• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jalur yang efektifWaktu

5.2.2.7. Interpretasi dan Memodifikasi Model

Ketika model dinyatakan diterima, maka peneliti dapat mempertimbangkan dilakukannya modifikasi model untuk memperbaiki penjelasan teoritis atau goodness-

of-fit. Pengukuran model dilakukan modification indices,nilai modification indices sama

dengan terjadinya penurunan chi-square jika koefisien diestimasi.Berikut adalah modifikasi yang diusulkan oleh program AMOS untuk menurunkan nilai chi square, yang berguna untuk membuat model lebih fit, penurunan chi square yang dihasilkan dari 45,3 menjadi 10,969 dengan demikian model lebih fit lagi, untuk diagram jalur yang dimodifikasi dapat dilihat pada Gambar 5.11..

Gambar 5.11. Diagram Jalur Model Modifikasi Y .60 X1 e1 .77 .28 X2 e2 .53 .05 X3 e3 .22 1.00 X4 1.00 .20 X5 e5 .30 .06 .56 .21 e4

Tabel 5.21. Hubungan antar Variabel Model Modifikasi Hubungan antar variabel Nilai Hubungan Keterangan

Y dan X1 0,77 Pengaruh X1 terhadap Y sangat kuat

Y dan X2 0,53 Pengaruh X2 terhadap Y cukup kuat

Y dan X3 0,22 Pengaruh X3 terhadap Y Lemah

Y dan X4 1,00 Pengaruh X4 terhadap Y mutlak

Y dan X5 0,30 Pengaruh X5 terhadap Y rendah

X1 dan e1 0,60 Pengaruh e1 terhadap X1 kuat

X2 dan e2 0,28 Pengaruh e2 terhadap X2 rendah

X3 dan e3 0,05 Pengaruh e3 terhadap X3 lemah

X4 dan e4 1,00 Pengaruh X1 terhadap Y mutlak

X5 dan e5 0,20 Pengaruh X5 terhadap e5 rendah

X2 dan X5 0,21 Pengaruh X2 terhadap X5 rendah

e2 dan e3 0,56 Pengaruh e2 terhadap e3 cukup kuat

e3 dan e5 0,06 Pengaruh e3 terhadap e5 lemah

Angka pada diagram diatas menunjukkan factor loading setiap indikator terhadap konstruk. Angka 0,77 menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara indikator jarak dengan jalur yang efektif. Angka 0,53 menunjukkan bahwa variabel kebutuhan memberikan pengaruh sebesar 0,53 kepada jalur yang efektif, artinya dengan variabel kebutuhan dapat menjelaskan konstruk jalur yang efektif, sementara untuk angka 0,22 menunjukkan hubungan yang biasa dengan jalur yang biasa dengan jalur yang efektif. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan lama waktu manuver dengan jalur yang efektif, adalah tetap, keadaan waktu maneuver yang hanya sedikit berfluktuasi dianggap tetap pada pembuatan jalur yang efektif pada kapal, sementara untuk hubungan waktu bersandar (X4) dengan jalur yang efektif menunjukkan hubungannya mutlak yaitu berada pada angka 1. Untuk nilai waktu bongkar muat (X5) memberikan pengaruh yang kuat antara variabel tersebut dengan jalur yang efektif pada angka 0,30. jadi dapat dilihat bahwa:

- Variabel yang dominan diatas adalah X1, X2, X5, dengan angka pengaruh diatas 0,53

- Variabel yang berpengaruh rendah adalah X5 - Variabel yang berpengaruh lemah adalah X3

- Variabel yang berhubungan secara recursif artinya saling mempengaruhi adalah nilai bias antara e2 dan e3, antara e3 dan e5, hal ini artinya bahwa ada nilai parameter lain yang menyatakan hubungan antara masing-masing kedua variabel bias tersebut.

Untuk pertimbangan pembuatan rute dapat dilihat dari pengaruh masing-masing angka statistik diatas yaitu bahwa variabel yang dapat dioptimalkan untuk meningkatkan efektifitas pelayaran kapal adalah waktu bongkar muat, waktu perjalanan, banyak muatan yang dibongkar, dan jarak. Sementara untuk waktu manuver, pengaruh waktu untuk manuver digolongkan rendah karena dari pengolahan seluruh data didapati bahwa waktu untuk manuver cukup kecil dan konstan. Untuk mendapatkan rute yang efektif dapat disusun kembali rute yang baru yang disusun berdasarkan data kebutuhan tiap depot tujuan.

5.1.3. Penentuan Jalur/Rute

Berdasarkan model structural equation modeling diatas, didapatkan bahwa model jalur yang efektif dipengaruhi oleh variabel waktu perjalanan, waktu bongkar muat, waktu manuver, jarak dan banyak muatan yang dibongkar. Untuk menentukan penjadwalan sistem liner, maka terlebih dahulu dicari kemampuan produktivitas kapal untuk tahun 2010.

a. Penentuan Kemampuan Produksi Kapal

Waktu kerja efektif untuk tahun 2010, adalah 340 hari, hal ini sudah tidak termasuk untuk maintanance kapal, sampai docking yaitu perawatan kapal dengan meletakkan kapal di galangan. Untuk mendapatkan nilai perjam maka hari kerja efektif dikonversikan ke jam dengan rumus:

Jumlah kerja 1 tahun = jumlah hari efektif x jumlah jam sehari Jumlah kerja tahun 2010 = 340 x 24 = 8160 jam setahun

Untuk kecepatan kapal tanker pada keadaan kapal ballast (kosong), kecepatan kapal didapatkan sebesar 10 knot,dan pada keadaan laden (berisi), kecepatan kapal sebesar 10,5 knot, jadi dengan konversi ke mil/jam maka didapatkan jarak yang dapat ditempuh kapal ketika kapal bermuatan, dan tidak bermuatan,

Jarak yang dapat ditempuh selama kerja efektif dapat dihitung dengan rumus: Jarak = Kecepatan x Waktu

Dengan demikian Jarak tempuh kapal ketika bermuatan dapat dihitung dengan: Jarak = 10,5 knot x 8160 jam

Jarak = 10,5 x 1,151 mil/jam x 8160 jam = 98617,68 mil Dengan demikian Jarak tempuh kapal ketika bermuatan dapat dihitung dengan:

Jarak = 10 knot x 8160 jam

Jarak = 10 x 1,151 mil/jam x 8160 jam = 93921,6 mil

Maka untuk mendapatkan kemampuan produksi kapal untuk setiap depot dapat diperhitungkan melalui jarak dan kebutuhan setiap depot perbulan. Dengan cluster- cluster, didapatkan jadwal rute dari setiap pengangkutan kapal, yaitu

Gambar 5.13. Peta Rute Berdasarkan Cluster Arah 1. Klaster I : Ambon – Merauke - Ambon

Jarak antar pelabuhan: 850 mil Kecepatan kapal saat laden : 10 Knot Kecepatan kapal saat ballast : 10,5 Knot Kebutuhan perbulan : 2588.46 kl

2. Klaster II : Ambon – Fak-fak – Kaimana – Masohi - Ambon Total jarak yang ditempuh = 310 + 112 + 335 + 62 = 819 mil Kecepatan kapal saat laden : 10 Knot

Kecepatan kapal saat ballast : 10,5 Knot Kebutuhan perbulan :

- Fak-fak : 547,8058 KL - Kaimana : 1076,755 KL - Masohi : 569,2725 KL

3. Klaster III : Ambon – Saumlaki – Tual – Dobo - Ambon Total jarak yang ditempuh = 335 + 190 + 110 + 453 = 1088 mil Kecepatan kapal saat laden : 10 Knot

Kecepatan kapal saat ballast : 10,5 Knot Kebutuhan perbulan :

- Saumlaki: 1036,731KL - Tual : 1207,323KL - Dobo : 610,0182 KL

4. Klaster IV : Ambon – Ternate- Tobelo- Ambon Total jarak yang ditempuh = 323 + 160 + 430 = 913 mil Kecepatan kapal saat laden : 10 Knot

Kecepatan kapal saat ballast : 10,5 Knot Kebutuhan perbulan :

- Ternate : 1320,065 KL - Tobelo : 1116,773 KL

5. Klaster V : Ambon – Namlea- Labuha – Wayame – Sanana – Ambon Total jarak yang ditempuh = 87 + 185 + 224 + 149 + 186 = 831 mil Kecepatan kapal saat laden : 10 Knot

Kecepatan kapal saat ballast : 10,5 Knot Kebutuhan perbulan : 2600 kl

- Namlea : 463,136 KL - Labuha : 852,5286 KL - Wayame : 558,8777 KL

- Sanana : 657,6955KL

Untuk kecepatan pompa, diambil rata-rata yaitu dengan nilai 177.925 KL/jam, untuk keseluruhan waktu, dapat diperhitungkan melalui kecepatan kapal, jarak dan kecepatan pompa seperti yang sudah dimodelkan diatas: waktu manuver dimasukkan ke waktu penyaluran minyak hal ini diakibatkan karena apabila pelayaran sudah terjadwal maka diasumsikan tidak ada lagi waktu menunggu, karena kapal langsung dapat mendarat dan membongkar muatan.

Untuk klaster I:

Waktu keseluruhan = waktu perjalanan ke depot tujuan + waktu penyaluran muatan + waktu perjalanan ke depot asal

dimana waktu untuk seluruh pelayaran adalah

= (850mil / 10 knot ) + 2 x (2588.46 KL/177.925 KL/jam) + (850mil / 10,5 knot ) = 180.500/ 24 jam = 7,6 hari

Untuk klaster II:

= (757mil / 10 knot ) + (2193.833 KL/177.925 KL/jam) + (62 mil / 10,5 knot ) = 93.93/ 24 jam = 3.91 hari

Untuk klaster III:

= (635mil / 10 knot ) + (2854.071 KL/177.925 KL/jam) + (453 mil / 10,5 knot ) = 122,68/ 24 jam = 5,11 hari

Untuk klaster IV:

= (483mil / 10 knot ) + (2436,838 KL/177.925 KL/jam) + (430 mil / 10,5 knot ) = 102.95/ 24 jam = 4,29 hari

= (645 mil / 10 knot ) + (2532.238 KL/177.925 KL/jam) + (186 mil / 10,5 knot ) = 96,45/ 24 jam = 4,02 hari

Untuk jadwal keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 5.22. 5.22. Jadwal Keseluruhan

Klaster Rute Muatan yang

diangkut Lama Perjalanan

Klaster I Ambon – Merauke - Ambon 2588,46 KL 7,6 hari

Klaster II Ambon – Fak-fak –

Kaimana – Masohi - Ambon 2193,833 KL 3.91 hari

Klaster III Ambon – Saumlaki – Tual –

Dobo – Ambon 2854,071 KL 5,11 hari

Klaster IV Ambon – Ternate- Tobelo-

Ambon 2436,838 KL 4,29 hari

Klaster V Ambon – Namlea- Labuha – Wayame – Sanana – Ambon

2532.238 KL 4,02 hari

Total Perjalanan 24,93 hari

Dari rute dan jumlah lama perjalanan, dapat dilihat bahwa kebutuhan depot terpenuhi seluruhnya dalam sekali sebulan. Selanjutnya yang dapat dilakukan adalah menghitung ongkos muatan/liter/ mil, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung

idling detention cost nya (I) yang dipengaruhi oleh total biaya selama di pelabuhan,

lama berlabuh, jumlah muatan yang diangkut dengan rumus

Dimana ic = total biaya selama di pelabuhan it = lama berlabuh

C = jumlah muatan yang diangkut

12605,44 x70.85 12605.44)) * (740 + 85000 + 8) + 48 + 52 (1302x17x( = I = 13984.4612

Selanjutnya operating movement dihitung yang dipengaruhi oleh total biaya selama dalam pelayaran, waktu/lamanya berlayar, jumlah muatan yang diangkut dan jarak yang ditempuh: D x C mt x mc 2 = T 5351) x (12605.44 27)) * (4500 + .7 (466462266 2 = T = 8669.59

Selanjutnya total biaya per unit dapat dihitung:

D I 2 + =T TC 5351 13984.4612 8669.59+ = TC = Rp. 8,67 L/ mil 5.2.4. Metode Operasi

Dari perhitungan diatas dapat dibandingkan antara dua metode operasi, antara

time charter dengan metode freight,