktur imbalan antar pribadi yang

memungkinkan anggota kelompok memberi dukungan sosial, pujian dan motivasi untuk merespons usaha-usaha yang bertalian dengan pekerjaan teman kelompok.

Sistem pemberian penilaian baik secara informal maupun angka-angka yang kompetitif dapat melahirkan norma kesejawatan yang berseberangan dengan usaha-usaha kelembagaan. Jika keberhasilan segelintir siswa mengurangi peluang keberhasilan orang lain, maka siswa akan mengungkapkan norma atau aturan akan melahirkan kesan pilih kasih. Jika siswa bekerja-sama meraih tujuan umum maka upaya belajar membantu teman kelompoknya akan berhasil. Karena itu siswa harus mendorong orang atau anggota lain belajar, membangun usaha-usaha kelas dan mengungkapkan aturan-aturan yang memudahkan pencapaian tujuan. Jika siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok dan membuat aturan demi kelancaran dan keberhasilan kelompok, maka siswa akan berusaha sekuat tenaga mengikuti aturan-aturan membantu orang lain untuk belajar didorong dan dibangkitkan oleh teman kelompoknya.

Siswa dalam pembelajaran beranggapan bahwa teman kelasnya menginginkan mereka belajar. Belajarnya merupakan suatu aktivitas yang menggerakkan siswa maju dalam kelompok sebayanya. Siswa dalam kelompok kooperatif yang mendapatkan prestasi akan memperbaiki status sosialnya. Perubahan-perubahan yang terjadi sebagai konsekuensi sosial bagi prestasi yang diraihnya sangat penting. Siswa yang pintar dalam sekolahnya akan menjadi prediktor untuk meraih prestasi selanjutnya.

2. Teori kognitif Vygotsky

Jika teori motivasi menekankan derajat keinginan atau dorongan insentif untuk melakukan sesuatu, maka teori kognitif menekankan dampak kerja-sama itu sendiri. Teori kognitif itu ada yang bersifat mengalami perkembangan dan mengalami elaborasi. Asumsi dasar dari teori perkembangan ini adalah bahwa interaksi di kalangan siswa di sekitar tugas-tugas meningkatkan penguasaan konsep-konsep kritis. Vygotsky membatasi zona pengembangan kedekatan sebagai jarak dari tingkat pengembangan aktual yang dipengaruhi oleh pemecahan masalah independent dengan tingkat pengembangan potensial yang dipengaruhi oleh pemecahan masalah dari bimbingan orang dewasa atau dengan teman sejawatnya yang lebih mampu.

Pandangan di atas menjelaskan bahwa kegiatan kolaboratif di kalangan siswa mendorong pertumbuhan karena siswa-siswa yang sebaya cenderung bekerja dalam zona pengembangan proximal satu sama lain yang memodel perilaku kelompok kerjasama yang lebih maju dari pada yang dilakukan secara pribadi. Hal yang serupa diungkapkan oleh Piaget, bahwa pengetahuan sosial seperti bahasa, nilai-nilai, aturan-aturan, moralitas dan sistim simbol dapat dipelajari hanya dengan melalui interaksi orang lain.

Berdasarkan kajian teori interaksi dalam pembelajaran memberikan penjelasan bahwa interaksi dalam proses pembelajaran antar sesama teman belajar dapat membantu orang yang tidak mampu menjadi mampu. Ketika orang-orang yang mampu dan yang tidak mampu bekerja sacara bersama-sama pada tugas-tugas yang memerlukan kemampuan tertentu maka orang-orang yang tidak mampu berupaya

mengembangkan konsep-konsep yang telah dikuasai oleh orang-orang yang mampu. Atas dasar temuan ini menyiratkan bahwa pemanfaatan kegiatan kelompok, terutama dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar dapat mendorong dan menuntun ke arah peningkatan hasil belajar siswa. Siswa yang belajar satu sama lain dari temannya melalui diskusi materi pembelajaran memungkinkan terjadinya perbedaan-perbedaan pemikiran ketidak-memadaian alasan dalam mengungkapkan sesuatu maupun pemahaman-pemahaman tingkat tinggi. Situasi ini akan mendorong terjadinya perubahan.

Dokumen terkait