HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabe 16. Faktor Internal ( Kekuatan dan Kelemahan), Faktor Eksternal ( Peluang dan Ancaman) dan Alternatif Strategi yang Paling Tepat pada Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti
Faktor Internal Faktor Eksternal Alternatif Strategi Yang
Paling Tepat
Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman
1. Ropolemba teknologi, visi dan misi modal petani, sarana dan prasarana,
manajemen usaha tani, manajemen lembaga tani dan jangkauan kebijakan.
Kebijakan pemerintah daerah, peluang pasar, peningkatan jumlah penduduk,
peningkatan konsumsi perkapita, kondisi politik dan keamanan, iklim spesifik, letak geografis
Strategi S-T : penguatan kapasitas kelembagaan tani untuk membangun sistim kemitraan dengan pemasok dan pembeli, meningkatkan layanan informasi pasar, meningkatkan kapasitas produksi, mengintensifkan pendampingan terhadap Gapoktan sebagai sarana inovasi teknologi agribisnis, melakukan perluasan pasar untuk mendorong
penyerapan hasil produksi, meningkatkan pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia aparatur dan petani yang berwawasan agribisnis, memfasilitasi akses petani terhadap lembaga
pembiayaan , meningkatkan sarana dan prasarana penunjang dilokasi sentra
produksi, membangun kerjasama yang terarah dan terpadu lintas asuransi dan rekrutmen aparatur teknis yang berkualifikasi bahan baku, SDM yang sudah berpengalaman, penggunaan benih unggul, adanya lembaga permodalan.
Mahalnya harga bahan baku, belum tersedia akses informasi pasar modern, kurang adanya inovasi baru, belum adanya pasar khusus agro, sebagian petani masih menggunakan alat manual.
Menjadi sentra andalan komoditi bawang pasar yang meningkat
Adanya serangan hama dan penyakit, harga bawang merah selalu
dikuasaitengkulak, harga selalu
fluktuatif dan adanya anomali iklim.
Strategi W-O : meningkatkan dan menguatkan sistem, manajemen yang ada serta lebih meningkatkan peran ppl dalam memotivasi petani, untuk memperoleh inovasi baru dalam berusahatani, dengan cara pengadaan pelatihan maupun. tenaga kerja, usia petani masih petani rendah, modal kurang, sistem pemasaran,
kepengurusan kelompok belum optimal,
Permintaan pasar tinggi, lahan tersedia luas, intensitas penyuluhan oleh PPL yang kontinu, meningkatnya
pengetahuan , dukungan kebijakan pemerintah dan kelembagaan masyarakat
Serangan hama dan penyakit, akses
meningkatkan citra usahatani bawang merah,
mengembangkan agroindustri bawang merah,
mengoptimalkan kelompok untuk pengendalian hama terpadu, peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia, optimalisasi koordinasi instansi terkait, memperluas pasar bagi produk bawang merah.
4. Ihsanuddin dan gotong royong kuat, kemampuan petani membuat biopestisida, ketersediaan bahan baku untuk membuat pupuk organik cair dan biopestisida. pasar, posisi tawar petani sangat rendah.
Iklim dan lahan yang mendukung, adanya dukungan dari pemerintah, permintaan pasar cukup tinggi, tersedia benih bermutu, adanya pelatihan dan
Strategi W-O : mengupayakan sumber pembiayaan usaha tani bawang merah melalui
pemerintah yaitu memfasilitasi petani dalam pendanaan usaha taninya atau kerjasama dengan bank-pengusaha untuk
meningkatkan usahatani bawang merah yang
menggunakan pupuk organik cair, memanfaatkan bantuan benih unggul dari pemerintah melalui progam pemerintah, melakukan kerjasama dengan pemerintah dan dinas terkait untuk memperoleh pasar bawang merah.
5. Pengalaman petani,
ketersediaan modal
Luas lahan padi organik,
produksi padi organik, pelaksanaan tahapan mutu beras organik, jaringan pemasaran, penggiling dan tempat penjemuran, sarana irigasi, dukungan pemerintah
Strategi WO: meningkatkan produktivitas lahan organik dengan mengoptimalkan penggunaan sarana produksi pertanian yang tersedia, meningkatkan produksi padi organik dengan
mengoptimalkan penggunaan sarana produksi pertanian yang tersedia, meningkatkan pelaksanaan setiap tahapan pertanian organik dengan mengoptimalkan penggunaan
sarana produksi yang tersedia dan memanfaatkan dukungan Gapoktan serta dukungan lembaga masyarakat dan melakukan pelatihan pencatatan dan analisis.
6. Aji (2014) padi, soliditas aparatur pertanian dan instansi terkait, motivasi petani.
Produktifitas lahan yang semakin menurun, kemampuan finansial yang lemah, alih fungsi lahan persawahan, manajemen
kelembagaan petani, sarana dan prasarana.
Meningkatnya varietas benih unggul.
Fluktuasi harga input dan output produksi, menurunnya minat generasi muda di bidang pertanian,
Strategi S-O : sinergi antara petani, pengusaha, dan pemerintah, penerapan teknologi mesin pertanian dan penanaman benih unggul, pemanfaatan lahan pertanian padi secara maksimal
Kondisi fisik dan mutu kopi,
mandailing, produksi kopi mandailing , pengalaman petani dalam usahatani kopi mandailing,
penguasaan petani
Luas lahan dan jumlah input
permintaan kopi mandailing, tenaga pendamping (Penyuluh Pertanian), sarana pendukung dan infrastruktur, sumber daya manusia, posisi tawar, akses pasar
harga input rata-rata (diterima petani), harga jual kopi mandailing di tingkat petani, lembaga pendukung permodalan dan bantuan pemerintah.
Strategi S-O: mempertahankan dan meningkatkan kondisi fisik dan mutu kopi untuk meningkatkan permintaan kopi mandailing,
memanfaatkan sarana dan infrastruktur, sumber daya manusia dan akses pasar secara optimal untuk meningkatkan kondisi fisik dan mutu kopi dan produksi kopi mandailing,
memanfaatkan pengalaman dan pengetahuan petani untuk memperkuat posisi tawar petani, petani terhadap teknik budidaya kopi
mandailing.
8. Fauzi (2016), Rasa kekeluargaan yang tinggi petani dan Gapoktan kentang merah, keinginan petani kentang
merah untuk selalu maju
dan saling belajar antar petani maupun
kelompok tani, memiliki
pelanggan tetap, sistem kemitraan dalam Gapoktan, lokasi yang dekat dengan
pasar, usahatani kentang merah
layak untuk diusahakan
Modal kerja petani kentang
merah masih terbatas, sistem pembayaran yang kurang menguntungkan petani, penggunaan teknologi
berupa alat budidaya yang
masih sederhana, pemasaran terbatas.
Dukungan dari
pemerintah daerah dan pusat, pangsa pasar makin luas, tersedia lahan kosong, adanya lembaga
keuangan yang menyediakan kredit untuk usaha pertanian, kemajuan dan inovasi teknologi dalam penggunaan mulsa.
Kenaikan harga bbm, industri pengolahan kentang belum berkembang, stabilitas politik
Staregi W-O : pengembangan usaha
dengan pemanfaatan bantuan modal, kerjasama pemasaran baik
dalam bentuk produk segar maupun olahan, intensifikasi teknologi
produksi dan informasi, membentuk koperasi petani.
dan memberikan usaha tani, penguasaan teknologi dan bantuan pemerintah.
Tersedidanya
informasi pasar, harga kopi yang stabil.
Tenaga penyuluh dan sarana, prasarana
Strategi WT : peningkatan modal usaha tani
melalui dukungan pemerintah
dengan mengadakan lembaga permodalan dan
menggalakan
penyuluhan yang dibutuhkan oleh petani kopi,
pembenahan teknologi yang sesuai untuk keperluan tenaga pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh
petani dalam rangka pengembangan usahatani.
10. Mohamad (2016)
Potensi lahan, pengalaman petani , adanya Gapoktan (poktan),
ketersediaan tenaga kerja.
Pendapatan petani rendah , keterbatasan modal , kualitas sumber daya manusia rendah, produksi rendah.
Adanya dukungan pemerintah , permintaan pasar , perkembangan teknologi , adanya penyuluh pertanian lapangan.
Adanya penetapan harga dari tengkulak, hama dan penyakit, sulit mengakses modal , kemitraan dengan swasta belum terbangun.
Startegi S-O : meningkatkan produksi dengan
menggunakan atau mengadopsi teknologi pertanian yang tepat, meningkatkan potensi lahan dan memanfaatkan bantuan pemerintah untuk
peningkatan produksi , melakukan
kerjasama/kemitraan dengan pihak industri atau
pemerintah untuk memperoleh pasar dan pengadaan saprodi.