• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cerpen ‘Tetangga Nenek’ menyuratkan sebuah pesan tentang pengorbanan seorang istri pada suaminya yang sakit. Perempuan ini bercerita banyak tentang bagaimana suaminya sewaktu masih sehat dan bagaimana ia merawat suaminya kini. Pengorbanan yang ia lakukan pada suaminya benar-benar membuat perempuan ini letih dan terkesan dia minta dikasihani.

Kesetiaannya dalam mendampingi suaminya ditampilkan sebagai suatu hal yang seharusnya patut mendapatkan apresiasi. Jika memang menjadi seorang yang setia adalah suatu keharusan, kenapa dia justru mengungkapkan hal ini dengan sebuah penekanan.

"Kalau bukan istri yang setia, tak bakalan aku melakukan ini semua," ucapnya pada tamu pengantar bingkisan yang telah menyebrangi halaman tergenang air tak ubahnya danau.

Perempuan itu yang menyalin pakaian lelaki itu, mencuci, mengeringkan dan memakaikan. Ia membasahi wajah suaminya agar terasa lebih segar. Ia yang menyuapi makanan dan menegukkan ai minum. Perempuan itu juga yang rela tidur di bawah pembaringan suami, meski kadang harus berbaring dengan kaki menggantung dan terbenam air, yang menyulap ranjang mereka laksana perahu dalam rumah.

78

Perempuan ini memang nampak membutuhkan apresiasi atas pengorbanan yang dia lakukan pada suaminya. Banyak hal ia lakukan untuk merawat suaminya dalam waktu yang terbilang lama. Munculnya narasi kenangan kebanggaan pada suaminya selama masih sehat itu menandakan kerinduannya di tengah kepenatannya merawat suaminya seorang diri.

Subjek pencerita dalam cerpen ini adalah tamu yang datang mengunjungi perempuan ini. Meskipun lebih banyak diam dan mendengarkan cerita dari tokoh istri, tetapi di akhir cerpen dapat diketahui bahwa kesimpulan atas cerita ini disampaikan melalui tokoh tamu.

Seperti diuraikan sebelumnya, ‘Tetangga Nenek’ dari si tamu, adalah topik penceritaan ini. Tokoh istri dalam hal ini meskipun bercerita banyak mengenai dirinya dan suaminya, justru dirinya adalah objek dari penceritaan ini. Dia bukanlah pencerita. Karena bukan dirinya yang memberikan penjelasan kepada pembaca mengenai maksud penceritaan, tetapi sang tamulah yang menjelaskan kepada pembaca perihal tokoh istri yang berusaha mengalihkan permasalahan hidupnya dengan bercerita tentang nenek dari tamu ini. Tidak hadirnya pendapat sang istri dalam kesimpulan kemudian berakibat pada tidak lengkapnya informasi yang didapat oleh pembaca. Teks cerpen ini pun tampil dengan kecenderungan mendukung pendapat dari tokoh tamu, sebagai subjek pencerita. Penilaian atas

"Dulu Bapak gagah perkasa dan bertugas di berbagai kota sebagai tentara," kenang perempuan itu di sisi sang suami, "Aku selalu mengikuti ke manapun ia pergi. Pindah-pindah dari daerah ke daerah tempatnya bertugas."

"Dua belas tahun kami hidup seperti ini. Dua belas tahun," perkataan perempuan itu meredup.

"Setiap hari akulah yang melakukan semua untuknya. Seandainya aku bukan istri yang setia…," ucapnya hendak berlinang air mata.

Aku tidak sanggup berkata apa-apa, memandang sumur belakang rumah yang kondisinya sungguh jauh berbeda dengan yang dikatakan perempuan itu. Lebih-lebih , air banjir telah menelan semua yang tumbuh dan berdiri di tanah, dihadapan kami berdiri memandang ke luar pintu.

Dalam kondisi banjir seluruh wilayah kota, tempat lelaki itu tergeletak ditemani istri dan dua kucingnya, makin terpencil. Nenekku sendiri sudah wafat hampir dua puluh tahun lewat…

79

objek cerita pun ditentukan oleh pencerita. Hal ini akhirnya menjadikan pembaca memposisikan diri sebagai tamu yang datang berkunjung.

Akibat bosan merawat suaminya, tokoh istri mencari penghiburan dengan mengalihkan pembicaraan. Kepada tamu yang datang berkunjung ia menceritakan kenangannya bersama nenek sang tamu. Seperti coba mengalihkan perasaan sedih dan kesepiaannya. Karena faktanya keadaan yang diceritakan oleh perempuan ini sangat jauh berbeda, nenek dari tamu pun telah lama meninggal dunia. Hal ini semakin memperjelas bahwa perempuan ini tidak ingin larut dalam kesedihan dan kebosanannya. Maksud cerita ini disampaikan bukan oleh dirinya tetapi oleh tamu yang datang berkunjung, maka pembaca pun hanya mengetahui hal ini dari sisi sang tamu. Karena pendapat dari perempuan ini tidak hadir dalam cerpen.

Akhirnya hal ini pun menimbulkan kerancuan pada kognisi dalam pembacaannya. Mengapa demikian? Di awal, perempuan ini panjang lebar menceritakan kisahnya merawat suami dengan tiba-tiba ia ganti menceritakan nenek dari tamu ini. Maksud dari peralihan pembicaraan yang dia lakukan, tidak dia sampaikan oleh pembaca. Narasi yang hadir tidak cukup lengkap memberikan

Aku, tamu perempuan itu, memandang dia dengan heran. Perempuan itu telah bangkit, ia berjalan membelah air,

menyisakan dan meninggalkan riak da gelombang kecil dalam rumah. Suaminya ditinggal sendiri di pembaringan atas.

Aku terpaksa berdiri basah kaki, berjalan mengikuti… membelah air sedalam lutut kaki. Aku menyusul sampai di belakng

perempuan itu, yang sudah berdiri di pintu setengah atas terbuka, memandang keluar, melintas kebun pisang dan pagar beluntas, melihat belakang rumah sebelah, yang dulu merupakan rumah tinggal nenekku, bersama kedua orangtuaku, bersama kakakku, dan aku yang masih kecil.

"Lihat Nak.. Kalian sedang main di air sumur nenekmu.."

Aku tidak sanggup berkata apa-apa, memandang sumur belakang rumah yang kondisinya sungguh jauh berbeda dengan yang dikatakan perempuan itu. Lebih-lebih , air banjir telah menelan semua yang tumbuh dan berdiri di tanah, dihadapan kami berdiri memandang ke luar pintu.

Dalam kondisi banjir seluruh wilayah kota, tempat lelaki itu tergeletak ditemani istri dan dua kucingnya, makin terpencil. Nenekku sendiri sudah wafat hampir dua puluh tahun lewat…

80

informasi kepada pembaca. Justru sang tamu yang kemudian menyampaikan hal tersebut kepada pembaca. Akibatnya, pembaca hanya mendapat informasi dari satu sisi saja.

Dokumen terkait