Berdasarkan hasil pretest diketahui nilai rata-rata kelompok eksperimen sebesar 43 dan kelompok kontrol sebesar 41.5, sedangkan berdasarkan hasil posttest diketahui nilai rata-rata kelompok eksperimen sebesar 71.56 dan kelompok kontrol sebesar 61.13. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang diajarkan dengan media animasi pada konsep asam-basa dengan integrasi nilai memiliki kenaikan yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang hanya diajarkan dengan pembelajaran tanpa animasi. Kedua kelompok tersebut berada pada distribusi normal, baik pada hasil uji pretest maupun posttestnya. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengujian
persyaratan analisis pada kelas eksperimen dan kontrol, yang menyatakan bahwa 2hitung 2tabel, dengan nilai 2tabel pada taaraf kepercayaan 95 % sebesar 11,07. selain itu, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol bersifat homogen, berdasarkan hasil uji pretest dan posttestnya, yang menyatakan bahwa 2hitung 2tabel dengan nilai 2tabel pada taraf kepercayaan 95 % sebesar 3,841.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t, pada taraf kepercayaan 95 %. Hasil uji kesamaan dua rata-rata pretest, dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretest kelompok eksperimen dengan skor pretest kelompok kontrol, diperoleh nilai thitung sebesar 0,60 dan nilai ttabel = 2,00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai thitung berada di daerah penerimaan Ho, yaitu –ttabel < thitung < ttabel atau –2,00 < 0,60 < 2,00. Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak pada taraf kepercayaan 95 %, hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Sedangkan berdasarkan hasil uji kesamaan dua rata-rata posttest, dilakukan untuk mengetahui apakah skor posttest kelompok eksperimen yang menggunakan media animasi lebih besar secara signifikan dibandingkan dengan skor posttest kelompok yang tidak menggunakan animasi, diperoleh nilai thitung sebesar 4.18 dan nilai ttabel = 2,00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung ada di daerah penerimaan Ha, yaitu ttabel thitung atau 2,00 4,18. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 0.95, hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil uji normal gain dari hasil belajar kimia siswa kelompok eksperimen sebesar 0,50 dan kelompok kontrol sebesar 0,29. Dari nilai tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata normal gain pada kelompok eksperimen lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selanjutnya, berdasarkan hasil uji-t dengan taraf kepercayaan 95% diperoleh nilai thitung sebesar 4,82 dan ttabel = 2,00. Hasil pengujian yang diperoleh
menunjukkan bahwa ttabel thitung atau 2,00 4,82. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa normal gain pada kelompok eksperimen berbeda secara signifikan dari kelompok kontrol.
Dengan demikian, model pembelajaran dengan media animasi dalam pembelajaran kimia pada konsep reaksi asam basa terintegrasi nilai merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa memahami kandungan pembelajaran secara utuh dan dapat membuktikan hipotesis bahwa model pembelajaran dengan animasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada konsep reaksi asam – basa
E.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan data berupa hasil belajar kimia dengan media animasi asam-basa terintegrasi nilai religius dan pembelajaran tanpa bernuansa nilai religius, serta respon siswa terhadap pembelajaran dengan media animasi pada konsep asam-basa yang integrasi nilai, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan pembelajaran dengan media animasi pada konsep asam-basa yang integrasi nilai terhadap hasil belajar kimia siswa. Sebelum dilakukan pembelajaran dengan menggunakan media animasi pada konsep asam-basa dengan integrasi nilai, kegiatan pembelajaran berpusat pada guru (techer centered). Aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Sehingga siswa kurang mampu mengemukakan dan mengaplikasikan ide pada bermacam situasi serta kurang memberikan kesempatan kepada siswa dalam kerja ilmiah. Akibatnya siswa kurang menguasai konsep yang sedang dipelajari.
Berdasarkan tes tertulis di awal pembelajaran, yang selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rata-rata pretest diketahui bahwa hasil belajar kimia siswa kedua kelompok penelitian pada konsep asam-basa menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kedua kelompok penelitian memiliki pengetahuan yang sama tentang asam-basa.
optimal. Dalam diskusi kelompok masih banyak siswa yang sibuk mengobrol, bercanda, mengganggu kelompok lain, tidak serius dalam mengikuti prosedur yang dicantumkan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS). Pada saat mepresentasikan hasil temuannya di depan kelas jumlah siswa yang bertanya maupun yang menanggapi pertanyaan masih sedikit dan terbatas hanya pada siswa yang berkemampuan lebih dan memiliki keberanian. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan siswa sebelumnya yaitu siswa lebih banyak mendengarkan dan mencatat informasi yang disampaikan oleh guru dan sering menunggu penjelasan guru.
Pada pertemuan kedua dan ketiga selama penyelidikan siswa terlihat lebih bertanggung jawab misalnya serius dalam melaksanakan penyelidikan dan jujur dalam pengambilan data, selain itu siswa sangat antusias dan bersemangat dalam menyampaikan ide dan gagasannya dalam pembelajaran. Ide gagasan tersebut harus dihargai dan siswa diberi kesempatan mengembangkan ide dan kreatifitasnya.
Penggunaan media animasi pada kelompok eksperimen dan tanpa bernuansa nilai religius pada kelompok kontrol telah dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada konsep asam-basa. Akan tetapi, penyisipan nilai-nilai religius pada konsep asam-basa dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa yang lebih baik jika dibandingkan dengan kelompok yang tidak menyisipkan nilai-nilai religius (kelompok kontrol). Hal ini dibuktikan dari hasil nilai rata-rata posttest yang lebih tinggi pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol dan hasil uji kesamaan dua rata-rata posttest yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok kontrol.
Selain itu, nilai rata-rata normal gain kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Hasil uji-t pada normal gain, yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan normal gain antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, pada taraf kepercayaan 95% diperoleh nilai yang menunjukkan bahwa normal gain pada kelompok eksperimen berbeda secara signifikan dari kelompok kontrol.
Perbedaan ini dikarenakan pada kelompok eksperimen kegiatan pembelajarannya menggunakan animasi yang terintegrasi nilai. Animasi ini dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit, serta mudah dipahami. Peningkatan ini menunjukkan bahwa animasi dalam pembelajaran sangat disukai siswa, sehingga siswa dengan mudah menyerap konsep pelajaran.
Adapun sikap siswa setelah diberikan penjelasan tentang konsep asam-basa yang bernuansa nilai religius menunjukkan respon yang positif. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan data angket siswa sebanyak 78% menjawab cukup menilai bahwa pembelajaran kimia yang bernuansa nilai sangat penting untuk dipelajari dengan harapan meningkatkan rasa syukur, keimanan, dan ketakwaan kita kepada sang Maha Esa. Disamping itu, penerapan nuansa nilai ke dalam pembelajaran sains-kimia diharapkan dapat membuka cakrawala berpikir peserta didik agar lebih bersemangat untuk memotivasi diri dalam belajar sains-kimia dalam memahami dan menguasai Iptek, juga meningkatkan Imtaq untuk senantiasa belajar dari hukum alam dan ayat-ayat Allah yang tersurat/tersirat di dalam Al-qur’an dan berusaha menjalankan perintah-Nya, serta meninggalkan larangan-Nya.
Kembali lagi pada hakikat pembelajaran IPA sebagai aspek produk dan proses, maka untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran kimia yang merupakan bagian dari IPA tidak dapat dipisahkan dari kedua kegiatan tersebut. Dalam memahami dan menguasai konsep-konsep kimia, siswa tidak hanya cukup diberikan penjelasan verbal dari suatu konsep tersebut akan tetapi siswa perlu diberikan pemahaman lebih lanjut melalui pengalaman langsung untuk membuktikan kebenaran dari sebuah konsep. Karena dengan melakukan sendiri siswa akan lebih memahami apa yang mereka pelajari (learning by doing) dan mereka memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna sehingga ingatan mereka terhadap suatu konsep akan lebih lama.
Dengan kegiatan belajar tidak hanya terjadi di dalam kelas, tidak hanya sekedar mencatat informasi yang berasal dari guru saja, serta dengan disisipi
nilai-nilai religius, mengajak siswa untuk belajar IPA dengan menyenangkan. Lingkungan belajar yang menyenangkan dapat membantu siswa untuk lebih termotivasi dalam proses belajar. Sebelumnya mereka menganggap pelajaran IPA khususnya kimia adalah pelajaran yang membosankan dan memusingkan karena terlalu banyak hafalan dan rumus-rumus, namun setelah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan animasi bernuansa nilai religius ini siswa terlihat lebih aktif dalam proses belajar dan juga lebih termotivasi lagi untuk belajar.
Berdasarkan pernyataan di atas, seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan untuk memilih dan menentukan metode dan media pembelajaran yang bervariasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hal tersebut diantaranya adalah pemilihan metode dan pendekatan yang tepat untuk suatu konsep yang akan disampaikan.