• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum

4.3 Interpretasi Hasil

4.3.1 Pengaruh Pertumbuhan Tinggi terhadap Kecurangan Laporan Keuangan

Variabel pertumbuhan tinggi (HIGHGR) yang diukur dengan adanya perusahaan yang memiliki pertumbuhan aset lebih besar dari rata-rata industri dan perusahaan yang tidak memiliki pertumbuhan aset lebih besar dari

rata-rata industri menunjukkan koefisien regresi negatif sebesar 0,898 dengan signifikansi sebesar 0,151. Hasil penelitian menunjukkan signifikansi lebih besar dari 0,05 (5%) artinya variabel ini memiliki arah hubungan yang berlawanan dan tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan.

Penelitian ini gagal membuktikan adanya pengaruh faktor risiko tekanan khususnya stabilitas keuangan yang diproksikan dengan pertumbuhan tinggi (HIGHGR) berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan.

Penelitian ini bertolak belakang dengan hasil yang didapat oleh Loebbecke, et al., (1989), Bell et al., (1991) dan Kurniawati (2012) namun konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Lou dan Wang (2009) dan Diany (2014) yang tidak berhasil membuktikan keterkaitan antara proksi HIGHGR dengan kecurangan laporan keuangan.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa perusahaan yang tidak melakukan kecurangan yang diproksikan dengan tidak melakukan penyajian kembali laporan keuangan (restatement) memiliki pertumbuhan yang tinggi.

4.3.2 Pengaruh Kerugian Perusahaan terhadap Kecurangan Laporan Keuangan

Variabel kerugian perusahaan (LOSS) yang diukur dengan ada tidaknya perusahaan yang mengalami kerugian selama 2 tahun sebelum terjadi kecurangan menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 1,434 dengan signifikansi sebesar 0,138. Hasil penelitian ini menunjukkan signifikansi

lebih besar dari 0,05 (5%) artinya variabel ini memiliki arah positif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan laporan keuangan.

Penelitian ini gagal membuktikan adanya pengaruh faktor risiko tekanan khususnya stabilitas keuangan yang diproksikan dengan kerugian perusahaan (LOSS) berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan.

Penelitian ini bertolak belakang dengan hasil yang didapat oleh Kurniawati (2012) yang memberikan hasil bahwa kerugian perusahaan (LOSS) mempengaruhi terjadinya kecurangan laporan keuangan, namun konsisten dengan hasil penelitian Lou dan Wang (2009).

4.3.3 Pengaruh Arus Kas Negatif terhadap Kecurangan Laporan Keuangan

Variabel arus kas negatif (NCFO) yang diukur dengan ada tidaknya perusahaan yang melaporkan arus kas operasi negatif selama 2 tahun sebelum terjadi kecurangan menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 2,059 dengan signifikansi 0,005. Hasil penelitian menunjukkan signifikansi lebih kecil dari 0,05 (5%) artinya variabel ini memiliki arah hubungan yang searah dan berpengaruh signifikan. Berdasarkan pengujian hasil hipotesis didapatkan nilai Exp. (B) sebesar 0,128 yang berarti perusahaan yang melakukan kecurangan memiliki cenderung memiliki NCFO lebih tinggi 0,128 (12,8 %) dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan kecurangan.

Penelitian ini berhasil membuktikan adanya pengaruh faktor risiko tekanan khususnya stabilitas keuangan yang diproksikan dengan arus kas

negatif (NCFO) berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan.

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lou dan Wang (2009) dan Kurniawati (2012) yang menunjukkan bahwa proksi variabel arus kas negatif (NCFO) yang dihasilkan perusahaan bukan merupakan salah satu faktor risiko yang terkait dengan stabilitas keuangan dalam mengidentifikasi kemungkinan tindak kecurangan pelaporan keuangan.

4.3.4 Pengaruh Kemampuan Perusahaan dalam Memenuhi Kewajiban terhadap Kecurangan Laporan Keuangan

Variabel kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (LEV) menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 0,996 dengan signifikansi sebesar 0,025. Hasil penelitian menunjukkan signifikansi lebih besar dari 0,05 (5%) artinya variabel ini memiliki arah hubungan yang searah dan berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Berdasarkan pengujian hasil hipotesis didapatkn nilai Exp. (B) sebesar 2,708, yang berarti perusahaan yang melakukan kecurangan cenderung memiliki LEVERAGE lebih tinggi 2,708 (atau 270,8%) dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan kecurangan.

Penelitian ini berhasil membuktikan adanya pengaruh faktor risiko tekanan eksternal yang diproksikan dengan LEVERAGE terhadap kemungkinan kecurangan pelaporan keuangan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Lou dan Wang (2009), Skousen et al., (2009) dan Kurniawati (2012) yang menunjukkan hasil bahwa LEVERAGE yang dihasilkan perusahaan signifikan mempengaruhi kemungkinan tindak kecurangan laporan keuangan. Salah satu tekanan yang kerap kali dialami manajemen perusahaan adalah kebutuhan untuk mendapatkan tambahan utang atau sumber pembiayaan eskternal agar tetap kompetitif, termasuk pembiayaan riset dan pengeluaran pembangunan atau modal.

4.3.5 Pengaruh Efektivitas Pengawasan terhadap Kecurangan Laporan Keuangan

Variabel efektifitas pengawasan (IND) yang diukur dengan menghitung jumlah komposisi komisaris independen di dalam jajaran komisaris perusahaan menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 0,834 dengan signifikansi sebesar 0,700. Hasil penelitian ini menunjukkan signifikansi yang lebih besar dari 0,05 (5%) artinya variabel memiliki arah hubungan searah dan tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan.

Penelitian ini gagal membuktikan adanya pengaruh faktor risiko kesempatan khususnya efektivitas pengawasan yang diproksikan dengan menghitung jumlah komposisi komisaris independen di dalam jajaran komisaris perusahaan berpengaruh negatif terhadap kemungkinan kecurangan pelaporan keuangan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Norbarani (2012) dan Rahmanti (2013) yang menyatakan bahwa efektivitas

pengawasan tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Pengangkatan dewan komisaris independen oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja, namun tidak dimaksudkan untuk menegakkan good corporate govermance (GCG) dalam mekanisme upaya pencegahan salah saji pelaporan keuangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa keberadaan komisaris independen sebagai kontroler belum berjalan optimal. Hal ini dapat dijelaskan bahwa penempatan atau penambahan anggota dewan komisaris independen dimungkinkan hanya sekedar memenuhi ketentuan formal, sementara pemegang saham mayoritas (pengendali/founders) masih memegang peranan penting (dikutip oleh Rahmanti, 2013).

4.3.6 Pengaruh Transaksi Pihak Istimewa terhadap Kecurangan Laporan Keuangan

Variabel transaksi pihak isitmewa (RPT%) yang diukur dengan membagi total piutang pihak istimewa dengan total piutang keseluruhan menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 0,482 dengan signifikansi sebesar 0,554. Hasil penelitian menunjukkan signifikansi lebih besar dari 0,05 (5%) artinya variabel ini memiliki arah hubungan yang searah dan tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan.

Penelitian ini gagal membuktikan adanya pengaruh faktor risiko kesempatan khususnya transaksi terhadap pihak yang memiliki hubungan istimewa terhadap kemungkinan kecurangan pelaporan keuangan.

Penelitian ini bertentangan dengan hasil yang didapat oleh Lou dan Wang (2009) dan Kurniawati (2012) yang menunjukkan transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa secara signifikan mempengaruhi kemungkinan kecurangan pelaporan keuangan.

Alasan hipotesis ini tidak diterima adalah karena hanya sebagian kecil sampel yang mengungkapkan bahwa mereka melakukan transaksi dengan pemegang saham dan siapa nama pemegang saham yang terlibat dengan transaksi tersebut. Luas atas pengungkapan pihak-pihak istimewa bisa dan transaksi antara perusahaan dengan pihak istimewa dipengaruhi oleh berbagai hal, yaitu mulai dari budaya hingga biaya pengungkapan. Selain itu, transaksi dengan pihak istimewa bisa saja bermotif operasional dan ekonomis belaka. Artinya, dengan pengakuan bahwa transaksi-transaksi itu dilakukan dengan syarat yang sama dengan transaksi pihak ketiga (Rachmawati, 2014).

4.3.7 Pengaruh Pergantian Auditor terhadap Kecurangan Laporan Keuangan

Variabel pergantian auditor (ΔCPA) yang diukur dengan melihat ada tidaknya pergantian auditor selama 2 tahun sebelum tindak kecurangan menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 0,989 dengan signifikansi sebesar 0,159. Hasil penelitian ini menunjukkan signifikansi lebih besar dari 0,05 (5%) artinya variabel ini memiliki arah hubungan yang searah dan tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan.

Penelitian ini gagal membuktikan adanya pengaruh faktor risiko rasionalisasi khususnya pergantian auditor (ΔCPA) berpengaruh positif terhadap kemungkinan kecurangan laporan keuangan.

Penelitian ini bertentangan denga hasil yang didapat oleh Lou danWang (2009) namun konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2012) yang menunjukkan bahwa faktor risiko rasionalisasi khususnya hubungan dengan auditor yang diproksikan dengan perpindahan KAP oleh perusahaan tidak berpengaruh siginifikan terhadap kemungkinan kecurangan laporan keuangan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait