• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini bertujuan untu menganalisis pengaruh antara kecurangan laporan keuangan dengan variabel proksi dari fraud triangle. Penelitian ini merujuk kepada penelitian Kurniawati (2012) yang meneliti pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi financial statement farud dalam perspektif fraud

triangle. Peneliti mengambil pertumbuhan tinggi (HIGHGR), kerugian (LOSS),

arus kas negatif (NCFO), kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (LEV), transaksi pihak isitmewa (RPT), dan pergantian auditor (ΔCPA) dari penelitian terdahulu dan menambahkan variabel efektivitas pengawasan (IND).

Penelitian ini menguji hubungan faktor risiko tekanan khususnya pertumbuhan tinggi yang diukur dengan perusahaan yang memiliki pertumbuhan aset melebihi rata-rata industri, faktor risiko tekanan khususnya kerugian (LOSS) yang diukur dengan perusahaan mengalami kerugian selama 2 tahun sebelum tindak kecurangan, faktor risiko tekanan khususnya arus kas negatif (NCFO) yang diukur dengan perusahaan yang melaporkan arus kas negatif dari aktvitas operasi selama 2 tahun sebelum tindak kecurangan, faktor risiko tekanan khususnya kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (LEV) yang diukur dengan rasio leverage, faktor risiko kesempatan khususnya efektivitas pengawasan (IND) yang diukur dengan proporsi dewan komisaris independen dari jumlah komisaris perusahaan, faktor risiko kesempatan khususnya transaksi pihak istimewa (RPT) yang diukur dengan membagi total piutang pihak istimewa dengan total piutang

keseluruhan dan faktor risiko rasionalisasi khususnya pergantian auditor (ΔCPA) terhadap kecurangan laporan keuangan. Penelitian ini mengambil sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014. Berdasarkan hasil pengujian terhadap 176 unit sampel menggunakan regresi logistik IBM SPSS Statistic 20 maka didapat kesimpulan:

1. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan regresi logistik, menunjukkan bukti empiris bahwa variabel pertumbuhan tinggi tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pertumbuhan tinggi tidak dapat dijadikan sebagai proski untuk mengindikasikan terjadinya kecurangan laporan keuangan pada perusahaan. Hasil penelitian ini kosisten dengan hasil penelitian Lou dan Wang (2009), namun bertolak belakang dengan hasil penelitian Loebbecke, et

al., (1989), Bell et al., (1991) dan Kurniawati (2012).

2. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan regresi logistik, menunjukkan bukti empiris bahwa variabel kerugian perusahaan berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa kerugian perusahaan tidak dapat dijadikan sebagai proksi untuk mengindikasikan terjadinya kecurangan laporan keuangan pada perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Lou dan Wang (2009), namun bertolak belakang dengan hasil penelitian Kurniawati (2012).

3. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan regresi logistik, menunjukkan bukti empiris bahwa variabel arus kas negatif berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa arus kas negatif dapat dijadikan sebagai proksi untuk mengindikasikan terjadinya kecurangan laporan keuangan pada perusahaan. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Lou dan Wang (2009) dan Kurniawati (2012).

4. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan regresi logisitik, menunjukkan bukti empiris bahwa variabel kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban dapat dijadikan sebagai proksi untuk mengindikasikan terjadinya kecurangan laporan keuangan pada perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Lou dan Wang (2009), Skousen et al., (2009) dan Kurniawati (2012).

5. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan regresi logisitik, menunjukkan bukti empiris bahwa variabel efektivitas pengawasan tidak berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa efektivitas pengawasan tidak dapat dijadikan sebagai proksi untuk mengindikasikan terjadinya kecurangan laporan keuangan pada perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Norbarani (2012) dan Rahmanti (2013).

6. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan regresi logisitik, menunjukkan bukti empiris bahwa variabel transaksi pihak istimewa berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Hal tersebut

dapat diartikan bahwa transaksi pihak istimewa tidak dapat dijadikan sebagai proksi untuk mengindikasikan terjadinya kecurangan laporan keuangan pada perusahaan. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Lou dan Wang (2009) dan Kurniawati (2012).

7. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan regresi logisitik, menunjukkan bukti empiris bahwa variabel pergantian auditor berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pergantian auditor tidak dapat dijadikan sebagai proksi untuk mengindikasikan terjadinya kecurangan laporan keuangan pada perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Kurniawati (2012), namun betolak belakanh dengan Lou dan Wang (2009).

8. Ukuran perusahaan yang dilihat dari total aset tidak dapat dijadikan sebagai variabel kontrol untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Hasil pengujian variabel proksi ini konsisten dengan hasil penelitian Lou dan Wang (2009) dan Rahmanti (2013), namun bertolak belakang dengan hasil peneltian Kurniawati (2012).

5.2 Keterbatasan

Adapun keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini, yaitu:

1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terbatas pada perusahaan-perusahaan manufaktur, sehingga generalisasi hasil temuan dan rekomendasi peneletian ini kurang dapat diberlakukan untuk objek penelitian di luar perusahaan manufaktur.

2. Minimnya data-data mengenai daftar perusahaan yang melakukan kecurangan yang dikeluarkan oleh Bapepam-LK (mulai tahun 2011 telah berubah nama menjadi OJK), sehingga peneliti menggunakan restatement sebagai proksi variabel dependen kecurangan laporan keuangan.

3. Indikator yang diambil dalam penelitian ini hanya berdasarkan faktor kuantitatif, yaitu total aset yang digunakan sebagai variabel pengendali. Pengembangan penelitian selanjutnya diharapkan perlu memperbanyak faktor kualitatif lainnya seperti umur perusahaan dan jenis industri sebagai variabel pengendali.

4. Penggunaan variabel penelitian yang banyak akan berpengaruh pada hasil uji statistik dan kemungkinan hasilnya tidak konsisten dengan penelitian acuan.

5.3 Saran

Kesimpulan dan keterbatasan penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan bagi penelitian selanjutnya sebagai berikut:

1. Diharapkan dapat menambah proksi variabel dari fraud triangle yanglain agar mendapatkan dalam mendeteksi adanya kecurangan laporan keuangan.

2. Diharapkan dapat memperluas jumlah sampel perusahaan, yaitu dengan menambah periode pengamatan agar dapat memprediksi kasus kecurangan laporan keuangan secara lebih akurat dan maksimal. Pengamatan pada periode sebelum dan sesudah terjadinya kecurangan laporan keuangan juga bisa dijadikan pertimbangan penelitian selanjutnya.

3. Diharapakan dapat menambahkan variabel independen, sehinggadapat melihat hubungan yang lebih luas lagi yang kiranya dapat membawa hasil yang lebih signifikan untuk penelitian.

4. Diharapkan dapat menggunakan variabel dependen yang lain sebagai pengukur dari kecurangan laporan keuangan. Variabel dependen lain mungkin dapat digunakan selain restatement untuk memprediksi kecurangan laporan keuangan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dokumen terkait