• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil

a. Karakteristik Remaja Jalanan tentang Kesehatan Reproduksi

Berdasarka tabel 5.1 diketahui bahwa dari 93 remaja jalanan yang menjadi responden ditemukan mayoritas remaja jalanan adalah remaja tengah (13-15 tahun) sebanyak 54 orang (58,1 %) dan minoritas remaja awal (10-12 tahun) sebanyak 15 orang (16,1 %). Hal ini dikaitkan dengan pendapat Mubarak (2007) yang menyatakan bahwa dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek psikis dan psikologis (mental) dimana taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.

Dilihat dari jenis kelamin mayoritas laki-laki sebanyak 78 orang (83,9 %) dan minoritas perempuan sebanyak 15 orang (16,1 %). Menurut asumsi peneliti hal ini disbabkan karena pada umumnya anak laki-lakilah yang paling banyak merantau untuk mengadu nasip, sehingga pada saat harapan tidak sesuai dengan keadaan yang mereka alami maka mereka menjadi gelandangan dan tidak memiliki cukup uang untuk kembali ke kota atau desa asal mereka.

Pada tingkat pendidikan ditemukan bahwa mayoritas remaja jalanan berpendidikan tidak tamat SD sebanyak 40 orang (43,0 %) dan minoritas berpendidikan SLTP sebanyak 14 orang (15,1 %). Menurut Mubarak (2007) pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap satu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, maka akan menghanbat perkembangan sikap seseorang terhadap pnerimaan informasi dan nilai-nilai baru yang diperkenalkan.

Sedangkan menurut pendapat Notoadmojo (2007) yang menyatakan konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Bertitik tolak dari konsep pendidikan tersebut, maka proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang masalah nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri menjadi mampu. Hal ini bertujuan untuk melihat bahwa semakin mudah dalam menyerap informasi serta ide-ide yang ada. Tingginya pendidikan seseorang diharapkan pada pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya untuk berperilaku hidup sehat.

Dilihat dari pekerjaan mayoritas remaja jalanan bekerja sebagai pengamen sebanyak 52 orang (45,2 %) dan minoritas bekerja sebagai tukang sapu sebanyak 11 orang (22,6 %). Menurut asumsi peneliti banyaknya remaja jalanan yang bekerja sebagai pengamen jalanan disebabkan karena faktor pendidikan mereka yang masih sangat rendah, sehingga tidak memungkinkan mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Menurut Mubarak (2007) lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seeorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Hal ini sesuai dengan pendapat Piaget (1980) bahwa lingkungan sosial dan pekerjaan dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan baik yang dialaminya sendiri ataupun orang disekelilingnya. Selain itu peran kelompok sebaya dalam suatu lingkungan remaja akan menjadi faktor yang utama dalam pekerjaan, pengalaman dan pengetahuan yang mereka peroleh.

b. Pengetahuan Remaja Jalanan tentang Kesehatan Reproduksi

Berdasarkan pertanyaan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja jalanan mayoritas menjawab salah pada pertanyaan nomor 14 tentang penyalahgunaan NARKOBA sebanyak 69 orang (74,2 %) dan pertanyaan nomor 1 tentang defenisi seksualitas sebanyak 57 orang (55,9 %). Masih banyaknya remaja jalanan yang menjawab salah disebabkan banyak faktor seperti kurangnya penyuluhan yang diberikan kepada remaja jalanan tentang penyalahgunaan NARKOBA secara spesifik, kurangnya pengawasan yang dilakukan terhadap kegiatan yang dilakukan remaja jalanan tersebut dan rentang waktu penyuluhan yang dilakukan oleh PKPA juga masih sangat jauh, hal ini sesuai dengan pernyataan dari PKPA bahwa penyuluhan remaja jalanan tentang kesehatan reproduksi terakhir dilakukan tahun 2007.

Sehingga pada tabel 5.3. dapat diamati bahwa pengetahuan remaja jalanan tentang kesehatan reproduksi mayoritas adalah berpengetahuan cukup sebanyak 58 orang (62,4 %) dan berpengetahuan kurang sebanyak 4 orang (4,3%).

Hal ini menandakan bahwa remaja jalanan belum mendapatkan pendidikan kesehatan reproduksi yang baik. Dimana pendidikan tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan formal dibangku sekolah, dan non formal dari lingkungan sekitar, teman sebaya, media massa dan pengalaman remaja tersebut di masa lalu.

Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun orang lain, media massa maupun lingkungan.

Menurut Piaget (1980) yang menyatakan bahwa pngetahuan remaja dapat dipengaruhi oleh kelompok teman sebaya, pengalaman, dan lingkungan sosial mereka. Dimana teman sebaya memiliki peranan lebih penting dalam pengetahuan karena remaja tersebut akan berorentasi terhadap pengetahuan yang dimiliki oleh teman sebaya dalam kelompok tersebut.

c. Sikap Remaja Jalanan tentang Kesehatan Reproduksi

Berdasarkan tabel 5.2. yang memuat hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa mayoritas remaja jalanan menjawab setuju (S) pada pernyataan nomor 11 tentang penderita HIV/AIDS yaitu 55 orang (59,1 %), yang menjawab ragu-ragu (RR) mayoritas pada pernyataan nomor 4 tentang mimpi basah yaitu 46 orang (49,5 %), dan yang menjawab tidak setuju (TS) mayoritas pada pernyataan nomor 13 tentang NARKOBA yang dapat menyelesaikan masalah yaitu 68 orang (67,7 %). Menurut asumsi penulis remaja jalanan memiliki sikap positif karena mereka beradaptasi terhadap sosial budaya, pengalaman diri sendiri maupun pengalaman sekitarnya dan adaptasi terhadap keadaan yang diharapkan dengan keadaan yang sebenarna, selain itu mereka juga pernah mendapat

penyuluhan dari PKPA mengenai kesehatan reproduksi dimana penyuluhan tersebut terakhir dilakukan pada tahun 2007.

Pada tabel 5.3. dapat diamati bahwa kesimpulan sikap remaja jalanan tentang kesehatan reproduksi mayoritas adalah bersikap positif sebanyak 73 orang (78,5 %) dan bersikap negatif sebanyak 20 orang (21,5 %).

Menurut Hurlock (1980) perilaku dan sikap remaja di pengaruhi oleh kelompok sebaya, dimana pengetahuan sebagai salah satu bagian dari perilaku ini didapatkan dari pendidikan . Sedangkan pendidikan dipengaruhi oleh minat remaja terhadap pendidikan dan penerimaan teman sebayanya dalam satu kelas. (Triswan. 2000.hlm. 3).

Sedangkan menurut Sigmund freud (1917, dalam John W.Santrock, 2003, hlm. 42), ego adalah struktur kepribadian yang berfungsi menghadapi tuntutan realitas, dimana ego akan membuat keputusan rasional dalam bersikap positif ataupun negatif saat dihadapkan pada realitas yang ada tanpa memikirkan sesuatu itu benar ataupun salah.

2. Keterbatasan Penelitian

Pada saat mengumpulkan data peneliti belum mampu menciptakan suasana yang tenang sehingga konsentrasi responden saat mengisi kuesioner sangat terganggu dan terburu-buru karena harus diselingi dengan pekerjaan responden.

Dokumen terkait