• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interpretasi Peranan Atribut Kinerja dan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok berdasarkan Hasil AHP dan ANP

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

6. KS (Kesesuaian Standar Mutu) 0,19506 0,030198 7 BMRP (Biaya Manajemen Ranta

4.5.5 Interpretasi Peranan Atribut Kinerja dan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok berdasarkan Hasil AHP dan ANP

Atribut Kinerja berperan penting dalam menentukan bobot alternatif yang akan ditentukan. Dalam kerangka AHP, hal ini dapat dilihat secara sebaliknya, seberapa besar alternatif yang dibuat dapat menjawab Atribut Kinerja yang di inginkan untuk mencapai Goal. Kriteria Atribut Kinerja yang memiliki bobot terpenting pertama adalah Reliabilitas, dimana hasil prioritas AHP 0,40 dan prioritas ANP 0,37226. Hal ini mengindikasikan sangat penting bagi Pusat Industri Batik Banten untuk mebangun kepercayaan/keandalan dari konsumen konsumen.

Orientasi terhadap kepentingan pihak luar (eksternal) perlu diperkuat dengan menjaga mutu bahan baku dan produk jadi sesuai dengan Kesesuaian Standar Mutu batik yang baik. Sebagai contoh, kualitas kain, desain, motif dan kualitas batik harus disesuaikan dengan kriteria standar batik menurut SNI. Kesesuaian Standar Mutu sebagai salah satu alternatif dalam Metrik Pengukuran Kinerja memiliki nilai bobot prioritas tertinggi

pertama dimana analisa hasil prioritas AHP 0,19 dan hasil sintesis prioritas ANP 0,195061.

Respon perusahaan (Responsivitas) terhadap permintaan dan pesanan pelanggan menjadi kriteria Atribut Kinerja terpenting kedua berikutnya (hasil prioritas AHP 0,27 dan hasil prioritas ANP 0,25747). Kemampuan perusahaan dalam memenuhi permintaan perlu dipertimbangkan untuk menentukan alternatif metrik pengukuran kinerja. Respon yang cepat akan mendukung cepatnya pemenuhan pesanan Batik Banten. Semakin singkat siklus waktu untuk memenuhi pesanan batik (Siklus Pemenuhan Pesanan atau SPP) berarti Pusat Industri Batik Banten semakin responsive. Metrik pengukuran kinerja SPP memiliki bobot prioritas kedua dimana hasil prioritas AHP 0, 11 dan hasil sintesa prioritas ANP 0,10615.

Kriteria Atribut Kinerja terpenting ketiga berikutnya adalah Fleksibilitas dengan bobot prioritas AHP 0,15 dan bobot sintesa prioritas ANP 0,16334. Oleh karena itu, metrik pengukuran kinerja rantai pasok Fleksibilitas Pasokan (FP) penting untuk dipertimbangkan untuk mengukur kemampuan pesanan tak terduga sebagai bentuk Responsifitas perusahaan. Metrik FP memiliki tingkat kepentingan prioritas hasil AHP 0,10 dan sintesis prioritas ANP 0,09827. Sedangkan, metrik pengukuran kinerja rantai pasok terpenting ketiga adalah Biaya MRP dengan prioritas AHP 0,11 dan sintesa prioritas ANP 0,10802. Dalam praktiknya berarti pertimbangan besarnya Biaya MRP Pusat Industri Batik Banten lebih penting dibandingkan dengan FP perusahaan terebut.

Namun dalam prioritas AHP, metrik Biaya MRP memiliki bobot prioritas yang sama dengan metrik Kinerja Pengiriman, Siklus Pemenuhan Pesanan dan Siklus Cash-to-cash (SCTC) yang sama-sama memiliki prioritas 0,10. Kinerja Pengiriman yang dimaksud lebih kepada pengiriman bahan baku untuk mempercepat ketersediaan produk untuk memenuhi pesanan sehingga menciptakan Reliabilitas.

Mengacu pada prioritas AHP tersebut, semakin pendek waktu untuk memenuhi pesanan akan sama-sama saling berpengaruh, atau, sama pentingnya dengan besarnya metrik Biaya MRP yang dikeluarkan oleh

perusahaan. Disinilah pentingnya mempertimbangkan Atribut Kinerja Atribut Kinerja Biaya yang memiliki prioritas AHP 0,10 dan sintesis prioritas ANP 0,11507. Hal ini akan memperpendek aliran perputaran uang (SCTC) yang memcakup pengeluaran/pembayaran material batik ke pemasok hingga income dari pembayaran konsumen atas produk, sehingga semakin pendek siklus ini maka return yang diperoleh Pusat Industri Batik Banten semakin cepat. Tetapi dalam sintesis prioritas ANP, metrik-metrik pengukuran kinerja tersebut yang memiliki bobot kinerja terpenting berbeda yang secara berurutan adalah metrik Siklus Pemenuhan Pesanan (0,1239), Kinerja Pengiriman dan SCTC (0,09531).

Kecepatan adalah salah satu faktor penentu dalam daya saing Pusat Industri Batik Banten. Oleh karena itu, waktu tunggu pemesanan (LTPP) harus diperhitungkan sebagai alternatif penilaian kinerja rantai pasok berikutnya dengan prioritas AHP 0,09 dan sintesis perioritas ANP 0,09699.

Terakhir, metrik Persediaan Harian harus diperhitungkan oleh Pusat Industri Batik Banten dalam mengukur kinerja rantai pasok perusahaan melalui kemampuan perusahaan untuk bertahan dengan persediaan bahan baku batik dan produk Batik Banten yang dimiliki secara periodik, dimana kinerja yang baik terjadi ketika perputaran aset terjadi dengan cepat. Besarnya prioritas AHP metrik tersebut 0,07 dan sintesis prioritas ANP diperoleh 0,07403. Metrik ini didasarkan pada pentingnya Atribut Kinerja Aset yang memiliki prioritas AHP 0,08 dan sintesis prioritas ANP 0,09186. 4.6 Skenario Alternatif Pembentukan MRP Produk Batik Banten

Analisis AHP kali ini dilakukan dengan penilaian oleh pakar sebanyak tiga (3) orang terdiri atas Komisaris PT Batik Banten Mukarnas, Pemilik AIDA Batik sebagai Pengecer Batik Nusantara di Kota Serang, mewakili pihak pengecer Batik Nusantara dan Akademisi (Dosen Ekonomi Manajemen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa).

Seperti pada penggunaan AHP sebelumnya, penilaian beberapa pakar dihitung rataan penilaian dengan menggunakan rataan geometrik. Pengolahan analisa data menggunakan perangkat MS Excel. Pada tahapan ini, matriks perbandingan yang dihitung terdiri atas matriks perbandingan antara Tujuan

terhadap Faktor yang harus dipenuhi, matriks perbandingan anatara Faktor yang harus dipenuhi terhadap Fokus tiap anggota dan matriks perbandingan antara Fokus tiap anggota terhadap Skenario MRP Produk yang Efektif sebagai alternatif.

Proses penghitungan dan pembobotan matriks-matriks tersebut terlampir pada Lampiran 5. Berdasarkan perhitungan-perhitungan dan pembobotan matriks tersebut, diperoleh prioritas dari setiap level hirarki dan nilai CR yang dihitung dengan formula dasar dengan bantuan aplikasi MS Excel. Adapun perhitungan hasil prioritas dan nilai CR juga terlampir pada Lampiran 5. Hasil yang didapat dari proses pembobotan oleh para pakar dapat dilihat pada Gambar 26. Setelah mendapatkan hasil AHP, dilakukan pembobotan feedback pada masing-masing unsur dari hasil AHP untuk mendapatkan hasil ANP. Selain itu juga dibuat matriks antar kelompoknya.

Setelah mendapatkan matriks antar kelompok, maka supermatriks tidak tertimbang, supermatriks tertimbang dan supermatriks limit dapat dihitung. Supermatriks yang merepresentasikan prioritas pengaruh dari unsur di sebelah kiri matriks terhadap unsur diatas matriks menghasilkan supermatriks tidak tertimbang. Kemudian, supermatriks tertimbang diperoleh dengan mengalikan semua unsur di blok dari supermatriks tidak tertimbang dengan bobot kelompok dari clustermatrix. Supermatriks kemudian dinaikkan sampai batas kekuatan untuk memperoleh prioritas akhir dari semua unsur dalam matriks limit yang disebut juga supermatriks limit. Adapun rincian matriks-matrikstersebut secara rinci terdapat pada Lampiran 6.

4.6.1 Hasil AHP

Berdasarkan hasil pembobotan AHP pada Gambar 26, Faktor yang harus dipenuhi paling berpengaruh dalam MRP produk Batik Banten adalah Trust dengan bobot 0,32. Fokus tiap anggota paling berpengaruh adalah SDM dengan bobot 0,38. Berikutnya, Skenario alternatif yang paling penting adalah Kerjasama dengan bobot 0,22.

4.6.2 Hasil ANP

Gambar 27 menunjukkan kerangka umum ANP. Jaringan ini terdiri atas tiga cluster tanpa Goal. Cluster-cluster tersebut yaitu Faktor yang harus

dipenuhi, Fokus Tiap Anggota dan Skenario MRP. Cluster Faktor yang harus dipenuhi terdiri dari delapan (8) unsur, cluster Fokus Tiap Anggota terdiri dari empat (4) unsur dan cluster Skenario MRP terdiri dari tujuh (7) unsur. Pembuatan model jaringan dan pengolahan ANP menggunakan bantuan perangkat SuperDecision.

Setelah didapatkan supermatriks limit, akan didapatkan prioritas akhir dari ANP yang tersaji pada Tabel 14. Berdasarkan hasil ANP pada Tabel 14, Faktor yang harus dipenuhi paling berpengaruh dalam MRP produk Batik Banten adalah Trust dengan bobot 0,19417. Fokus tiap anggota paling berpengaruh adalah SDM dengan bobot 0,33599. Berikutnya, Skenario alternatif yang paling penting adalah Kerjasama dengan bobot 0,21159.

Terakhir, Sintesis merupakan konsep dalam ANP. Sintesis prioritas untuk MRP produk Batik Banten yang efektif ditunjukkan pada Gambar 28. Uraian interpretasi prioritas dan sintesa dipaparkan pada sub bab berikutnya. 4.6.3 Interpretasi Peranan Faktor yang Harus Dipenuhi berdasarkan Hasil

AHP dan ANP

Tujuan utama analisis AHP yang ingin dicapai adalah Membentuk MRP Produk Batik Banten yang Efektif. Agar tujuan tersebut tercapai, penentuan skenario pembentukan MRP produk yang efektif diperoleh sebagai alternatif yang dapat diimpelementasikan. Model hubungan hirarki antara tujuan, kriteria, dan alternatif disusun untuk ditentukan pengambilan keputusan berdasarkan tingkat kepentingannya antar hirarki. Melalui analisis ANP pengambilan keputusan penentuan alternatif skenario pembentukan MRP produk yang efektif dilakukan dengan melihat hubungan antar kelompok atau cluster (dalam AHP berperan sebagai hirarki) dan antar unsur tiap cluster yang saling memengaruhi.

Hasil prioritas AHP (0,32) dan sintesis prioritas ANP (0,19417) menunjukkan Trust sebagai faktor yang harus dipenuhi oleh para anggota rantai pasok produk Batik Banten. Artinya, kerjasama bisnis antara PT Batik Banten Mukarnas dan para pengecer lokal yang diwakili oleh Batik Nusantara harus dibangun didasarkan Trust diantara para anggota rantai pasok yang terlibat dalam saluran distribusi produk.

Tabel 14. Prioritas akhir ANP pembentukan MRP produk Batik Banten efektif

Keterangan NormalizedByCluster Limiting FAKTOR YANG HARUS

DIPENUHI 1. Trust 0,19417 0,104142 2. Komitmen 0,16791 0,090061 3. Kesalingtergantungan 0,13797 0,074 4. Kesesuaian organisasi 0,09882 0,053002 5. Visi 0,09745 0,052269 6. Proses-proses kunci 0,09632 0,051659 7. Pemimpin 0,10689 0,057328

8. Dukungan Manajemen Puncak 0,10048 0,05389

FOKUS TIAP ANGGOTA

1. Desain Organisasi 0,26804 0,076654

2. SDM 0,33599 0,096086

3. Teknologi Informasi 0,21191 0,060601

4. Kinerja organisasi 0,18406 0,052636

SKENARIO ALTERNATIF

1. Perilaku yang terintegrasi 0,15058 0,026754

2. Berbagi informasi 0,19149 0,034022

3. Berbagi resiko dan

penghargaan 0,12689 0,022545

4. Kerjasama 0,21159 0,037594

5.Tujuan dan fokus yang sama

dalam melayani pelanggan 0,11388 0,020233

6. Integrasi Proses 0,09464 0,016814

7. Mitra jangka panjang 0,11093 0,019709

Secara berurutan, Trust yang terbangun diantara para anggota rantai pasok harus didukung oleh Komitmen (hasil prioritas AHP 0,24 dan hasil sintesis prioritas ANP 0,16791) dan adanya pemahaman saling ketergantungan (hasil prioritas AHP 0,15 dan hasil sintesis prioritas ANP 0,13797) diantara anggota rantai pasok. Artinya, Komitmen dan Kepercayaan adalah kunci bagi para anggota rantai pasok yang akan mendorong semuanya berinvestasi untuk pemeliharaan hubungan kerjasama dengan mitra, berorientasi pada keuntungan jangka panjang melalui Industri Batik Banten dan tidak akan saling bersifat oportunis. Adapun Kesalingtergantungan akan mengembangkan solidaritas antara Pusat

Industri Batik Banten dan pengecer lokal lain, salah satunya pengecer lokal Batik Nusantara. Dengan demikian, Kesalingtergantungan antar anggota rantai pasok produk Batik Banten akan memperkuat hubungan jangka panjang perusahaan.

Gambar28. Sintesis prioritas skenario MRP Produk Batik Banten efektif pada ANP

Pemimpin menjadi faktor terpenting berikutnya, meskipun prioritas AHP menunjukkan nilai bobot prioritas yang sama dengan Kesesuaian Organisasi dan Visi (0,7). Namun,sintesis prioritas ANP menunjukkan 0,10689. Artinya, dalam membentuk MRP Produk Batik Banten dan menentukan skenario alternatif terbaik, pada rantai pasok produk Batik Banten dibutuhkan satu perusahaan yang berperan sebagai pemimpin. Melalui pengamatan lapangan oleh peneliti, sangat direkomendasikan agar PT Batik Banten Mukarnas sebagai Pusat Industri Batik Banten berperan sebagai pemimpin dalam rantai pasok produk Batik Banten. Pusat Industri Batik Banten dapat menjalankan fungsinya sebagai solusi untuk ukuran kekuatan ekonomi, cerminan waralaba yang komprehensif dan menginisiasi hubungan antar perusahaan.

Faktor terpenting berikutnya yang harus dipenuhi adalah adanya Dukungan Manajemen Puncak dari perusahaan, dimana hasil prioritas AHP 0,04 dan sintesis prioritas ANP 0,10048. Kurangnya Dukungan Manajemen Puncak akan menjadi hambatan bagi implementasi MRP Produk Batik Banten. Artinya, tiap-tiap anggota rantai pasok harus memiliki kesungguhan dari manajemen puncaknya atau dari pemilik, khususnya bagi Pusat Industri Batik Banten sebagai pemimpin jaringan rantai pasok.

Terakhir, Proses-proses Kunci perlu dipertimbangkan untuk menentukan langkah bisnis yang penting untuk keberhasilan keunggulan kompetitif produk Batik Banten. Dalam pelaksanaannya, perlu diperhitungkan capaian keunggulan kompetitif produk Batik Banten dan upaya-upaya memperbaikinya oleh anggota rantai pasok, khususnya Pusat Industri Batik Banten sebagai pemimpin rantai pasok. Besarnya prioritas AHP pada faktor ini adalah 0,05 dan sintesis prioritas ANP 0,09632.

4.6.4 Interpretasi Peranan Fokus Tiap Anggota berdasarkan Hasil AHP dan

Dokumen terkait