PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA JALANAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI KOTA MEDAN
TAHUN 2011
EMI BR BARUS 105102022
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011
EMI BR. BARUS
Pengetahuan dan Sikap Remaja Jalanan tentang Kesehatan Reproduksi
di Kota Medan
ix + 50 hal + 1 skema + 5 tabel + 9 lampiran
Di negara berkembang, jutaan anak hidup dan bekerja di jalanan, dan banyak diantara mereka yang terlibat dalam “seks demi bertahan hidup “ (survival sex) dimana mereka menukar seks untuk memperoleh makanan, uang, jaminan keamanan maupun obat-obatan terlarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja jalanan tentang kesehatan reproduksi, dengan menggunakn desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional, penentuan jumlah sampel penelitian tehnik purposive sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 93 orang remaja jalanan. Pengumpulan data dilakukan mulai 12 Februari sampai 28 Maret 2011 dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari tiga bagian yaitu yang pertama mengenai karakteristik, bagian kedua mengenai pengetahuan dan ketiga mengenai sikap remaja jalanan tentang kesehatan reproduksi. Dari analisis data dapat diketahui bahwa mayoritas umur responden adalah remaja tengah (13-15) yaitu 54 orang (54,0 %), jenis kelamin mayoritas laki-laki yaitu 78 orang (83,9%), pendidikan responden mayoritas tidak tamat SD yaitu 40 orang (43,0 %), pekerjaan mayoritas 52 orang (45,2 %), pertanyaan pengetahuan mayoritas responden menjawab benar pada soal nomor 2 dan 5 yaitu 81 orang (87,1%), pengetahuan mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 58 orang (62,4 %), pernyataan sikap mayoritas menjawab setuju (S) pada pernyataan nomor 14 yaitu 49 orang (74,2 %)11, ragu-ragu (RR) pada pernyataan nomor 4 yaitu 46 orang (49,5 %), tidak setuju pada pernyataan nomor 13 yaitu 69 orang (67,7 %), sedangkan mayoritas sikap responden positif yaitu 73 orang (78,5 %). Dari hasil penelitian ini diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti secara lebih spesifik terhadap variabel dari sisi korelasi, agar dapat dilihat hubungan pengetahuan dan sikap remaja jalanan tentang kesehatan reproduksi.
Daftar Pustaka : 26 (1980-2010)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan kepada peneliti untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul
“Pengetahuan dan Sikap Remaja Jalanan tentang Kesehatan Reproduksi di kota Medan Tahun
2011”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk
menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar SST di Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara Medan.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini telah banyak dapat bantuan, bimbingan dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Medan.
2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S. Kep, NS, M. Kep sebagai Ketua Program D-IV Bidan Pendidik
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing akademik
peneliti sekaligus penguji II yang telah memberikan masukan dan saran pada Karya Tulis
Ilmiah ini.
3. dr. Ichwanul Adenin, Sp.OG (k) selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah peneliti yang
penuh keikhlasan dan kesabaran memberikan arahan, bimbingan dan ilmu yang bermanfaat
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. dr. Isti Ilmiati Fujianti, M.Sc (CM-FM), selaku penguji I yang telah memberikan arahan dan
saran pada Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Ibu Dina Indarsita, SST, S.Pd, M.Kes yang sudah berkenan untuk melakukan Content Validity
pada kuesioner penelitian ini.
6. PKPA (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak) dan PIKIR (Pusat Informasi Kesehatan
Reproduksi dan Gender) yang sudah berkenan membantu peneliti selama penelitian
berlangsung.
7. Seluruh dosen pengajar D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara Medan yang telah banyak mendidik peneliti selama proses perkuliahan dan staf non
akademik yang membantu memfasilitasi secara administrasi.
8. Terima kasih kepada Ayahanda J. Barus dan Ibunda N. Br. Saragih, kakak beserta
abang-abang tercinta, yang senantiasa mendoakan dan memberi motivasi selama menjalani
pendidikan.
9. Remaja jalanan yang telah bersedia berpartispasi menjadi responden selama proses penelitian
berlangsung .
10. Rekan – rekan mahasiswa Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara dan semua pihak yang telah memberikan dukungan pada penulis dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik isi maupun susunannya, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang dapat membangun kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Medan, Juni 2011
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGHANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR SKEMA ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
1. Tujuan Umum ... 3
2. Tujuan khusus ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) ... 5
1. Definisi ... 5
2. Tingkat Pengetahuan ... 6
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 7
B. Sikap (Attitude) ... 9
1. Definisi ... 9
2. Tingkatan Sikap ... 9
3. Skala Sikap... 10
C. Remaja ... 10
1. Definisi Remaja ... 10
2. Ciri-ciri Masa Remaja ... 11
3. Pertumbuhan Remaja ... 14
C. Homeless ... 18
1. Definisi ... 18
2. Penyebab terjadinya Homeless ... 18
3. Dampak Homeless ... 19
D. Kesehatan Reproduksi Remaja ... 20
1. Seksualitas ... 20
2. HIV/AIDS ... 21
3. NAPZA ... 24
BAB III KERANGKA PENELITIAN A. Kerangka Konsep ... 28
B. Defenisi Operasional ... 29
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 31
B. Populasi dan Sampel ... 31
1. Populasi ... 31
2. Sampel ... 31
C. Tempat Penelitian ... 32
D. Waktu Penelitian ... 33
F. Alat Pengumpulan Data ... 34
1. Instrumen Penelitian ... 34
2. Aspek Pengukuran ... 34
G. Uji Validitas dan Uji reliabilitas ... 36
1. Uji Validitas ... 36
2. Uji Reliabilitas ... 36
H. Prosedur Pengumpulan Data ... 37
I. Analisis Data ... 38
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39
1. Karakteristik Demografi Remaja Jalanan ... 39
2. Distribusi Karakteristik Pertanyaan dan Kategori Pengetahuan ... 40
3. Distribusi Karakteristik Pernyataan dan Kategori Sikap ... 42
B. Pembahasan ... 43
1. Interpretasi dan Diskusi Hasil 2. Keterbatasan Penelitian ... 47
3. Implikasi Kepada Pelayanan Kebidanan... 48
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 49
B. Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Sebaran Karakteristik Demografi Remaja Jalanan ... 40
Tabel 5.2. Distribusi Remaja Jalanan Berdasarkan Karakteristik Pertanyaan
Pengetahuan... 41
Tabel 5.3. Distribusi Remaja Jalanan Berdasarkan Kategori Pengetahuan ... 41
Tabel 5.4. Distribusi Remaja Jalanan Berdasarkan Karakeristik Pernyataan
Sikap... 42
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Kerangka Konsep ... 28
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Formulir Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 2 : Lembar Kuesioner
Lampiran 3 : Surat Persetujuan Content Validity
Lampiran 4 : Surat Pernyataan Editor Bahasa Indonesia
Lampiran 5 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian Dari Fakultas Keperawatan USU
Lampiran 7 : Surat Balasan Izin Penelitian Dari PKPA (Pusat Kajian dan
Perlindungan Anak)
Lampiran 8 : Curiculum Vitae
ABSTRAK
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011
EMI BR. BARUS
Pengetahuan dan Sikap Remaja Jalanan tentang Kesehatan Reproduksi
di Kota Medan
ix + 50 hal + 1 skema + 5 tabel + 9 lampiran
Di negara berkembang, jutaan anak hidup dan bekerja di jalanan, dan banyak diantara mereka yang terlibat dalam “seks demi bertahan hidup “ (survival sex) dimana mereka menukar seks untuk memperoleh makanan, uang, jaminan keamanan maupun obat-obatan terlarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja jalanan tentang kesehatan reproduksi, dengan menggunakn desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional, penentuan jumlah sampel penelitian tehnik purposive sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 93 orang remaja jalanan. Pengumpulan data dilakukan mulai 12 Februari sampai 28 Maret 2011 dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari tiga bagian yaitu yang pertama mengenai karakteristik, bagian kedua mengenai pengetahuan dan ketiga mengenai sikap remaja jalanan tentang kesehatan reproduksi. Dari analisis data dapat diketahui bahwa mayoritas umur responden adalah remaja tengah (13-15) yaitu 54 orang (54,0 %), jenis kelamin mayoritas laki-laki yaitu 78 orang (83,9%), pendidikan responden mayoritas tidak tamat SD yaitu 40 orang (43,0 %), pekerjaan mayoritas 52 orang (45,2 %), pertanyaan pengetahuan mayoritas responden menjawab benar pada soal nomor 2 dan 5 yaitu 81 orang (87,1%), pengetahuan mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 58 orang (62,4 %), pernyataan sikap mayoritas menjawab setuju (S) pada pernyataan nomor 14 yaitu 49 orang (74,2 %)11, ragu-ragu (RR) pada pernyataan nomor 4 yaitu 46 orang (49,5 %), tidak setuju pada pernyataan nomor 13 yaitu 69 orang (67,7 %), sedangkan mayoritas sikap responden positif yaitu 73 orang (78,5 %). Dari hasil penelitian ini diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti secara lebih spesifik terhadap variabel dari sisi korelasi, agar dapat dilihat hubungan pengetahuan dan sikap remaja jalanan tentang kesehatan reproduksi.
Daftar Pustaka : 26 (1980-2010)
Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Remaja Jalanan, Kesehatan Reproduksi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuh dewasa tidak pernah mudah. Namun masa remaja tidak bisa diartikan
sebagai saat pemberontakan, krisis, penyakit, dan penyimpangan. Visi yang jauh lebih
akurat mengenai masa remaja digambarkan sebagai waktu untuk evaluasi, pengambilan
keputusan, komitmen, dan mencari tempatnya di dunia (Samuel. 2003.hlm. 8).
Kebanyakan problema yang dihadapi kawula muda dewasa ini bukanlah dengan
kaum muda itu sendiri. Yang dibutuhkan para remaja adalah akses terhadap berbagai
peluang yang tepat dan dukungan jangka panjang dari orang dewasa yang sangat
menyayangi mereka (Samuel. 2003.hlm. 8).
Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya berbagai
kesempatan, dan seringkali menghadapi resiko-resiko kesehatan reproduksi. Kebutuhan
akan peningkatan pelayanan kesehatan dan sosial terhadap remaja semakin menjadi
perhatian di seluruh penjuru dunia (Triswan. 2000.hlm. 1).
Di negara berkembang, jutaan anak hidup dan bekerja di jalanan, dan banyak
diantara mereka yang terlibat dalam “seks demi bertahan hidup “ (survival sex) dimana
mereka menukar seks untuk memperoleh makanan, uang, jaminan keamanan maupun
obat-obatan terlarang (Triswan. 2000.hlm. 3).
Sebuah survei di Guatemala City menemukan bahwa 40% dari 143 anak jalanan
yang disurvei melakukan hubungan seks pertama dengan orang yang tidak mereka kenal
; semua pernah berhubungan seks demi uang, semua pernah dianiaya secara seksual,
Resiko remaja untuk tertular HIV/AIDS juga meningkat. Perkiraan terakhir
memperhitungkan bahwa 40% dari infeksi HIV/AIDS terjadi pada kaum muda berusia
15-24 tahun, 7.000 dari 16.000 kasus infeksi baru yang terjadi setiap hari (Triswan.
2000.hlm. 2).
Remaja Indonesia dewasa ini nampak lebih bertoleransi terhadap gaya hidup
seksual pranikah. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh berbagai institusi di
indonesia selama kurun waktu 1994-2002, menemukan bahwa 5-10% wanita dan
18-38% pria muda telah melakukan hubungan seksual pranikah dengan pasangan yang
seusia mereka. Temuan-temuan tersebut mengidentifikasikan bahwa 5-10% pria muda
usia 14-24 tahun yang tidak atau belum menikah telah melakukan aktifitas seksual yang
beresiko (Suryoputro et al. 2006.hlm. 30).
Kurangnya pengetahuan tentang biologi dasar pada remaja mencerminkan
kurangnya pengetahuan tentang resiko yang berhubungan dengan tubuh mereka dan cara
menghindarinya. Demikian juga halnya dengan pengetahuan mereka tentang masa subur
dan resiko kehamilan (Pinem. 2009.hlm. 306).
Menurut Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 2010 jumlah remaja laki-laki
204.272 jiwa dan perempuan 202.058 jiwa. Sedangkan penelitian awal yang dilakukan
di PKPA (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak) di kota Medan Tahun 2010 menunjukan
jumlah seluruh anak jalanan 501 orang, dimana jumlah Children on The Street sebanyak
373 orang dan Children of The Street 128 orang. Dari 128 jumlah Children of The Street
1 orang diantaranya adalah anak-anak, 122 orang adalah remaja, dan 5 orang diantaranya
Dari survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 18 Oktober 2010
di lampu merah simpang kampus USU Medan ternyata dari 5 orang remaja jalanan
yang diamati, 2 diantaranya membawa zat adiktif (lem kambing) dan dihirup secara
bergantian, selain itu mereka kerap memperagakan perilaku seks menyimpang terhadap
sesama teman.
Dari latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti “Pengetahuan dan Sikap
Remaja Jalanan tentang Kesehatan Reproduksi di Medan Tahun 2011”.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang dapat diambil adalah
bagaimana “Pengetahuan dan Sikap Remaja Jalanan tentang Kesehatan Reproduksi di
Medan Tahun 2011”.
C.Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja jalanan tentang kesehatan
reproduksi di Medan Tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik responden.
b. Untuk mengetahui pengetahuan remaja jalanan tentang kesehatan reproduksi di
Medan Tahun 2011.
c. Untuk mengetahui sikap remaja jalanan tentang kesehatan reproduksi di Medan
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pendidikan Kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
kebidanan khususnya kesehatan reproduksi.
2. Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber imformasi dan sumber acuan
bagi peneliti berikutnya yang akan meneliti tentang pengetahuan dan sikap
remaja jalanan tentang kesehatan reproduksi.
3. Bagi PKPA (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak ) dan PIKIR (Pusat Kajian
Kesehatan Reproduksi dan Gender) di kota Medan
Sebagai penelitian awal dan bahan refrensi diperpustakaan serta bahan masukan
dalam meningkatkan kesejahteraan kesehatan reproduksi remaja jalanan kota
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan (Knowledge) 1. Definisi
Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil pengguaan
panca indranya dan berbeda dengan kepercayaan (beliefes), takhayul (superstition), dan
penerangan-penerangan yang keliru (misinformation) (Soekanto, 2003, hlm. 8).
Pengetahuan (Knowledge) juga diartikan sebagai hasil penginderaan manusia
atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung
dan sebagainya), dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan
pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek (Notoatmodjo. 2007.hlm. 140).
Menurut Roger (1974, dalam Notoatmodjo, 2003, hal. 139) mengatakan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses
yang berurutan, yakni : 1). Awarness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari
dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. 2). Interest, yakni orang yang
mulai tertarik pada stimulus. 3). Evaluation, menimbang-nimbang baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya. 4). Trial ,orang yang telah mencoba perilaku baru.
5). Adoption,yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran,
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang
berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatus (Notoatmodjo. 2010.hlm. 27).
Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain :
menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya
(Notoatmodjo. 2007.hlm. 140-141).
b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan
secara benar tentang objek yang diketahui tersebut (Notoatmodjo. 2010.hlm. 27-28).
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek yang dimaksud
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui tersebut pada
situasi yang lain (Notoatmodjo. 2010.hlm. 28 ).
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, dan
mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau
analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau mengelompokan,
membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut (Notoatmodjo.
2010.hlm. 28).
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang
dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang telah ada (Notoatmodjo. 2010.hlm. 28).
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri. (Notoatmodjo. 2010.hlm. 29).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Mubarak (2007, hlm. 30) “ ada tujuh faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang, yaitu :
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain
terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin
tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada
akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang
tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang
b. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
c. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek
psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori
perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan
timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek
psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.
d. Minat
Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.
Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dab menekuni suatu hal dan pada akhirnya
diperoleh pengetahuan yang lebih dalam.
e. Pengalaman
Adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang baik seseorang akan
berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut
menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam emosi
sehingga menimbulkan sikap positif.
f. Kebudayaan
Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah mempunyai
budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat
g. Informasi
Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang
untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
B. Sikap (attitude) 1. Definisi
Menurut Maramis (2006, hlm, 254) sikap merupakan bentuk respon atau
tindakan yang memiliki nilai positif dan negatif terhadap suatu objek atau orang yang
disertai dengan emosi.
Sikap adalah juga diartikan sebagai respon tertutup seseorang terhadap stimulus
atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya)
(Notoatmodjo. 2010.hlm. 29).
2. Tingkatan Sikap
Sepertinya halnya dengan pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat
berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau menerima stimulus yang
diberikan (objek) (Notoatmodjo. 2010.hlm. 30).
b. Menanggapi (responding)
Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
c. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai positif terhadap
objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau
mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon (Notoatmodjo. 2010.hlm. 31).
d. Bertanggung Jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingakatnya adalah bertanggunga jawab terhadap apa
yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan
keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang
mencemoohkan atau ada resiko lain (Notoatmodjo. 2010.hlm. 31).
3. Skala Sikap
Sikap dapat diukur dengan mengguanakan Skala Likert. Skala Likert
merupakan metode pelaksanaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi
responden sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Kelompok uji coba ini
hendaknyamemiliki karakteristik yang semirip mungkin dengan karakteristik individu
yang hendak diungkapkan sifatnya. Skala Likert dipergunakan untuk mengukur sikap
yang terdiri dari komponen sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju
(Arikunto, 2006, hlm. 148).
C. Remaja
1. Definisi Remaja
Piaget (121 dalam Hurlock, 1980, hal. 206) mengatakan bahwa “remaja atau
“adolescence”(Inggris), berasal dari bahasa latin “adolelescere” yang berarti “tumbuh “
atau tumbuh menjadi dewasa, yang memiliki arti yang sangat luas, mencakup
Masa remaja (10-19 tahun) merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak
kemasa dewasa dimana terjadi perubahan fisik, mental dan psikososial yang cepat dan
berdampak pada berbagai aspek kehidupan selanjutnya (Sibagariang, Pusmaika &
Rismalinda. 2010.hlm. 199).
Masa remaja dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu masa remaja awal (10-12 tahun),
masa remaja tengah (13-15 tahun) dan masa remaja akhir (16-19 Tahun)
2. Ciri-ciri masa remaja
Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang kehidupan,
masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode
sebelum daan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting
Pada masa remaja disebut periode penting karena pada masa ini terdapat
periode yang akibatnya langsung terhadap sikap dan perilaku serta ada juga akibatnya
yang dalam jangka panjang (Hurlock. 1980.hlm. 207).
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Masa remaja merupakan masa peralihan karena pada masa ini anak-anak
harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat “kekanak-kanakan” dan juga harus
mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang
sudah ditinggalkan. Namun perlu disadari bahwa apa yang telah terjadi akan
meninggalkan bekasnya dan akan mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan
tingkat perubahan fisik. Ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku
dan sikap juga berlangsung pesat dan demikian sebaliknya.
Ada lima perubahan yang sama dan hampir bersifat universal. Pertama,
meningginya emosi, yang intensitasnya tergantung pada perubahan fisik dan psikologis
yang terjadi. karena perubahan emosi biasanya terjadi lebih cepat selama masa remaja,
maka meningginya emosi lebih menonjol pada akhir masa remaja.
Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok
sosial untuk dipesankan membuat masalah baru. Remaja akan tetap merasa ditumbuhi
masalah sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasanya.
Keempat, dengan berubahnya minat dan peran maka nilai-nilai juga berubah.
Apa yang dimasa kanak-kanak dianggap penting, sekarang setelah hampir dewasa tidak
penting lagi.
Kelima, sebagian besar remaja bersifat embivalen terhadap perubahan, mereka
menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut untuk bertanggunga
jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk mengetasi tanggung
jawab tersebut (Hurlock. 1980.hlm. 207).
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Ada dua masalah pada masa remaja antara lain : pertama, sepanjang masa
kanak-kanak masalah mereka sering diselesaikan oleh orang tua dan guru sehingga
remaja tersebut kurang pengalaman dalam menyelesaikan masalah. Kedua, remaja
merasa dirinya mandiri sehingga mereka sering menolak bantuan dari orang lain dalam
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Seperti yang di jelaskan oleh Erikson (42, dalam Hurlock, 1980, hal. 208)
bahwa “identitas diri remaja yang dicari berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya,
apa peranannya dalam masyarakat. Apakah dia seorang anak atau seorang dewasa?
Apakah ia mampu percaya diri sekalipun latar belakang ras atau agama atau nasionalnya
membuat beberapa orang merendahkannya? Secara keseluruhan, apakah dia akan
berhasil atau gagal?.
Selanjutnya Erikson juga menjelaskan bagaimana pencarian identitas ini
mempengaruhi perilaku remaja.
Dalam usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan yang baru, para
remaja harus memperjuangkan kembali perjuangan tahun-tahun lalu meskipun untuk
melakukannya mereka harus menunjuk secara artifisial orang-orang yang baik hati untuk
berperan sebagai musuh, dan mereka selalu siap untuk menempatkan idola dan ideal
mereka sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir. Identifikasi yang sekarang
terjadi dalam bentuk identitas ego adalah lebih dari sekedar penjumlahan identifikasi
masa kanak-kanak (Hurlock. 1980.hlm. 208).
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip budaya dalam remaja adalah anak-anak yang tidak rapih,
yang tidak dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan
orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut
bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
Adanya pandangan yang buruk orang dewasa terhadap remaja membuat peralihan ke
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Dengan bertambahnya pengalaman pribadi dan sosial, dan meningkatnya
kemampuan berpikir rasional, remaja yang lebih bebas memandang dirinya sendiri,
keluarga, teman-teman dan kehidupan pada umumnya secara realistik. Dengan demikian
remaja tidak lagi mengalami banyak kekecewaan seperti masih saat muda (Hurlock.
1980.hlm. 208-209).
h. Masa remaja sebagai masa diambang masa dewasa
Remaja mulai memusatkan dirinya diri pada perilaku yang dihubungkan
dengan status orang dewasa, yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan
obat-obatan dan terlibat perbuatan seks (Hurlock. 1980.hlm. 209).
3. Pertumbuhan Remaja
Pada masa remaja itu, terjadilah suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai banyak
perubahan, termasuk didalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual)
sehingga tercapai kematangan yang ditunjukan dengan kemampuan melaksanakan
fungsi reproduksi (Widyastuti, Rahmawati & Purwaningrum. 2009.hlm. 14).
Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-tanda
sebagai berikut :
a. Tanda-tanda Seks Primer
1) Pada Laki-laki, terjadinya mimpi basah.
Mimpi basah adalah pengalaman yang normal bagi semua remaja laki-laki,
secara alamiah sperma akan keluar saat tidur, sering pada saat mimpi basah tentang seks,
laki-laki ejakulasi. Ejakulasi terjadi karena sperma, yang terus menerus di produksi, perlu
dikeluarkan (Muadz. 2008.hlm. 52).
Sperma yang telah di produksi akan dikeluarkan dari testis melalui saluran vas
deferens kemudian berada dalam cairan mani yang telah ada di vesicula seminalis.
Sperma di simpan dalam kantung mani, jika penuh akan secara otomatis keluar. Mimpi
basah umumnya terjadi secara periodik, berkisar setiap 2-3 minggu (Muadz. 2008.hlm.
52).
2) Pada Perempuan, terjadinya haid yang pertama (menarche)
Menstruasi adalah jika sel telur yang dilepaskan pada saat ovulasi tidak dibuahi,
maka endometrium akan meluruh dan terjadilah proses menstruasi (Sibagariang,
Pusmaika & Rismalinda. 2010.hlm. 73).
Menstruasi dimulai saat pubertas, berhenti saat hamil atau menyusui, dan
berakhir saat menopause, ketika seorang perempuan berumur sekitar 40-50 tahun. Di
indonesia, menopause terjadi rata-rata diatas 50 tahun (Muadz. 2008.hlm. 53).
Ovarium bayi perempuan yang baru lahir mengandung ratusan ribu sel telur,
tetapi belum berfungsi. Ketika pubertas, ovariumnya mulai berfungsi dan terjadi
menstruasi. Dalam satu siklus dinding rahim menebal sebagai persiapan jika terjadi
kehamilan (akibat produksi hormon oleh ovarium) (Muadz. 2008.hlm. 53).
Sel telur akan matang akan berpotensi untuk di buahi oleh sperma hanya dalam
24 jam. Bila ternyata tidak terjadi pembuahan, telur akan mati dan terjadilah perubahan
pada komposisi kadar hormon yang akhirnya membuat dinding rahim tadi akan meluruh
b. Tanda-tanda Seks Sekunder
1) Rambut
Rambut yang mencolok tumbuh pada masa remaja adalah rambut kemaluan,
pada pria terjadi sekitar satu tahun setelah testes dan penis mulai membesar. Ketika
rambut kemaluan hampir selesai tumbuh, maka menyusul rambut ketiak dan rambut di
wajah, seperti halnya kumis dan cambang (Widyastuti, Rahmawati & Purwaningrum.
2009.hlm. 15).
Sedangkan pada wanita, tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul
dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak
setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya,
kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting (Widyastuti,
Rahmawati & Purwaningrum. 2009.hlm. 15-16).
2) Kulit
Pada laki-laki kulit lebih kasar, lebih tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi
berbeda dengan kulit wanita walaupaun sama dengan laki-laki tetapi kulit wanita tetap
lebih lembut jika dibandingkan dengan laki-laki (Widyastuti, Rahmawati &
Purwaningrum. 2009.hlm. 16).
3) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat
Kelenjar lemak di bawah kulit menjadi lebih aktif. Sering kali menyebabkan
jerawat karena produksi minyak meningkat. Aktivitas kelenjar keringat juga bertambah,
terutama bagian ketiak. Pada wanita baunya menusuk sebelum dan selama haid
4) Otot
Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat. Akibatnya akan
membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki (Widyastuti, Rahmawati & Purwaningrum.
2009.hlm. 15-16).
5) Suara
Seirama dengan bertumbuhnya rambut pada kemaluan, maka terjadi perubahan
suara. Mula-mula serak , kemudian volumenya juga meningkat berbeda dengan wanita,
suara serak jarang terjadi biasanya suara akan berubah menjadi merdu (Widyastuti,
Rahmawati & Purwaningrum. 2009.hlm. 15-16).
6) Pinggul
Pinggulpun menjadi berkembang membesar dan membulat. Hal ini sebagai
akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak dibawah kulit
(Widyastuti, Rahmawati & Purwaningrum. 2009.hlm. 16).
7) Payudara
Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting susu
menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin
besarnya kelenjar susu sehingga peyudara menjadi lebih besar dan lebih bulat
D. Homeless 1. Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995, dalam Sibagariang, Pusmaika &
Rismalinda, 2010, hal. 206) “Homeless adalah orang yang bergelandangan, orang yang
tidak tentu tempat kediamannya dan pekerjaannya”.
Children of the Street (anak-anak yang tumbuh dari jalanan), yaitu anak-anak yang
berada di jalanan (living and working in the street), tidak punya rumah (Homeless), dan
jarang bahkan tidak pernah kontak dengan keluarga (Rohman, et al, 2000: 5).
2. Penyebab terjadinya Homeless
a. Bencana alam dan penggusuran
b. Transmigrasi yang gagal
Masyarakat berbondong-bondong pergi kedaerah yang menurut mereka akan
membuat perubahan hidup. Karena tidak mampu bersaing di kota besar dan tidak punya
uang untuk kembali kekampungnya akhirnya menjadi pengemis, gelandangan, bahkan
ada yang menjadi gila (Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda. 2010.hlm. 206).
c. Keluarga (broken home)
Orang tua yang bercerai, terhimpit masalah ekonomi, terlibat tindak kriminalitas,
dan asusila menyebabkan anak-anak tidak tahan terhadap keadaan yang mereka alami
sehingga kabur dari rumah dan menjadi gelandangan (Sibagariang, Pusmaika &
Rismalinda. 2010.hlm. 206).
d. Pendidikan yang minim dan sempitnya lapangan pekerjaan.
Di era globalisasi dengan kemajuan IPTEK dan persaingan semakin ketat,
mampu menghadapi persaingan tersebut sehingga semakin terpuruk ekonominya dan
tidak menutup kemungkinan mereka akan menjadi tuna wisma (Sibagariang, Pusmaika
& Rismalinda. 2010.hlm. 206).
3. Dampak Homeless a. Diskriminasi
Seorang tuna wisma dianggap tidak berharga, penggangu dan kriminal oleh
masyarakat (Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda. 2010.hlm. 207).
b. Kehidupan yang tidak sehat
Kehidupan jalanan yang tak layak huni, tidak memperhatikan lingkungan,
bahkan dirinya sendiri kurang diperhatikan. Makanan yang dimakan tidak mencukupi
gizinya untuk kesehatan (Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda. 2010.hlm. 207).
c. Meningkatkan kriminalitas dan memperburuk tatanan kota.
Karena tidak mempunyai pekerjaan tetap, untuk mencukupi kebutuhan, mereka
terpaksa melakukan cara yang haram seperti mencuri (Sibagariang, Pusmaika &
Rismalinda. 2010.hlm. 207).
d. Kehamilan yang tidak diinginkan.
Bagi wanita yang homeless merupakan resiko yang sangat tinggi untuk
mengalami beberapa kasus perkosaan atau pelecehan seksual yang pada akibatnya
terjadi kehamilan yang tidak dikehendaki (Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda.
E. Kesehatan Reproduksi Remaja
Menurut Widyastuti, Rahmawati dan Purwaningrum(2009, hlm. 1) “Kesehatan
Reproduksi adalah keadaan kesejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan
dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya”.
Ruang lingkup Kesehatan Reproduksi Remaja (Triad KRR) terbagi atas 3 antara
lain sebagai berikut :
1. Seksualitas
Dalam kamus bahasa indonesia seks berarti jenis kelamin. Dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan jenis kelamin disebut seksualitas. Perilaku seksual adalah segala
tindakan yang bisa diamati berupa tindakan seksual terhadap orang lain atau dirinya
sendiri, mengungkapkan diri secara seksual atau cara bicara dan bertindak (Sibagariang,
Pusmaika & Rismalinda. 2010.hlm. 208).
Kelainan perilaku seksual (sexsual disorders) adalah kecenderungan seseorang
untuk memperoleh kepuasan seksual melalui tingkah laku tertentu. Misalnya, sadisme
(memperoleh kepuasan seksual dengan melukai atau menyiksa pasangannya (Muadz.
2008.hlm. 49-50).
Tujuan seksualitas secara umum meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia,
secara khusus adalah untuk prokreasi (menciptakan atau meneruskan keturunan) dan
rekreasi (memperoleh kenikmatan biologis/seksual) (Sibagariang, Pusmaika &
Adapun konsekwensi hubungan seksualitas adalah KDT (Kehamilan Tak
Diinginkan), aborsi dan Infeksi Menular Seksual (PMS).
2. HIV/AIDS
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menurunkan
sampai merusak kekebalan tubuh manusia. Setelah beberapa tahun jumlah virus semakin
banyak sehingga sistem kekebalan tubuh tidak lagi mampu melawan penyakit yang
masuk. Ketika individu sudah tidak lagi memiliki kekebalan tubuh maka semua penyakit
dapat dengan mudah masuk kedalam tubuh (Muadz. 2008.hlm. 74).
Selanjutnya AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome
atau kumpulan dari berbagai gejala penyakit akibat turunya kekebalan tubuh individu
akibat HIV (Muadz. 2008.hlm. 72).
a. Fase-fase AIDS
Untuk sampai pada fase AIDS seseorang yang telah terinfeksi HIV akan melewati
beberapa fase, antara lain :
1) Fase Pertama
Pada awal terinfeksi ciri-cirinya belum dapat dilihat meskipun yang
bersangkutan melakukan tes darah, karena pada fase ini system antibodi terhadap HIV
belum terbentuk, tetapi yang bersangkutan sudah dapat menulari orang lain. Masa ini
2) Fase Kedua
Fase ini berlangsung lebih lama sekkitar 2-10 tahun setelah terinfeksi HIV.
Pada fase kedua orang ini sudah HIV positif dan belum menampakan gejala-gejala sakit,
tetapi sudah dapat menularkan pada orang lain (Muadz. 2008.hlm. 77).
3) Fase Ketiga
Pada fase ketiga muncul gejala-gejala awal penyakit yang disebut dengan
penyakit yang terkait dengan HIV (Muadz. 2008.hlm.77).
Tahap ini belum dapat disebut dengan gejala AIDS. Gejala-gejala yang
berkaitan dengan infeksi HIV antara lain, keringat berlebihan pada waktu malam, diare
terus menerus, pembekakan kelenjar getah bening, flu tidak sembuh-sembuh, nafsu
makan berkurang, lemah, dan berat badan terus berkurang (Muadz. 2008.hlm. 77).
4) Fase Keempat
Fase keempat sudah masuk pada tahap AIDS. Sampai saat ini belum ada
obat-obatan yang dapat menghilangkan HIV dari dalam tubuh. Obat-obat-obatan yang selama ini
digunakan menahan perkembangan virus (Muadz. 2008.hlm. 77).
b. Cara Penularan
Syarat utama yang harus dipenuhi dalam penularan HIV untuk bisa masuk ke
dalam tubuh melalui aliran darah, bisa berbentuk luka, pembuluh darah maupun lewat
membrane mukosa (selaput lendir) Media penularan HIV/AIDS hanya pada darah, cairan
sperma dan cairan vagina (Muadz. 2008.hlm. 75).
HIV/AIDS dapat ditularkan melalui hubungan seksual yang tidak aman (tidak
menggunakan kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV, penggunaan jarum
secara bersama-sama dan sebelumnya telah digunakan oleh orang yang terinfeksi HIV,
melalui transfusi darah yang terinfeksi HIV dan ibu hamil yang terinfeksi HIV akan
menularkan pada anak yang di kandungannya pada saat, antenatal (saat hamil) yaitu
melalui plasenta, intranatal (persalinan) yaitu bayi terpapar darah ibu atau cairan vagina
dan postnatal (nifas) yaitu melalui air susu ibu (Muadz. 2008.hlm. 76).
c. Pemeriksaan/Test HIV/AIDS
Seseorang tidak akan diketahui apakah dia terinfeksi HIV/AIDS atau tidak, tanpa
melakukan tes HIV/AIDS lewat contoh darah. Untuk tes antibodi HIV, yang biasa
dilakukan diantaranya yaitu : tes Elisa, Rapid Test dan Test Western Blot (Muadz.
2008.hlm. 83) .
d. Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja
1) Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Yang di tekankan disini
yaitu hubungan seks tidak aman beresiko PMS dan infeksi PMS memperbesar
resiko penularan HIV/AIDS (Muadz. 2008.hlm. 80).
2) Mencari informasi yang lengkap dan benar yang berkaitan dengan HIV/AIDS
(Muadz. 2008.hlm. 80).
3) Mendiskusikan secara terbuka permasalahan yang sering dialami remaja.
Dalam hal ini tentang masalah perilaku seksual dengan orang tua, guru, teman
maupun orang yang memang paham mengenai hal ini (Muadz. 2008.hlm. 80).
4) Menghindari pengguanaan obat-obatan terlarang dan jarum suntik tatoo dan
tindik (Muadz. 2008.hlm. 80).
5) Tidak melakukan kontak langsung percampuran darah dengan orang yang
6) Menghindari perilaku yang dapat mengarah pada perilaku yang tidak sehat
dan tidak bertanggung jawab (Muadz. 2008.hlm. 80).
e. Pengobatan HIV/AIDS
Sampai saat ini HIV/AIDS belum dapat di sembuhkan, upaya pengobatan hanya
untuk manahan lajunya tahap perkembangan virus (Muadz. 2008.hlm. 82-83).
3. NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat adiktif lainya) a. Pengertian
NAPZA adalah zat kimiawi yang di masukkan ke dalam tubuh manusia, baik
secara oral (melalui mulut) maupun dihirup (melalui hidung) (Muadz. 2008.hlm. 87-88).
Kata lain yang sering di pakai adalah Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan bahan
adiktif yaitu nama segolongan zat alamiah, semi sintetik maupun sintetik (Tanjung.
2005.hlm. 17).
b. Jenis-jenis NAPZA 1) Narkotika
Penggolongan NARKOTIKA menurut UU.RI NO.22 Tahun 1976, antara lain :
a) Ganja/Mariyuana/Kanabis Sativa (Halusinogen)
Ganja dapat membuat ketagihan secara mental dan berfikir menjadi lamban
dan pecandunya nampak bodoh. Mulanya Kanabis Sativa banyak digunakan sebagai
Mengandung bahan kimia delta-9 tetrahydrocanabinol (THC) yang dapat
mempengaruhi pemakai dalam cara melihat dan mendengar. Penggunaan dalam jangka
panjang dapat menyebabkan schizoprenia (kegilaan) (Tanjung. 2005.hlm. 19).
b) Opioid
Opioid atau opiad berasal dari kata opium, jus dari bunga opium, papaver,
somniverum, yang mengandung 20 alkaloid opium termasuk morfin (Wilopo, et al,
2008: 89).
2) PSIKOTROPIKA
Psikotropika adalah obat-obatan yang bukan NARKOTIKA, tetapi mempunyai
efek yang sama dengan narkotika apabila salah digunakan contohnya adalah opiad
(Tanjung. 2005.hlm. 24).
Opiat alami atau yang disintetikan adalah heroin (diacethylmorphine), kodein
(3-methoxymorphine) dan hydromorphone (Dilaudid) (Muadz. 2008.hlm. 89).
Contoh obat-obatan yang tergolong jenis Psikotropika antara lain adalah sebagai
berikut :
a) Shabu
Pemakai merasa fly dengan perasaan kosong, smentara itu berangsur-angsur
mengakibatkan kegelisahan yang luar biasa, efek langsung penggunaanya menjurus
pada perilaku kekerasan. Dapat menyebabkan impoten dan kejang-kejang serta mati
merana akibat over dosis (Tanjung. 2005.hlm. 25).
b) Ekstacy / Inex, Amphetamin
Akibat menggunakan ekstacy adalah diare, mual, muntah, hiperaktif, gemetar tak
c) Morfin
Merupakan turunan opium yang terbuat dari hasil pencampuran getah poppy
(papaver sormari ferum) dengan bahan kimia lain, sifatnya menjadi semi sintetik.
Dahulu digunakan untuk mengurangi rasa sakit saat pembedahan/operasi (Tanjung.s
2005.hlm. 23).
Morfin rasanya pahit, bebentuk tepung halus berwarna putih atau dalam bentuk
cairan berwarna. Pemakaianya dengan cara menghisap dan disuntikan (Muadz.
2008.hlm. 93).
d) Heroin
Heroin mempunyai kekuatan 2 kali lipat dari morfin, digunakan untuk
analgesik dan euforiknya yang baik untuk kanker terminal ((Muadz. 2008.hlm. 93)
Heroin ini merupakan turunan morfin yang sudah mengalami proses kimiawi. Heroin
disebut juga putaw, warnanya putih tidak berbau (Tanjung. 2005.hlm. 24).
e) Kokain
Efek dari penggunaan kokain akan menyebabkan Paranoid, halusinasi serta
kurang percaya diri. Pemakaian obat ini merusak susunan saraf otak dan bisa
menyebabkan kematian (Tanjung. 2005.hlm. 24).
f) Codein
Codein termasuk garam atau turunan dari opium/candu, efek codein lebih lemah
daripada heroin (Muadz. 2008.hlm. 93).
g) Candu
Candu tanaman Papaver Somniferum di dapat dengan menyadap (menggores)
buah yang hendak masak. Getah yang keluar berwarna putih dan dinamai “Lates”
3) Bahan Adiktif
Meskipun zat adiktif bukan psikotropika tetapi penyalahgunaannya dapat
berdampak buruk bagi penggunanya, karena dapat menimbulkan ketergantungan. Selain
merusak kesehatan diri pribadi akibat minuman keras yang mengandung etanol,
karbohidrat tapi dapat memabukan. Begitu juga dengan tembakau yang mengandung tar
dan nikotin yang dapat menimbulkan penyakit jantung koroner (Tanjung. 2005.hlm. 30).
Contoh lain untuk zat adiktif adalah lem (biasanya yang di gunakan lem kambing)
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan tentang variabel-variabel yang
akan diamati atau diukur melelui penelitian yang akan dilakukan. Pada skema kerangka
konsep dibawah ini dapat dilihat bahwa sampel dalam penelitian ini adalah remaja
jalanan, dimana peneliti bermaksud untuk mengetahui bagaimana pengetahuan dan sikap
remaja jalanan tentang kesehatan reproduksi yang meliputi seksualitas, HIV/AIDS dan
NAPZA.
Dari uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai
berikut :
Skema 1. Kerangka Konsep
Kesehatan reproduksi yang meliputi :
- Seksualitas
- HIV/AIDS
- NAPZA Sikap remaja jalanan
B. Defenisi Operasional
NO Variabel
Defenisi Operasional
Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
1. Pengetahuan Hasil dari tahu
remaja jalanan
tentang
kesehatan
reproduksi
yang meliputi
Seksualitas,
HIV/AIDS, dan
NAPZA
Kuesioner Dengan
menghitung jawaban responden pada kuesioner dengan menggunakan item :
Benar = nilai 1
Salah= nilai 0
Pengetahuan
dikatakan :
1. Baik : bila
benar 79 -
100 %
2. Cukup :
bila benar
56 - 78 %
3. Kurang :
bila benar
< 56 %
Ordinal
2. Sikap Respon atau
reaksi remaja
jalanan tentang
kesehatan
reproduksi
yang meliputi :
Seksualitas,
HIV/AIDS,
dan NAPZA
Kuesioner Dengan
menghitung jawaban responden pada kuesioner Denngan menggunkan item : Setuju=nilai 3 Sikap dikatakan :
1. Positif
bila skor
31 - 45
2. Negatif
bila skor
15 - 30
Ragu-ragu=2
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain yang digunakan bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja jalanan tentang
kesehatan reproduksi di Medan Tahun 2011.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Menurut data Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) kota Medan tahun
2010/2011 jumlah populasi remaja jalanan sebanyak 122 orang .
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Purposive
sampling, yaitu pengambilan sampel untuk tujuan tertentu.
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 93 orang. Adapun kriteria sampel dalam
penelitian ini adalah remaja jalanan yang mampu membaca dan berkomunikasi dalam
Bahasa Indonesia, bersedia memberikan persetujuan menjadi responden dengan sukarela
Penentuan jumlah sampel seperti yang disebutkan menggunakan rumus (Nursalam.
2008.hlm. 92).
Dimana :
n = Besar sampel
N= Besar Populasi
d = Tingkat kepercayaan (0,05)
Maka :
= 93 orang
C. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di kota Medan, dengan pertimbangan di kota Medan banyak di
jumpai remaja jalanan dan belum pernah dilakukan penelitian sejenis yaitu “Pengetahuan
dan Sikap Remaja Jalanan tentang Kesehatan Reproduksi di MedanTahun 2011”.
D. Waktu Penelitian
E. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu
Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
dan izin dari PKPA (Pusat Kajian Perlindungan Anak) serta PIKIR (Pusat Kajian
Kesehatan Reproduksi dan Gender). Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal
permasalahan etik, yaitu : memberikan penjelasan kepada calon responden penelitian
tentang tujuan, manfaat, dampak dan prosedur penelitian. Apabila calon responden
bersedia, maka calon responden di persilahkan untuk menandatangani informed consent
(lembar persetujuan untuk menjadi responden). Tetapi jika calon responden tidak bersedia,
maka calon responden berhak menolak dan mengundurkan diri. Kerahasiaan catatan
mengenai data responden di jaga dengan tidak menuliskan nama responden pada
instrumen. Setiap responden tidak akan ada yang dirugikan dan data-data yang diperoleh
dari responden juga hanya di gunakan untuk kepentingan penelitian, setelah pengumpulan
data selesai maka lembar jawaban responden akan di hancurkan. Pada saat penelitian
berlangsung peneliti mendampingi responden pada saat mengisi kuesioner dan
menjelaskan pertanyaan yang kurang jelas. Dalam penelitian ini ada satu calon responden
yang tidak bersedia untuk menjadi responden, dengan alasan datanya takut dilaporkan ke
dinas sosial, maka peneliti tidak memasukan calon responden tersebut menjadi responden
dalam penelitian ini. Untuk memenuhi jumlah sampel yang sudah ditentukan maka peneliti
mencari calon responden yang lain untuk dijadikan responden dalam penelitian ini.
F. Alat Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian
Alat pengumpulan data (Instrumen Penelitian) yang digunakan berupa kuesioner
yang disusun oleh peneliti berdasarkan kepentingan penelitian dan dikonsultasikan kepada
meliputi umur , pendidikan terakhir dan pekerjaan, serta instrumen yang berisi pertanyaan
yang menggambarkan pengetahuan dan sikap remaja jalanan tentang kesehatan
reproduksi. Kuesioner pengetahun terdiri dari15 pertanyaaan mutiple choice dan kuesioner
sikap berisi 15 pernyataan tipe check list (Skala Likert).
2. Aspek Pengukuran
a. Aspek Pengukuran Pengetahuan
Pertanyaan pengetahuan sebanyak 15 pertanyaan, bila jawaban benar maka
diberi nilai 1 dan apabila menjawab salah diberi nilai 0. Skor maksimum adalah 15 dan
skor minimum 0.
Menurut Setiadi (2007, hlm.80) “Rumus menghitung skor persentase pengetahuan
adalah :
P = x 100% Dimana : P = Persentase
f = Jumlah jawaban yang benar
N = Jumlah skor maksimal
Maka pengetahuan di katakan baik bila nilainya 79-100% ( Jika responden
menjawab 11-15 pertanyaan dengan benar), cukup bila nilainya 56-78% ( Jika responden
menjawab 6-10 pertanyaan dengan benar) dan kurang bila nilainya < 56% (Jika responden
menjawab 0-5 pertanyaan dengan benar).
b. Aspek Pengukuran Sikap
Untuk pernyataan positif jika setuju (S) maka skornya 3, ragu-ragu (RR)=2 dan
tidak setuju (TS) =1. Sedangkan untuk pernyataan negatif jika setuju (S) skornya 1,
ragu-ragu 2 (RR) dan tidak setuju (TS) =3. Skor maksimum sikap adalah 45 dan skor minimum
Menurut Sudjana (2005), Panjang Kelas (P)
Dimana P adalah panjang kelas interval, R adalah slisih antara skor tertinggi
dengan skor terendah. Dan banyak kelas merupakan banyaknya kelompok/lebar interval
yakni posotif dan negatif.
Rentang = skor tertinggi – skor terendah
= 45-15
= 30
Panjang kelas (P)
= 15
Maka sikap dapat di kategorikan menjadi 2 yaitu :
Jika skor responden 15 - 30 maka sikap responden negatif
Jika skor responden 31 - 45 maka sikap responden positif
G. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan secara content validity yang diuji oleh
Dina Indarsita, SST, S.Pd, M.Kes pada tanggal 15 Desember 2010 . Pada tahap pertama
ada perbaikan kuesioner pengetahuan dan sikap remaja jalanan tentang kesehatan
reproduksi. Lalu pada tahap kedua kuesioner dikatakan valid dimana nilai CVI ( Content
Validity Indeks ) adalah 0,75.
Menurut Davies dan Hodnett (2002, dalam Williams & Wilkins, 2004, hal. 312)
instrumen. Rentang koefisien antara 0,00 sampai 1,00 dengan nilai yang tinggi
menunjukan kriteria kevalidan yang lebih besar. Nilai koefisien yang di harapkan adalah
0,70 atau lebih”.
2. Uji Reliabilitas
Uji realibitas dilakukan dengan menggunakan Alpha Cronbach. Uji reliabilitas
penelitian ini dilakukan di pantai gotong royong pancur batu kepada 10 orang remaja
miskin kota yang memiliki karakteristik sama dengan responden, yaitu pada tanggal 20
Desember 2010. Kemudian data tersebut diolah dengan menggunakan program komputer
dengan mencari nilai koefisien reliabilitas Alpha Cronbach. Berdasarkan hasil perhitungan
Alpha Cronbach pada pengetahuan didapatkan hasil 0,70 dan sikap 0,80. Maka instrumen
tersebut dikatakan realiabel.
Menurut Davies dan Hodnett (2002, dalam Williams & Wilkins, 2004, hal. 308)
“koefisien realibilitas pada instrumen dikatakan realibel apabila nilainya diatas 0,70 dan
koefisien antara 0,85 – 0,95 dikatakan memiliki reliabel yang sangat tinggi”.
H. Prosedur Pengumpulan Data
Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti akan mengumpulkan data. Pada saat
pengumpulan data, peneliti mendatangi PKPA (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak) yang
beralamat di Jalan Abdul Hakim No. 5 A, Pasar I Setia Budi Medan dan meminta izin
kepada pimpinan kantor PKPA untuk melakukan penelitian di kantor tersebut. Setelah
mendapat izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data pada Remaja Jalanan yang sesuai
dengan kriteria penelitian dan sukarela. Pada saat pengumpulan data peneliti menemui
responden yaitu remaja jalanan, di terminal-terminal besar di Kota Medan dan meminta
bantuan kepada PKPA (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak) di Jl. Abdul hakim No. 5 A
Jln. Sei Musi No. 59 Medan dan SKA (Sanggar Kreativitas Anak) di Jl. Simatupang, Gg.
Wakaf No. 3 untuk mengumpulkan remaja jalanan. Dalam penelitian ini PKPA
mengumpulkan remaja jalanan di tempat-tempat yang sudah mereka tentukan, namun
dalam penelitian ini peneliti tidak menyebutkan tempat yang dimaksud karena responden
menolak apabila tempat perkumpulan mereka disebutkan. Setelah responden terkumpul
maka peneliti menjelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat, dampak dan
prosedur penelitian serta cara pengisian lembar kuesioner. Selanjutnnya meminta
kesediaan responden untuk mengisi jawaban pada lembar kuesioner dan bagi calon
responden yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini di minta untuk menandatangani
lembar persetujuan menjadi responden (informed consent). Selanjutnya 93 orang
responden yang bersedia mengikuti penelitian , mengisi lembar kuesioner yang diberikan
peneliti, setelah itu peneliti mengumpulkan kembali lembar kuesioner tersebut untuk di
analisis.
Pengumpulan data ini dilakukan pada sore menjelang malam hari pada waktu mereka
bekerja, dimana pengisian lembar kuesioner dilakukan pada sela-sela waktu istirahat
mereka dalam bekerja.
Didalam penelitian ini semua responden yang memenuhi syarat dijadikan responden,
ada satu remaja jalanan yang menolak untuk dijadikan sebagai responden dengan alasan
datanya takut dilaporkan ke dinas sosial. Dalam penelitian ini peneliti mencari calon
responden lain untuk menggantikan calon responden yang menolak menjadi responden
I. Analisis Data
Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisis data kembali dengan cara
memeriksa semua lembar kuesioner apakah jawaban sudah lengkap atau benar sesuai
petujuk (editing). Kemudian data diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam
melakukan analisis data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan data yang
dimasukan ke dalam bentuk tabel. Entry data yang sudah diberikan skor dimasukan
kedalam komputer dan dilakukan analisis dengan menggunakan teknik komputerisasi.
Tahap terakhir dilakukan cleaning dan entry dilakukan untuk memeriksa semua data yang
telah dimasukan ke dalam program komputer guna menghindari terjadinya kesalahan.
Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat, yaitu semua karakteristik
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai
pengetahuan dan sikap remaja jalanan di Kota Medan, yang dilaksanakan pada 12
Februari 2011- 28 Maret 2011. Kuesioner diberikan kepada 93 orang remaja jalanan,
berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian tersebut yaitu karakteristik demografi
responden, karakteristik responden berdasarkan pertanyaan pengetahuan, distribusi
frekuensi responden berdasarkan kategori pengetahuan, karakteristik responden
berdasarkan pernyataan sikap, dan distribusi frekuensi berdasarkan kategori sikap remaja
jalanan tentang kesehatan reproduksi di kota Medan 2011 :
1. Karakteristik Demografi Remaja Jalanan
Pada penelitian ini karakteristik responden mencakup umur, jenis kelamin,
pendidikan dan pekerjaan.
Berdasarkan karakteristik remaja jalanan : rentang umur remaja jalanan dalam
penelitian ini adalah 10-19 tahun. Remaja jalanan dalam penelitian ini mayoritas adalah
remaja tengah (13-15 tahun) yaitu 54 orang (58,1 %), berdasarkan jenis kelamin mayoritas
adalah laki-laki yaitu 78 orang (83,9 %), berdasarkan pendidikan mayoritas
berpendidikan tidak tamat SD sebanyak 40 orang (43,0 %) sedangkan berdasarkan
pekerjaan mayoritas adalah pengamen yaitu 52 orang (55,9 %. Untuk lebih jelasnya dapat
Tabel 5.1.
Sebaran Karakteristik Demografi Remaja Jalanan Sebaran Karakteristik Demografi
Remaja Jalanan Frekuensi Persentase (%) 1. Umur
Remaja awal (10-12 tahun) Remaja tengah (13-15 tahun) Remaja akhir (16-19 tahun)
15 54 24 16,1 58,1 25,8
Total 93 100
2. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 78 15 83,9 16,1
Total 93 100
3. Pendidikan Tidak tamat SD SD SLTP 40 39 14 43,0 41,9 15,1
Total 93 100
4. Pekerjaan Pengemis Pengamen Tk. Sapu Tk. Door smear
22 52 11 8 23,7 45,2 22,6 8,6
Total 93 100
2. Distribusi Remaja Jalanan Berdasarkan Karakteristik Pertanyaan dan Kategori Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi
Berdasarkan hasil penelitian maka pilihan jawaban remaja jalanan pada pertanyaan
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang dijawab benar mayoritas pada pertanyaan
nomor 2 dan 5 sebanyak 81 orang (87,1 %) dan remaja jalanan yang mayoritas menjawab
salah terdapat pada pertanyaan nomor 14 yaitu 69 orang (74,2). Untuk lebih jelasnya dapat
Tabel 5.2
Distribusi Remaja Jalanan Berdasarkan Karakteristik Pertanyaan Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi
di kota Medan
No Pertanyaan
Pilihan Jawaban
Benar Salah
F % F %
1. Defenisi seksual 41 44,1 52 55,9
2. Defenisi mimpi basah 81 87,1 12 12,9
3. Defenisi menstruasi 69 74,2 24 25,8
4. Tempat pertumbuhan dan perkembangan janin 53 57,0 40 43,0
5. Akibat hubungan seksual 81 87,1 12 12,9
6. Defenisi Penyakit Menular Seksual (PMS) 68 73.1 25 26,9
7. Jenis Penyakit Menular Seksual (PMS) 50 53,8 43 46,2
8. Cara menghindari PMS 51 54,8 42 45,2
9. Defenisi HIV/AIDS 48 51,6 45 48,4
10. Cara penularan HIV/AIDS 66 71,0 27 29,0
11. Cara pencegahan HIV/AIDS 46 49,5 47 50,5
12. Defenisi NARKOBA 71 76,3 22 23,7
13. Penggolongan NARKOBA 51 54, 8 42 45,2
14. Defenisi penyalahgunaan NARKOBA 24 25,8 69 74,2
15 Cara penanggulangan penyalahgunaan NARKOBA
52 55,9 41 44,1
Dari hasil yang diperoleh maka pengetahuan remaja jalanan tentang kesehatan
reproduksi mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 58 orang (62,4 %) dan yang
minoritas berpengetahuan kurang sebanyak 4 orang (4,3 %). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 5.2. dibawah ini :
Tabel 5.3.
Distribusi Remaja Jalanan Berdasarkan Kategori Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi
di kota Medan
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Baik Cukup Kurang 31 58 4 33,3 62,4 4,3
3. Distribusi Remaja Jalanan Berdasarkan Karakteristik Pernyataan dan Kategori Sikap tentang Kesehatan Reproduksi
Dari hasil penelitian maka responden yang menjawab mayoritas setuju (S) pada
pernyataan nomor 11 yaitu 55 orang (59,1 %), yang menjawab ragu-ragu (RR) mayoritas
pada pernyataan nomor 4 yaitu 46 orang (49,5 %) dan yang menjawab tidak setuju (TS)
mayoritas pada pernyataan nomor 13 yaitu 68 orang (67,7 %). Untuk lebih jelasnya dapat
[image:55.595.94.518.347.774.2]dilihat pada tabel 5.4. sebagai berikut :
Tabel 5.4.
Distribusi Remaja Jalanan Berdasarkan Karakteristik Pernyataan Sikap tentang Kesehatan Reproduksi
di kota Medan
No Pernyataan
Pilihan Jawaban Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
F % F % F %
1. Setelah menstruasi perempuan sudah
boleh menikah. 26 28,0 20 21,5 47 50,5
2. Menstruasi membuat bau badan
meningkat (bau keringat). 46 49,5 33 35,5 14 15,1
3. Mimpi basah adalah tanda pria harus
melakukan seks. 18 19,4 21 22,6 54 58,1
4. Mimpi basah pada laki-laki
menimbulkan banyak jerawat. 31 33,3 46 49,5 16 17,2
5. Jika bertemu dengan pacar harus
melakukan hubungan seksual. 14 15,1 23 24,7 56 60,2
6. Penyakit menular seksual bukti kekuatan
dalam pergaulan. 27 29,0 18 19,4 48 51,6
7. Infeksi PMS membuat saya dikagumi
banyak teman. 9 9,7 21 22,6 63 67,7
8. Saya tidak takut hamil walapun
berhubungan seksual. 16 17,2 26 28,0 51 54,8
9. Terinfeksi HIV/AIDS merupakan suatu
kebanggaan. 4 4,3 10 10,8 79 84,9
10. Saya senang berteman dengan penderita
HIV/AIDS. 13 14,0 18 19,4 62 66,7
11. Penderita HIV/AIDS harus di jauhkan
dari masyarakat. 55 59,1 26 28,0 12 12,9
12. Makan tanpa merokok rasanya kurang
sempurna. 27 29,0 8 8,6 58 62,4
13. NARKOBA menyelesaikan masalah. 17 18,3 8 8,6 68 73,1
memberi kenikmatan
15. Minuman keras menimbulkan banyak
inspirasi. 24 25,8 10 10,8 59 63,4
Dari hasil penelitian responden mayoritas memiliki sikap positif yaitu 72 orang
(78,5 %) dan minoritas memiliki sikap yang negatif yaitu 20 orang (21,5 %). Hal ini dapat
dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5.
Distribusi Remaja Jalanan Berdasarkan Kategori Sikap tentang Kesehatan Reproduksi
di kota Medan
Sikap Frekuensi Persentase (%)
Positif 73 78,5
Negatif 20 21,5
Total 93 100
B.Pembahasan
Dari hasil penelitian akan diuraikan pembahasan tentang pengetahuan dan sikap remaja
jalanan tentang kesehatan reproduksi.
1. Interpretasi dan Diskusi Hasil
a. Karakteristik Remaja Jalanan tentang Kesehatan Reproduksi
Berdasarka tabel 5.1 diketahui bahwa dari 93 remaja jalanan yang menjadi
responden ditemukan mayoritas remaja jalanan adalah remaja tengah (13-15 tahun)
sebanyak 54 orang (58,1 %) dan minoritas remaja awal (10-12 tahun) sebanyak 15 orang
(16,1 %). Hal ini dikaitkan dengan pendapat Mubarak (2007) yang menyatakan bahwa
dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek psikis dan psikologis
Dilihat dari jenis kelamin mayoritas laki-laki sebanyak 78 orang (83,9 %) dan
minoritas perempuan sebanyak 15 orang (16,1 %). Menurut asumsi peneliti hal ini
disbabkan karena pada umumnya anak laki-lakilah yang paling banyak merantau untuk
mengadu nasip, sehingga pada saat harapan tidak sesuai dengan keadaan yang mereka
alami maka mereka menjadi gelandangan dan tidak memiliki cukup uang untuk kembali ke
kota atau desa asal mereka.
Pada tingkat pendidikan ditemukan bahwa mayoritas remaja jalanan
berpendidikan tidak tamat SD sebanyak 40 orang (43,0 %) dan minoritas berpendidikan
SLTP sebanyak 14 orang (15,1 %). Menurut Mubarak (2007) pendidikan berarti
bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap satu hal agar mereka
dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang
semakin mudah pula mereka informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan
yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, maka akan
menghanbat perkembangan sikap seseorang terhadap pnerimaan informasi dan nilai-nilai
baru yang diperkenalkan.
Sedangkan menurut pendapat Notoadmojo (2007) yang menyatakan konsep dasar
pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses
pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, lebih
matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Bertitik tolak dari konsep
pendidikan tersebut, maka proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari
tidak tahu tentang masalah nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi
masalah-masalah kesehatannya sendiri m